ABUN Part-5

175 19 1
                                    

Biar lebih menghayati, kuy dengarin lagunya
(Melly Goeslaw-Cinta)

Vote & Comment

Episode 5

07.48

Hari berlalu menjadi minggu, minggu menjadi bulan, bulan menjadi tahun, ini sudah setahun aku menjauhkan diri dari Heliana, Siska dan juga Leon. Siska sekarang lebih sering bersama Heliana. Bukan, bukan karena Heliana lebih dulu menjauhiku, tapi karena aku juga memutuskan untuk meninggalkan mereka. Di beberapa kesempatan aku juga sering melihat Siska dan Leon semakin dekat, misalnya seperti beberapa waktu yang lalu saat di warung Mbak Arini. Aku melihat mereka duduk dan makan bersama, bahkan dari cara mereka tertawa bisa terlihat kalau mereka sangat bahagia dan itu bukan pemandangan yang bagus untuk kesehatan dan keselamatan jantungku, tapi itu memang kemauanku. Leon, kamu bahagia?

Heliana juga mungkin sudah sukses menjalankan profesi barunya menjadi mak comblangnya Siska dan Leon. Aku juga melihat Heliana jauh lebih baik, dia dan Rafka sama-sama bahagia. Terpancar dari cara mereka bicara ketika saling bertemu di depan kelas, bersenda gurau, dan tertawa. Melihat mereka seperti itu aku juga sudah merasa bahagia, coba kalau misalnya aku memperjuangkan perasaanku kemudian mengakuinya, apa yang akan terjadi? Siska yang murka, Leon yang membuat jarak denganku, merambat juga pada hubungan manis Rafka dan Heliana. Membayangkannnya saja aku sudah sesak.

"Anak-anak, mulai hari minggu ini, kita akan ada les tambahan untuk kelas XII, mengingat dua bulan lagi kalian akan menghadapi Ujian Nasional dan Ujian Akhir Sekolah." Bu Zahry kepala sekolah kami menginformasikan hal tersebut saat upacara bendera di hari senin.

Serentak suasana barisan siswa menjadi riuh. Sekarang kami sudah duduk di bangku kelas XII, sebentar lagi kami akan menyelesaikan pendidikan di bangku sekolah.

"Sebentar lagi kita tamat ya Nas, nggak terasa waktu cepat sekali berjalan, sepertinya baru kemarin kita menjadi murid baru di sekolah ini, sekarang sudah harus mempersiapkan diri untuk Ujian Akhir." Heliana menyejajari langkah kakiku dan kami berjalan bersisian.

"Eh, iya Hel enggak terasa." sepertinya asing sekali aku berbicara dengan Heliana.

"Gimana kabarmu, Nas?"

"Seperti yang terlihat, aku baik-baik saja. Kamu gimana?"

"Aku juga baik seperti yang terlihat." jawabnya.

"Rafka? Kalian masih sering surat-suratan? Hehehe..." tanyaku memecah kecanggungan.

"Rafka juga baik, kemarin kami baru ngumpul di rumah Atha, udah lama ya kamu nggak pernah ikut ngumpul lagi, ditanyakin tuh sama anak-anak." Heliana tersenyum sambil menepuk bahuku.

"Iya nih Hel, jadwal lesku di luar padat, maklumlah kita kan sudah kelas XII." Aku menunduk dan tiba-tiba aku merasa kepalaku berat untuk diangkat.

"Iya Nas, aku ngerti kok." Heliana tersenyum lagi dan aku pun membalas senyumnya.

"Aku merindukan kamu yang dulu, Natusha." Heliana menatapku sayu, kemudian ia berlalu menuju kelasnya.

Sejak naik ke kelas XII aku dan Heliana enggak sekelas lagi, ada sistem random siswa di sekolahku setiap tahun ajaran baru. Sekarang Heliana sekelas dengan Siska dan membuat hubungan mereka semakin akrab. Saat Heliana bilang dia merindukan aku yang dulu, aku pun ingin bilang hal yang sama, aku juga rindu kita yang dulu, aku ingin bilang itu, tapi aku enggak punya keberanian mengungkapnya.

Aku menatap Heliana yang berlalu, kemudian hilang di balik pintu. Aku melihat ke seberang lorong, tiba-tiba beberapa kenangan bahagia bersama Heliana muncul di kepalaku berputar begitu saja. Dulu di sana setahun yang lalu, itu ruang kelas kami yang selalu kami masuki, mengikuti pelajaran-pelajaran di kelas, bercanda, menghabiskan waktu membaca surat-surat cintanya dengan Rafka kemudian tertawa bersama, juga kenangan bahagia ketika melihat Rafka dan teman-temannya berdiri di depan pintu kelas itu, tersenyum menyapa.

Angsana Berbunga Untuk NATUSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang