"Saya tidak menyangka kalau Azkia ada gadis yang membuat sahabat saya patah hati." Jafar membuka pembicaraan di mobil, dan itu membuat Azkia jengkel setengah mati.
"Bahas lain ah."
"Saya hanya penasaran."
"Berhenti nanya atau besok-besok kalian pergi pacaran berdua aja." ancam Azkia.
Jafar terdiam, namun seulas senyum sempat ia sematkan di bibirnya. Kumisnya yang tipis mengikuti bentuk senyum itu. Azkia malah makin manyun.
Mood Azkia kembali membaik saat dalam perjalanan pulang ditraktir makan oleh Jafar di warung kesukaannya. Sehingga dalam sisa perjalanan azkia tertawa oleh lelucon yang dilontarkan Jafar dan ikut menggoda Izza jika ada yang mengena. Namun karena Izza masih malu-malu, ia lebih banyak menghindari senda gurau yang terjalin antara Jafar dan Azkia. Sampai pada akhirnya Azkia bertanya kapan mereka akan menikah.
"Izza menunggu kuliahnya selesai ..."
"Itu artinya tahun depan." Potong Azkia
"Tapi saya ingin bertunangan terlebih dahulu ..."
"Apa nggak terlalu cepat? Baru juga kenal." Potong Azkia lagi.
"Menandakan keseriusan saya terhadap Izza."
"Bilang aja biar Izza nggak digebet sama cowok lain." Goda Azkia,
Jafar tertawa,"Itu salah satunya."
"Pintar kamu. Pantes jadi pengusaha."
Izza yang jadi bahas pembicaraan, bersemu merah wajahnya. Ingin membantah, ia tidak punya keahlian seperti Azkia yang bisa berbincang bebas dengan laki-laki. Namun jika di diamkan, ia bisa seperti kepiting rebus di antara mereka.
"Az udah dong." Bisik Izza
Azkia tertawa, "Ih calon pengantin kita malu-malu."
Jafar ikut tersenyum malu. Namun ia lebih pandai menutupinya dengan meneguk segelas air dingin di hadapannya.
"Tapi―" Azkia memutar sedotan dalam gelasnya yang tinggal berisi es batu. Ada nada berat yang tergantung di tenggorokannya, serasa enggan ia ucapkan tapi jika tak diucapkan akan membenai pikirannya.
"Tolong jaga Izza baik-baik ya. Anaknya emang cerewet, nyebelin, jengkelin, tapi sayang banget kok sama orang yang sayang sama dia." Pinta Azkia tulus.
Izza bergeming memandang wajah sahabatnya yang sehari-hari terlihat galak luar biasa itu. Ada ketidakrelaan namun kebahagian yang tercampur di balik binar matanya yang gemerlap bagaikan langi =-t di malam hari itu. Ia pun merangkul lengan Azkia dan memeluknya.
"Jangan ngomong gitu dong Az. Kayak kita mau pisah aja."
"Saya tidak akan melarang kalau Izza ingin menghabiskan waktu bersama sahabat terbaiknya." Janji Jafar.
Azkia hanya mengendikan bahunya. Tidak yakin dengan ucapan Jafar ataupun masa depan yang membentang setahun dari sekarang. Ia hanya berfirasat bahwa setelah Izza menikah, mereka tidak akan bisa seperti sedia kala.
Sayangnya, firasat Azkia benar.
***
Share & Vote jika kamu suka cerita ini ^^
YOU ARE READING
Dear Heart, Why Him?
RomanceTulisan ini diikutsertakan dalam #WritingProjectAe Azkia gadis keras kepala yang sulit jatuh cinta. Ray adalah bukti betapa hati Azkia tertutup rapat untuk sebuah kata cinta. Izza gadis manis nan santun, sahabat karib sekaligus orang yang paling d...