Terkadang, cara termudah untuk menyelesaikan masalah adalah berhenti untuk peduli. Berhenti untuk mengingat. Berhenti untuk mengungkit-ungkitnya. Seolah semua hanya angin lalu atau bahkan tak pernah terjadi sebelumnya.
Keano menanamkan kata-kata di atas jauh dalam lubuk hati atau bahkan setiap inti dirinya selama menjalin hubungan dengan Kyla. Meski kebanyakan Kyla yang membawa masalah ke permukaan, salah satu sifat menyebalkan wanita adalah suka mengungkit hal-hal yang telah lalu. Tapi sebisa mungkin Keano selalu sabar dan mengalah.
Pertengkaran hebat di laboratorium itu sudah berlalu satu minggu. Tak ada yang tersisa, jahitan di pelipis Keano pun sudah kering, hanya menyisakan bekas luka yang mulai samar.
Keano benar melupakan semuanya dalam sekejap mata. Sama sekali tak mempermasalahkan perlakuan Kyla padanya. Terbukti, sehabis dari dokter, kemalamannya ia langsung menemui Kyla. Masih begitu ingat bagaimana Kyla menangis hebat di atas ranjang saat Keano mendekat. Mengatakan bahwa dirinya adalah wanita jahat.
"Aku udah nyakitin kamu." Tubuh bergetar Kyla meringkuk, memeluk lututnya sendiri. Menggeleng keras saat Keano mencoba menyentuhnya. Matanya telah bengkak karena menangis seharian.
"Enggak, Sayang. Aku gak apa-apa." Keano mendekap tubuh gadisnya. Membiarkan tangis itu teredam di dadanya. Ia tahu, Kyla sangat merasa bersalah. Sebelumnya Kyla tak pernah berani melukainya. Entah karena apa, akhir-akhir ini mulai tak terkontrol. Mungkin karena Keano yang selalu menekan masalah pernikahan.
Malam itu, Keano berjanji tak akan lagi terlalu menekan Kyla. Ia akan menunggu hingga Kyla benar-benar siap, meski itu berarti harus menunggu seumur hidup. Tak apa, karena baginya tak ada gadis lain yang mampu membuatnya segila ini. Prinsipnya, hanya satu wanita untuk seumur hidup.
Sesuai janjinya, Keano tak lagi mengungkit masalah pernikahan. Hubungan mereka baik-baik saja selama satu minggu ini. Tak ada pertengkaran lagi. Tak ada ribut perihal Sebastian ataupun mahasiswi bernama Seira itu. Semua terkendali. Mungkin benar, Keano hanya perlu menahan egonya. Hanya perlu bersabar sedikit lagi hingga akhirnya nanti Kyla luluh.
Hari ini adalah hari yang cerah. Seharian menghabiskan waktu bersama di hari yang lenggang dari pekerjaan bagi mereka berdua. Kebetulan Kyla sedang free, tidak ada pemotretan sama sekali hari ini. Hanya ada satu event yang harus dihadiri nanti malam. Keano pun tidak ada kelas pagi untuk mengajar. Jadi sekarang mereka pergi ke taman bermain berdua, menghabiskan waktu menyenangkan.
"Ini lucu gak, Sayang?" Kyla memakai sebuah bando Mini Mouse berwarna pink di atas kepala, kemudian menunjukkannya pada Keano yang sedang berdiri melihat-lihat gantungan kunci. Kekasih tampannya itu hanya mengangguk sambil mencubit gemas pipinya. Gadisnya ini masih saja seperti 10 tahun lalu. Gadis yang menggemaskan.
Keano adalah pria dewasa, tentu saja sedikit malu untuk naik wahana, bermain di tempat seperti ini. Sudah bukan kerjanya lagi. Usianya untuk bersenang-senang sudah lewat jauh. Tapi entah kenapa, bersama Kyla ia kembali pada usia 17 tahun. Bertingkah seperti anak remaja pada umumnya. Pacaran, mesra di tengah keramaian, tertawa tanpa ingat kerjaanya yang menumpuk, lupa bahwa ketika ia melangkah di kampus, semua mahasiswa menundukkan kepala.
"Kamu lucu deh." Kyla tak peduli meski wajah Keano cemberut ketika ia memasangkan bando Mini Mouse yang tadi dibelinya di atas kepala lelaki itu. Berjalan beriringan dengan Keano yang memegang boneka beruang berukuran besar.
"Sayang, pakai kamu deh. Kamu lebih kelihatan imut gitu pakai ini. Ini aneh buat aku."
"Enggak. Itu lucu. Kamu pake aja."
Maka, Keano mengalah. Ia biarkan gadis-gadis remaja yang berpapasan dengannya melirik dengan senyum. Entah senyum geli atau terpesona. Terserah. Untungnya ia tak terlihat begitu aneh seperti pria berjas di seberang yang sepertinya diculik oleh kekasihnya dari kantor. Pakaian Keano yang casual menyamarkan umurnya saat ini. Masih terlihat muda dan tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAH GAUN PENGANTIN [END] ✔
Romance10 tahun bukanlah waktu yang sedikit dalam menjalin hubungan bagi Aristide Keano dan Kyla Aurelia. Sudah banyak yang mereka lewati selama ini. Pahit manisnya kehidupan percintaan. Namun, semakin lama hubungan mereka mulai masuk dalam kategori toxic...