Perihal dia, sudah coba dikaramkan di dasar samudera ingatan. Namun ombak membawanya ke tepian lagi. Membiarkan kenangan itu mengapung, seolah memang tak pernah ingin dikubur. Meluap-luap hingga mampu menembus batu karang kokoh yang bertugas memberi batas antara dunia baru dan kenangan yang telah lalu.
Tentang penyembuhan luka, mungkin hanya masalah waktu. Seiring waktu yang berjalan, akan kering dan mengelupas. Bedanya, ada yang hilang tak berjejak, dan ada pula yang meninggalkan bekas.
Keano benar-benar kecewa atas segala sikap Kyla. Sikap yang memilih tidak terbuka dan semaunya sendiri. Padahal jelas dalam sebuah hubungan mereka tidak hanya bermain peran seorang diri, tapi juga melibatkan orang lain. Meski kecewa sedemikian parah, Keano menolak lupa akan semua kenangan mereka. Berulang kali mencoba melupakan, tapi semuanya sia-sia. Hingga Keano benar-benar yakin, mungkin ia memang tak bisa melupakan Kyla. Terlalu sulit. Itu suatu hal yang mustahil baginya.
Dua bulan, Keano bukan tak merasa patah hati atas perpisahan mereka. Bukan tak kesepian, bukan pula tak ingin memaki-maki. Namun sebagai dosen, ia tak mungkin memperlihatkan kegundahannya pada anak didiknya. Semua yang melihatnya menganggap Keano masih sama seperti hari-hari biasa. Masih suka memberi banyak tugas, tidak menerima toleransi apapun, dan sangat disiplin soal waktu.
Tidak ada yang tahu bahwa selama dua bulan ini Keano hanya menatapi layar ponselnya setiap saat, berharap Kyla mau memberi kabar atau paling tidak menyapa lewat chat. Tidak ada yang tahu bahwa setiap malam Keano hanya mengisi waktunya dengan menatapi foto Kyla, dengan harapan sosok cantik itu akan bisa kembali dalam dekapannya. Dan tidak ada yang tahu bahwa diam-diam seorang Keano selalu menyalahkan diri sendiri bahkan pernah memukul cermin dan tembok toilet hingga kedua tangannya di perban, karena merasa tidak dapat mempertahankan semuanya. Dan ia benar merasa begitu buruk telah menjadi lelaki yang lemah.
Hari itu, tepat dua bulan Keano tak mendengar kabar dari Kyla. Ia mengajar seperti biasa, seolah memang tak terjadi apa-apa. Jam istitahat, tak sengaja berpapasan dengan Seira yang baru saja keluar dari kelas. Gadis itu tampak sempoyongan dan nyaris jatuh. Anemianya kambuh. Maka dengan nurani sebagai manusia sekaligus lelaki, Keano segera menangkap tubuh yang hampir menyentuh tanah itu. Membawanya ke Rumah Sakit dengan segera, takut salah satu anak didiknya kenapa-napa. Dan ia tak pernah menyangka bahwa di tempat itu pula akan melihat seseorang yang selama dua bulan terakhir sangat ia rindukan setengah mati.
Seharusnya Keano senang bisa menatap Kyla meski dari kejauhan. Seharusnya Keano bahagia melihat Kyla baik-baik saja tanpanya. Namun melihat gadis itu berpelukan dengan lelaki lain begitu erat, menyandarkan kepala di dada lelaki lain, bahkan berpaling ketika bertemu pandang dengannya, Keano mendadak merasa ingin buta sementara.
Salahkah jika Keano diam-diam berdoa agar Kyla tidak bahagia dengan Sebastian?
Hari itu, Keano pulang dengan hati hancur kembali. Padahal ia sudah tak berhak cemburu. Sudah tak berhak marah. Kyla bukan lagi miliknya. Dan fakta yang satu itu masih belum bisa diterimanya hingga detik ini.
"Ayolah move-on, Bro." Sudah dikatakan berapa kali bahwa Widan nyaris lelah mengeluarkan kata-kata semacam ini. Bahkan hingga mulutnya berbusa pun, mungkin Keano tak akan pernah mendengarkannya.
"Hm." Keano lebih memilih menatap ke arah hamparan gedung tinggi dan langit malam yang ditaburi bintang di hadapannya. Sebenarnya juga lelah. Lelah memaksa dirinya sendiri untuk melupakan semuanya.
Widan memutar mata sambil menyulut rokok. Sejujurnya merasa prihatin dengan sahabatnya ini. Malam-malam datang ke apartemennya dengan keadaan kacau. Widan yang baru saja datang dari luar kota merelakan waktu istirahatnya untuk duduk di balkon menemani Keano yang berceloteh perihal Kyla, Kyla dan Kyla. Bahkan, Widan benar-benar muak mendengar nama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAH GAUN PENGANTIN [END] ✔
Romance10 tahun bukanlah waktu yang sedikit dalam menjalin hubungan bagi Aristide Keano dan Kyla Aurelia. Sudah banyak yang mereka lewati selama ini. Pahit manisnya kehidupan percintaan. Namun, semakin lama hubungan mereka mulai masuk dalam kategori toxic...