Chapter 6

2K 157 22
                                    

Begitu banyak perbedaan di muka bumi ini. Beraneka ragam, mulai dari yang hampir mirip atau tidak ada kemiripan sama sekali. Namun, perbedaan-perbedaan itulah yang membuat hidup lebih indah dan berwarna. Seperti halnya hubungan.

Contohnya, banyak sekali ketidakcocokan di antara Kyla dan Keano yang tentu telah mereka ketahui sejak pertamakali mereka saling kenal. Ketika Kyla sula Biologi dan begitu membenci Matematika, Keano justru sangat menyukai Matematika dan benci Biologi. Ketika Kyla suka kamera, Keano tidak suka difoto. Ketika Kyla suka manis, Keano suka pedas. Ketika Kyla suka musik pop, Keano suka musik klasik. Ketika Kyla suka stroberi, Keano suka jeruk. Ketika Kyla suka seafood, Keano malah alergi. Ketika Kyla tidak bisa tidur tanpa AC atau kipas angin, Keano tidak bisa tidur tanpa penghangat ruangan. Ketika rasa cokelat menjadi kesukaan Kyla, Keano menjadi peminat nomor satu rasa Vanila. Ya, tidak ada kemiripan antara mereka bahkan dalam hal-hal kecil semacam itu. Termasuk dalam hubungan. Ketika Keano begitu mendambakan komitmen antara mereka, Kyla menentangnya mati-matian.

Menikah adalah kata-kata yang cukup membuat Kyla berkeringat dingin bahkan hanya karena mendengar namanya. Pusing, mual, bahkan pingsan.

Jawabannya hanya satu, Gamophobia.

"Sejak kapan?" Sebastian sama sekali tak mengerti kenapa wanita di depannya ini begitu ketakutan hanya karena ia menyinggung masalah menikah. Duduk di depan Kyla yang masih meminum segelas air mineral untuk menenangkan diri dengan pertanyaan yang mengakar di otak.

Hari itu adalah hari pertama mereka kenal. Duduk di salah satu meja kaffe berdua. Kebetulan, keduanya ditunjuk menjadi model pasangan yang akan melakukan kerjasama dalam sebuah majalah ternama. Awalnya mereka hanya mengobrol ringan perihal pekerjaan, hingga akhirnya merembet ke status dan Sebastian menyinggung masalah pernikahan. Ia kaget tentu saja melihat reaksi Kyla yang seperti baru saja bertemu hantu. Wajahnya pucat pasi, tubuh gemetar, bahkan sempat mual. Sebastian baru mengerti bahwa Kyla punya phobia terhadap pernikahan setelah gadis itu menceritakannya.

"Gak terlalu inget sejak kapan." Kyla masih berusaha menangkan diri sendiri dengan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Mengisi ruang dadanya dengan pasokan oksigen dan berulang mengeluarkan karbondioksida.

Cukup aneh. Biasanya orang yang terkena Gamophobia punya trauma masalalu. Mungkin Kyla memiliki masalalu kurang mengenakkan tentang pernikahan, yang membuat gadis itu hingga memiliki ketakutan berlebihan seperti ini.

Setelah hari itu, mereka mulai dekat. Kyla gadis yang periang meskipun sering terlihat murung. Ketika ditanya, Kyla bilang masalah pribadi. Sebastian cukup pintar untuk mengetahui bahwa Kyla sering cekcok dengan kekasihnya. Itu kentara sekali.

"Kami memiliki banyak perbedaan." Setelah berminggu kenal, Kyla baru mau jujur pada Sebastian beberapa jam sebelum pemotretan hari itu. Katanya terlibat pertengkaran lagi dengan kekasihnya hanya karena masalah sepele berupa munculnya Sebastian di kaffe ketika mereka sedang berdua. "Dia selalu berlebihan dan sangat kekanakan. Dia selalu semaunya sendiri. Gak pernah mengerti aku. Dia egois. Padahal, aku gak mau dikekang." Kyla seperti sangat membenci sifat kekasihnya yang pemaksa. Di mata Sebastian, menurut cerita Kyla, laki-laki itu pastilah suka memaksa dan kasar. Ia jadi kasihan pada gadis di depannya itu.

Ya, awalnya Sebastian hanya merasa kasihan. Menganggap Kyla sebagai rekan kerja, tak lebih. Namun semakin kesini, ia mulai merasa ada yang aneh dalam dirinya. Seperti keinginan memiliki Kyla sepenuhnya. Mengambil alih Kyla dari pria yang kelihatannya tak dapat membahagiakan Kyla itu. Sepertinya, Sebastian lebih mampu menghadapi Kyla. Apalagi ketika melihat keadaan Kyla yang tak bisa dikatakan baik ketika minta diantarkan ke rumah bundanya malam itu. Gadis ini disakiti lagi oleh kekasihnya. Sebastian jadi semakin berambisi untuk merebut Kyla.

DARAH GAUN PENGANTIN [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang