Cemburu itu segitiga, tajam di setiap sudut runcingnya. Menusuk, menyakitkan. Dapat membuat sosok kalem seperti Keano berubah menyeramkan. Kyla tahu bahwa Keano masuk dalam tipe lelaki pencemburu berat. Mungkin lelaki itu akan sabar ketika Kyla mengacuhkannya, tapi tidak jika menyangkut urusan seperti ini.
Kemarin, sosok lelaki yang tiba-tiba muncul di kaffe itu cukup membuat Keano mendidih. Melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana wajah Kyla yang semula tertekuk karena perdebatan dengannya mendadak berbinar senang. Mata yang hanya dapat antusias ketika menatapnya itu dapat menatap lebih antusias pada sosok pucat yang berdiri di hadapannya dengan senyum mengembang.
Keano tak bodoh untuk mengetahui bahwa lelaki itu jelas seperti menaruh rasa suka pada Kyla. Jangan ditanya, lelaki mana yang gila akan menolak pesona model seperti Kyla? Jelas Keano akan kebakaran jenggot setiap ada lelaki yang mendekati kekasihnya, apalagi setampan pria kemarin.
Awalnya Keano hanya diam membiarkan acara makan di kaffe berjalan semestinya, menit-menit yang berlalu seperti tak berarti. Hening. Kyla juga masih menaruh rasa jengkel karena perdebatan tadi. Hingga akhirnya mereka pulang dan pertengkaran seperti hari-hari sebelumnya tak dapat dihindari lagi.
Hening di mobil selama perjalanan bukan berarti membuat amarah Keano menghilang. Amarahnya semakin membuncah. Sekali lagi, ia tak akan pernah suka melihat Kyla dekat dengan lelaki lain. Tak akan.
Tanpa bicara apapun setelah tiba di apartement Kyla, Keano menarik lengan gadis itu dengan segera. Bukan tarikan lembut, lebih seperti menyeret paksa.
"Ken, apa-apaan kamu?" Kyla berjalan dengan susah payah berusaha mengikuti langkah panjang Keano, sementara lengannya masih ditarik secara kasar.
"Masuk!" Nada pria itu dingin dan tak bersahabat. Seharusnya Kyla sadar bahwa bukan hal baik yang akan terjadi setelah ini. Namun, ia malah memberontak.
"Lepas, Ken. Ini sakit." Kyla berusaha melepas cengkaraman Keano di pergelangan tangannya. Namun, pria itu tak menggubris. Masih terus melangkah. Menyeret Kyla secara paksa, hingga membuat kaki Kyla yang dibalut sepatu hak tinggi terasa sakit.
"Ken, sakit! Lepas." Dia masih merengek. Pergelangannya sudah sangat merah, kontras dengan kulitnya. Keano seakan tuli. Urat-urat di kening dan lehernya tercetak jelas. Menandakan bahwa ia tengah menahan emosi yang siap meledak.
Setelah masuk ke dalam lift, Keano menekan tombol secara tak sabaran. Kyla dapat mendengar napas pria itu memburu dan dadanya naik turun. Ia masih bingung apa yang terjadi. Hingga setelah pintu lift tertutup rapat, Keano segera melepas genggamannya di lengan Kyla secara kasar. Diam-diam membuat gadis itu menciut takut ketika matanya bertemu dengan kilatan mata tajam Keano yang berapi-api.
"K-ken..." Kyla mencicit sambil memegang pergelangan tangannya yang terasa panas dan seperti akan lepas. Namun, Keano segera memotong cepat suaranya.
"Dia siapa?" Suara berat itu masih dingin, tidak selembut biasanya. Kyla sudah sering ada di posisi ini, tapi ia masih saja belum terbiasa pada tatapan mengintimidasi Keano.
"Dia Sebastian." Kyla menjawab pelan, sambil menunduk. Berusaha mengalihkan pandangan dari mata tajam kekasihnya yang seolah akan mengeluarkan laser.
"Aku gak tanya namanya. Dia siapa?" Keano kembali mengulang. Giginya bergemretak, menahan amarah yang sudah mencapai ubun-ubun.
"Dia Sebast-"
"AKU TAHU, KYLA! DIA SIAPA KAMU!" Suara Keano mendadak meninggi. Kyla memejamkan mata takut. Tubuhnya bergetar mendengar Keano tiba-tiba membentak kasar.
"D-dia teman-"
"Teman?" Keano memotong lagi. "Apa seperti itu tatapan seorang teman?" Kubu-kubu jari Keano memutih. Mengepalkan tangan di kedua sisi tubuh tingginya.
![](https://img.wattpad.com/cover/159483563-288-k850349.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAH GAUN PENGANTIN [END] ✔
Romance10 tahun bukanlah waktu yang sedikit dalam menjalin hubungan bagi Aristide Keano dan Kyla Aurelia. Sudah banyak yang mereka lewati selama ini. Pahit manisnya kehidupan percintaan. Namun, semakin lama hubungan mereka mulai masuk dalam kategori toxic...