Chapter 3

2.4K 196 8
                                    

"Kapan kamu akan menikah?" Pertanyaan seperti itu bahkan sudah Keano dengar nyaris ratusan bahkan ribuan kali keluar masuk gendang telinga. Hingga kelewat jengah selalu mendapat pertanyaan yang sama ketika bertemu dengan teman atau keluarga. Bukan bertanya tentang bagaimana kesehatannya, sepertinya status menjadi begitu penting ketika kamu sudah menginjak usia matang.

"Kamu udah 27, loh." Astaga, Keano pun tahu. Ia bahkan lebih tahu usianya sudah bukan remaja 17 tahun yang main-main dengan masalah pasangan. Tapi, orang-orang masih terus meningatkannya, seolah dia terkena amnesia.

"Kapan-kapan aja." Begitu jawabannya ketika ditanya. Malas menanggapi. Lagian siapa juga yang tidak mau menikah? Keano bukan gay atau tak laku, hanya menunggu waktu yang tepat.

"Terus kapan, Keano?" Mama sudah mendesak, bahkan begitu sering. Bertanya hal yang sama setiap hari. Membuat Keano nyaris frustrasi bagaimana caranya agar wanita itu mengerti.

Pagi itu, Keano ditelepon untuk pulang ke rumah. Kebetulan waktu untuk mengajar agak siang hingga Keano memutuskan untuk menghabiskan waktu pagi di rumah kedua orang tuanya. Makan bersama dengan masakan Mama yang tak pernah ada duanya, dan juga menatapi wajah kalem Papa yang kini duduk di meja seberang.

"Papa udah tua. Papa pengen ngelihat kamu segera menikah." Itu benar, Papa sudah sering sakit-sakitan. Rambutnya sudah nyaris sepenuhnya putih, badannya sudah mulai membungkuk, sudah tak segagah dulu.

Pria panutan Keano itu Arwan Singgih, merupakan pengusaha yang lumayan berhasil, meski tak bisa dikatakan sangat kaya-raya. Menikahi Risha-ibu Keano- yang masih 25 tahun di usianya yang ke 35 tahun dulu. Gap usia Mama Papa memang agak jauh. Itulah salah satu penyebab usia Keano dengan Arwan juga jauh. Selain itu, dulu butuh waktu begitu lama untuk Risha bisa hamil. Begitu banyak usaha yang Arwan dan Risha lakukan agar segera mendapat keturunan, tapi semua sia-sia. Risha bisa hamil, namun keguguran. Hamil lagi, keguguran lagi. Hingga dokter memvonis bahwa ia tak bisa hamil lagi. Arwan dan Risha nyaris putus asa, jatuh bangun menanti keajaiban Tuhan. Mengharap kebesaran yang maha kuasa. Dan benar, penantian mereka berpuluh tahun lamanya dengan pasrah berserah pada Allah, akhirnya berbuah hasil. Keano bisa lahir ke muka bumi dengan selamat. Tuhan menunjukkan kebesarannya. Dan benar, dokter hanyalah manusia. Tidak ada yang bisa mendauhuli Tuhan.

Keano anak tunggal. Sejak kecil, ia tumbuh penuh kasih sayang. Arwan dan Risha tak pernah menuntut ini itu pada Keano. Tidak dengan rangking satu, tidak dengan juara di setiap perlombaan, tidak mendesak Keano dalam memilih jurusan, tidak mengharuskan lulus cumlaude, tidak memaksa masuk perusahaan besar. Semua pilihan ada pada Keano, termasuk pasangan. Mereka tak pernah berniat menjodoh-jodohkan Keano dengan sipapun. Menunggu anak itu membawa sendiri calonnya ke hadapan mereka. Kyla, gadis yang selalu berhasil membuat Keano berakhir stress karena sulit sekali diajak bicara pasal menikah. Arwan dan Risha tahu itu.

"Kamu masih berhubungan dengan gadis itu?" Risha bertanya dingin sambil duduk di kursi dekat suaminya. Menatap putranya sambil menyendok makanan ke mulut.

"Namanya Kyla, Ma." Keano mengoreksi. Mulai merasakan perasaan tak enak yang menjalar di dada.

"Iya, Kyla Aurelia. Gadis yang kabur dari pernikahan waktu itu."

Keano memejamkan mata, merasakan dadanya mendadak seperti terhantam batu besar.

"Ma." Arwan menegur. Menatap istrinya sembari menggeleng, tanda jangan mengatakan hal itu. Sementara yang ditatap seolah tak peduli.

"Aku cinta sama dia." Keano menjawab lemah. Ia tahu Mama jadi kurang suka pada Kyla setelah kejadian beberapa tahun lalu itu. Tapi, ia tak pernah mempermasalahkannya. Semua memang pantas.

"Papa ngerti kok, Nak." Arwan mengelus pundak Keano sambil tersenyum hangat. Beginilah sosok Papa yang Keano suka. Kalem dan penuh perhatian. Pantas Mama tak mau lepas dari Papa bagaimanapun sifat pencumburu Papa. Keano benar menuruni Papa dalam banyak hal, salah satunya pencemburu berat.

DARAH GAUN PENGANTIN [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang