8 : Broken Heart?

3K 141 13
                                    

Tinggalin jejak kalian 🌷

--oOo--

Saat memasuki ruang kerja Ali, nuansa hitam putih langsung menyeruak diindra penglihatan Ayla. Gadis itu mulai mendaratkan pantatnya disofa empuk berwarna hitam.

"Ayla, kenalkan ini Alan sekertarisku."

Ayla tersenyum sambil mengulurkan tangannya dan diterima baik oleh Alan.

"Ayla." ucap Ayla sambil tersenyum.

Alan mengangguk sambil membalas senyuman Ayla "Alan."

Ali berdehem pelan "Alan lepaskan tanganmu itu."

Alan terkekeh pelan lalu melepaskan tangan Ayla dari genggamannya "posesif." cibirnya membuat Ayla terkikik geli. Ali terlihat lebih baik dari pada tadi malam.

"Oh iya, Casu mau makan disini atau diluar? Aku udah buatin makan buat kamu." ucap Ayla membuat Alan terkekeh gemas karena mendengar kata 'casu' yang ia sudah tahu artinya.

"Alan, gue gak bakal makan diluar." ucap Ali.

Alan mengangguk paham "ya udah kalau gitu gue keluar dulu mau makan siang."

"Eh, kak Alan makan disini aja bareng-bareng. Lagian juga Ayla masak banyak kok."

"Boleh nih, Li?" tanya Alan sambil tersenyum jahil.

Ali mengangguk dan Alan kembali terduduk disofa. Ayla langsung membuka seluruh bekal yang ia bawa untuk Ali. Wangi khas masakan itu langsung menyeruak diindra penciuman Ali dan Alan membuat perut mereka langsung terasa lapar.

Mereka menyantap makanan buatan Ayla. Ali hanya diam tak banyak mengomentari sedangkan Alan sebaliknya ia terus berbicara memuji masakan Ayla.

"Enak banged pake D ini mah, gue belum pernah makan makanan seenak ini."

Ayla terkekeh pelan "siapa dulu dong yang masaknya."

"Eh Li, gimana enak gak??"

Gadis itu tersenyum sambil melirik Ali yang tengah menyantap makanan dengan tenang. Terlihat tampan. Setelah beres makan Ali diam dan melanjutkan pekerjaannya kembali dan membuat Ayla bosan. Untung saja ada Alan yang menemani Ayla mengobrol.

"Kak Alan."

Alan menoleh namun pandangannya kembali menatap kearah laptop.

"Ali emang gitu ya orangnya?"

Alan mengangguk "iya, tapi gak pernah kayak tadi. Aku aja kaget pas dia bilang kalau kamu itu calon istrinya."

"Emang gak percaya kalau aku ini calon istrinya?" tanya Ayla sambil terkekeh.

"Percaya-percaya aj-"

"Kurangi tingkat kepercayaan dirimu itu, Ayla." sela Ali. Lelaki itu sebenarnya diam-diam mendengarkan percakapan mereka.

Ayla mengerucutkan bibirnya "terus yang barusan itu apa??"

Ali mendongak menatap Ayla lalu mengangkat alisnya sebelah.

"Jadi maksud kamu bilang kalau aku itu calon istri kamu cuma buat perempuan tadi jauhin kamu?" tanya Ayla dengan tatapan serius.

Ali mengangguk membuat Ayla menggeleng pelan. Gadis itu bangkit dan menyambar backpack nya lalu keluar dari ruangan Ali.

Ali bangkit dari duduknya dan memanggil gadis itu.

Alan memutarkan bola matanya "lo sih kalau ngomong gak pernah disaring. Kalau suka ya gak usah kayak tadi lah." cibir Alan.

"Kasihan juga kan apalagi dia tulus banget bawain lo makan. Buruan kejar."

Ali langsung menyambar kunci mobil dan keluar dari ruangannya.

Langkah Ayla mulai memasuki lift. Saat pintu lift hampir tertutup, Ayla melihat Ali keluar dari ruangan untuk mengejarnya.

Ayla pulang menuju mansion Ali menggunakan taksi. Ia sungguh kesal dengan perlakuan Ali. Lelaki itu bisa-bisanya mempermainkan perasaannya seperti itu. Tak terasa rasa kesalnya tergantikan oleh air mata yang mengalir ke pipinya. Ayla meremas ponselnya melampiaskan amarah.

Gadis itu berlari masuk kedalam mansion dan menaiki anak tangga menuju kamarnya. Ia mengunci pintu, melempar backpack keatas ranjang. Ayla langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang lalu menyambar earphone diatas nakas dan menyambungkannya ke ponsel.

--oOo--

Ali masuk kedalam mansion dengan tergesa-gesa. Lista yang tengah membersihkan ruang keluarga heran melihat Ayla yang langsung berlari menuju kamarnya. Saat Ali mulai masuk Lista langsung menyapa Ali.

"Siang, tuan." sapa Lista sambil tersenyum.

"Ayla dimana?"

"Dikamarnya, tuan."

Ali langsung berlalu menuju kamar Ayla. Lelaki itu menghela nafas lalu mengetuk pintu.

"Ayla, dengarkan dulu sebentar."

Merasa tidak ada respon, Ali kembali mengetuk pintu kamar Ayla.

Ali menunduk karena tidak ada respon sama sekali dari Ayla. Lelaki itu berjalan gontai menuruni anak tangga dan berjalan menuju gazebo untuk menenangkan pikirannya sejenak. Sebenarnya, Ali bersikap seperti itu agar Ayla tidak terlalu agresif namun Ali salah, seharusnya ia menyadari bahwa itu adalah karakter istimewa yang dimiliki oleh gadis cantik itu.

Ayla keluar dari kamarnya karena merasa haus. Gadis itu menuruni anak tangga menuju dapur untuk mengambil segelas air putih. Saat Ayla sedang meneguknya, gadis itu melihat pintu kaca yang terbuka menuju gazebo. Ada Ali yang tengah memejamkan matanya disana.

Ali langsung mengerjapkan matanya saat ada tangan yang menyapu lembut pipi Ali. Tak sadar lelaki itu menggenggam pergelangan tangan Ayla. Gadis itu langsung bangkit namun Ali kembali menarik lembut membuat sang empu terduduk lagi disampingnya.

"Maafkan aku, Ayla." satu kalimat itu lolos dari mulut Ali saat sudah beberapa menit mereka berdua hanya bungkam dan saling tatap.

Ayla mengerjapkan matanya. Apa ia tak salah dengar? Pikir Ayla.

"Aku tidak bermaksud menyakitimu."

Ayla menghela nafas lalu mengangguk.

"Kamu masih marah?"

"Aku maafin, Ali." ucap Ayla sambil berlalu meninggalkan Ali.

Ayla mampu memaafkan Ali namun rasa sesaknya belum juga reda. Ya wajar, siapa yang tak sakit hati karena ucapan Ali yang membuatnya mampu merasakan kupu-kupu berterbangan diperutnya, namun nyatanya itu hanya untuk membuat gadis bernama Fiona menjauhi Ali.

--oOo--

A/N : makanya punya lidah tuh dijaga.

Hallo guys, semoga feelnya dapet eaaa🌷
Don't forget to vote and comment ya guys🌷

My Cold Husband [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang