5. Awan Sayang

1.6K 236 35
                                    

Udah tiga jam lamanya Mas Awan motret sana sini. Nggak kehitung berapa puluh atau ratus foto yang diambil sama dia karena udah beberapa kali dia ganti film sama memori cardnya.

Gue yang awalnya bener bener nemenin di belakang dia pun sekarang lebih milih duduk di kursi yang jaraknya 5 meter dari tempatnya motret.

Dan setelah tiga jam, Mas Awan akhirnya selesai dan nyamperin gue.

"Kenapa Mas?" Tanya gue waktu lihat mukanya Mas Awan yang ditekuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa Mas?" Tanya gue waktu lihat mukanya Mas Awan yang ditekuk. Topi dan buff udah dia lepas ternyata.

"Pusing."

"Pusing kenapa?"

"Kamera mas jatoh, Yang." Jawab Mas Awan lesu.

Gue ngerti banget sih gimana perasaannya Mas Awan. Bagi dia kamera itu udah kayak peralatan skincare+make up buat gue. Berharga.

Jadi ya gue tahu banget gimana pusingnya dia.

"Yang item apa yang silver?"

Gue nggak bisa bedain kamera dia berdasarkan merk dan tipe. Gue cuma bisa bedain warna dari kamera yang dia punya itu. Item dan item dengan bagian atas warna silver, yang sering gue sebut silver. Ya nggak jauh bedalah sama Mas Awan yang nggak bisa bedain mana lipstick dan lip cream. Dan nyebut semua warna merah muda itu pink, padahal kan ada soft pink, hot pink, dan lain-lain.

"Yang ini." Jawab Mas Awan sambil ngangkat kameranya yang warna item.

"Ya udah kalau emang rusak, Mas tinggal beli lagi aja, kan uang Mas dari motret dapet banyak." Ucap gue coba menghibur Mas Awan. Setahu gue kamera item yang dia pegang itu bukan kamera kesayangannya kayak yang silver. Makanya gue bisa ngomong begitu.

"Eh iya ya uang aku kan banyak."

Doh, salah ngomong gue kayaknya.

Mas Awan malah nyengir.

"Tapi Mas udah sayang sama kamera itu." Ucap Mas Awan lagi. Muka pusingnya balik lagi kayak tadi.

"Mas sayang sama kamera itu?" Ulang gue. Mas Awan nganggukin kepalanya. "Kalau sama aku? Sayang nggak?"

Bukannya jawab, Mas Awan malah langsung nyengir dengar pertanyaan gue barusan.

Bukannya jawab, Mas Awan malah langsung nyengir dengar pertanyaan gue barusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok diem aja Mas? Kalau sama aku gimana Mas?" Tanya gue sekali lagi.

Bisa gue lihat muka Mas Awan yang sekarang jadi bersemu merah. Sumpah ya bagi gue Mas Awan tuh bener bener orang yang paling transparan dari semua orang yang gue kenal.

Kalau marah, senang, kesal, itu kelihatan jelas banget dari mukanya. Begitu juga kalau dia lagi malu kayak sekarang ini.

"Mas ih!" Rajuk gue waktu Mas Awan nggak kunjung jawab. "Mas sayang juga nggak sama aku?" Tanya gue lagi.

"YA SAYANGLAAAAH,"

Mas Awan tersenyum makin lebar waktu lihat gue ikutan tersipu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas Awan tersenyum makin lebar waktu lihat gue ikutan tersipu.

"Hehe, sama aku juga sayang sama Mas."

Yeah dan dengan nggak tahu malunya gue jawab begitu.

"Bisaan ya kamu!" Ucap Mas Awan sambil tarik ujung hidung gue.

Kebiasaannya kalau lagi gemes sama gue selain cubit pipi ya tarik hidung.

"Ehehehe masih pusing nggak?" Tanya gue pada akhirnya.

"Enggaaaa," serunya sambil gandeng tangan gue menuju ke arah tempat dia parkir motornya.

Tentang Awan; Tay Tawan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang