6. Awan Mendung

1.4K 219 16
                                    

Gue cuma bisa ngeremes kunci mobil yang gue pegang. Nggak jauh dari tempat gue parkirin mobil, gue lihat Mas Awan dengan teman perempuan satu klubnya yang berasal dari Jurusan Akuntansi, Ghisa.

Ghisa itu salah satu orang yang jadi kemusuhan gue. Dia adalah saingan gue untuk dapetin Mas Awan dulu.

Gue nggak mungkin teriak meski sebenernya gue pengen banget teriak sekarang. Akhirnya gue lebih milih pergi ke kantin Fakultas gue yang nggak jauh dari parkiran.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
"Mangan karo opo mba'e? Manisnya janji palsu atau getirnya kenyataan lihat pacar gandengan sama kawan?"

Gue ngangkat kepala gue dan mendapati Sebaru berdiri dengan senyum ngeledeknya. Gue langsung buang muka dan balik konsen ke piring di hadapan gue. Bikin Sebaru langsung duduk di kursi depan gue tanpa gue persilahkan terlebih dahulu.

By the way, Sebaru emang temen satu jurusan gue, jurusan Teknik Komputer.

"Nggak lucu, Ru." Ucap gue kemudian.

Sebaru langsung masang muka sok memelas kayak mau nangis.

"Atut atu dimarahin Nina." Ucap Sebaru kemudian bikin gue tambah dongkol. Kayaknya Sebaru tahu kenapa gue begini. Apa jangan-jangan tadi dia lihat Mas Awan sama si Ghisa itu juga?

"Bilang aja sih ke dia kalau lo cemburu." Ucap Sebaru tiba-tiba.

Dua tahun sekelas sama dia bener bener bikin Sebaru tahu gue luar dalem. Well, Sebaru cukup memegang peranan penting dalam hubungan yang gue bangun sama Mas Awan sampai sekarang ini.

"Nggak bisa," ucap gue pada akhirnya.

Susah emang ngumpetin sesuatu dari Sebaru tuh.

"Kenapa?" Tanya Sebaru heran. "Wajar dong kalau dalam suatu hubungan, lo ngerasa cemburu? Dan daripada lo diem nunggu dia tahu lo kenapa. Lebih baik lo bilang." Ucap Sebaru lagi.

"Nggak bisa, Baruuuu!" Ucap gue sekali lagi.

Sebaru mengernyit.

"Yang tahu hubungan gue sama dia cuma lo dan temen temen deket kalian serta adek gue."

Ya, emang cuma segelintir orang yang tahu soal hubungan ini. Ini bukan kayak hubungan gelap atau terlarang. Just, gue nggak mau hubungan gue sama Mas Awan jadi konsumsi publik.

Sebaru diem. Sementara gue coba hela napas sebelum lanjutin perkataan gue lagi. "Nggak mungkin gue bil-"

"Gua kan nggak nyuruh buat lo bilang ke semua orang." Potong Sebaru sambil ambil satu wafer tango yang ada di depan gue. "Bilang ke Awan kalau lo cemburu dan nggak suka dia deket sama cewek lain."

Gue menggelengkan kepala gue lagi.

"Gue nggak mau dia mikir kalau gue terlalu posesif- Aw! Baruuu!"

Sebaru baru aja ngelempar satu potong wafer ke arah jidat gue. Sakitnya sih nggak seberapa cuma kagetnya itu loh!

"Apa perlu gua yang bilangin?" Tawar Sebaru.

Gue menaikan satu alis kiri gue. Tapi kemudian gue menggelengkan kepala gue dengan cepat.

"NoNoNoNoNo!"

Mas Awan lebih nggak suka kalau ada orang lain yang terlibat dalam masalah gue sama dia.

Tentang Awan; Tay Tawan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang