--
Badan ini rasanya sakit sekali, apa yang terjadi? Kenapa aku ada di ruangan ku?
" Syukurlah, Yang Mulia Ratu sudah sadar. Kenapa Yang Mulia terlihat sedih? " Kurasa selama ini Lieng menemaniku, tapi bukan itu yang kuharap kan.
" Apa yang terjadi? "
" Kau sakit, Yang Mulia. Yang Mulia Raja memintaku untuk menemanimu "
" Dimana Raja? "
Lieng terlihat diam. Aku masih tidak paham, apa yang terjadi? Kenapa suasana begitu sunyi?Aku beranjak tuk berdiri, namun Lieng mencegahnya. Apa hak mu untuk melawanku? Lieng terdiam. Aku berupaya keluar dari sini, walaupun sakit sekali rasanya kepala ini.
Sekitaran istana sepi, dan penuh aroma darah. Kakiku lemas, apa yang terjadi? Dimana para dayang? Para penjaga? Dimana Loah?
Suara riuh terdengar dari luar, dengan sekuat tenaga aku berlari menuju pintu gerbang. Pemandangan mengerikan muncul di hadapanku, biadab. Kejam. Tak berperikemanusiaan. Satu - satunya yang kuingat, tujuanku saat ini adalah mencari dia, Loah. Kali ini semakin lemas, raga ini sudah tidak kuat, tapi aku tidak bisa meninggalkannya sendirian. Ia tak boleh meninggalkanku, hingga akhirnya aku sadar jika... Aku sudah mencintainya.
Di sisi lain, aku mendengar suaranya yang lirih. Ketika berbalik, aku melihatnya. Dengan kondisi seperti itu, membuatku merasa seperti kehilangan jiwaku. Hingga yang hanya bisa aku teriakan, hanyalah namanya. Dan aku melupakan semuanya.
--
Akhirnya aku tersadar, dalam kondisi mengenaskan. Nafasku terengap - engap, suatu kenyataan yang ada disini adalah aku tertidur di taman ini. Ya Tuhan, aku mimpi buruk." Siang. "
" HWAAH- teriakku yang masih dalam kondisi setengah sadar, tiba - tiba ada yang menyapaku dari samping.
" Ya-Yang Mulia...?? " Ucapku sembari tidak percaya, kenapa ada Loah disini?
" Sebut saja namaku ketika hanya berdua saja. Ngomong - ngomong, apa yang kau lakukan disini? "
" Tunggu dulu... Bagaimana bisa kamu tau kalau aku ada disini? " nadaku sedikit meninggi, tentu saja aku tidak suka suasana ketenangan ku diganggu sama orang lain, bahkan dengan orang seperti Loah sekalipun.
" Jawab pertanyaan ku. " Nada Loah juga tidak kalah dinginnya, membuat bulu kudukku berdiri. Aku sudah sering melihat nya memarahi para pengawal dengan nada yang sama, tapi baru kali ini ia marah denganku.Terdengar sekali ia menghela nafas, mungkin tanda kecewa.
" Kau harusnya tau apa kesalahanmu. Membiarkan kamu sendiri di luar seperti ini tanpa penjagaan? Kamu bukan anak - anak lagi, Huanji. Kau harus tau posisimu. Bukan berarti aku menentang kebebasanmu tapi setidaknya taatilah perintah di sini. "Terdengar sekali suaranya seperti ingin marah, membuatku merasa sedikit ketakutan.
" Maafkan aku. " suaraku terdengar cukup serak, efek dari menahan tangisan,kurasa.
Lagi - lagi ia menghela nafas,
" Jadi, untuk apa kau ke sini? Dan sendirian? "Ketika ia menanyakan hal itu, entah kenapa aku merasa sedikit... senang?
Kemudian, aku menatap ke arah langit. Masih tetap cerah, sama seperti tadi." Tidakkah suasana hari ini begitu nyaman? Langit yang cerah tak menyilaukan, angin yang begitu tenang, suara kelopak bunga yang bergetar karena terhempas angin, membuatmu betah berlama - lama disini bukan? " Ucapku dengan berusaha tegar memandang sekitar, termasuk pula wajahnya.
" Katakan apa yang terjadi. " Nadanya masih tidak berubah, tetap tegas dan dingin, yang justru membuatku semakin menyukainya.
Aku hanya bisa tersenyum. Ya, ia pasti sudah menyadarinya. Aku memang baru beberapa saat yang lalu menjadi pendamping hidupnya, namun aku sudah mengenalnya jauh sebelum ini. Jauh sebelum semua masalah ini, jauh sebelum perasaan ini ada.
Ia tau seperti apa aku, dikala sedih, bahagia, terharu, terancam, hingga terdesak. Bisa dibilang, ia lebih memahamiku ketimbang diriku sendiri." Pagi tadi, aku merasa kurang enak badan. Aku memanggil penasihat kerajaan serta dokter, mimik wajah mereka sedikit berubah, dan aku menyadarinya. Mereka bilang, kondisiku menurun. Aku hanya bilang kalau aku belum makan, jadi mereka tidak usah khawatir. " Aku berusaha menghindari kontak matanya, aku takut melihat ekspresinya.
" Seberapa buruk? "
Suasana tiba - tiba hening. Aku tak sanggup menjawabnya, tapi mau tidak mau. Aku gak mungkin menyembunyikannya.
" Ada penyumbatan di dalam paru - paru ku. Mereka bilang, aku tidak boleh terlalu lelah. Jadi kurasa itu bukan masalah besar. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Deverse
Historical FictionA Historical Fiction Story'. Untuk dirimu, Di hari yang sendu ini, Izinkan aku mencurahkan segalanya Aku tau ini semua berat, tapi cobalah untuk tegar. Apapun yang kamu lakukan, sebelumnya, saat ini, dan setelahnya , Aku tetap mencintaimu, dengan c...