Haela
--
Reaksinya tentu sesuai dengan perkiraan ku, datar. Semakin menyadarkan ku bahwa aku memang tidak berarti baginya. Hanya sebatas raja dan ratu yang harus bertanggung jawab atas jabatannya.Anggap saja ucapanku tadi hanya basa basi. Jujur, aku tidak sanggup lama - lama berdua dengannya. Bukannya tidak nyaman, hanya belum terbiasa. Ketika malam hari pun kita tak saling berbicara. Aku telah tertidur sebelum ia datang dan bangun setelah ia tak ada
Suasana di depan istana terlihat sedikit gaduh.
" Ada masalah? " Suaraku sepertinya mengagetkan para pelayan istana. Memang benar, wajah mereka terlihat seperti ketakutan.
" Y-Yang Mulia... Maafkan saya! " Begitu terburu - burunya dia sampai terlihat bingung harus menunduk atau..?
" Kenapa terlihat begitu gaduh? Memangnya kamu salah apa? "
" Maafkan saya,Ratu! Kami kehilangan jejak tamu hari ini. Hari sudah semakin gelap, tapi kami belum kunjung menemukannya. Maafkan kami semua! " ucapnya sembari bersujud disusul para pengawal lain yang terlihat gugup sedari tadi
" Kalau begitu carilah, jangan sampai permasalahan ini berdampak ke depannya. "
" Baik, Yang Mulia! Udara dingin tidak baik untuk Anda, biar saya antar ke dalam-
" Tidak perlu. Laksanakan saja tanggung jawabmu, saya bisa kok sendiri. " Sembari tersenyum, menyusuri istana megah nan indah ini.
--
Suasana di dalam lorong ini memang sunyi, karena memang ada jalan tersendiri untuk menuju kediamanku dengan Loah. Para pelayan pasti sedang sibuk, kalau ku tawarkan bantuan pun nanti ujung - ujungnya dimarahin LoahDi suasana hening ini, aku mendengar suara derapan kaki.
Loah?
Gak mungkin.
Aku kan pamit duluan, jadi Loah pasti masih di luar. Pelayan hanya boleh ke daerah ini jika ada aku dan Loah, dan aku gak mengizinkan siapapun tadi. Lalu siapa?Lorong di depanku tampak gelap, hanya ada sedikit remang remang dari cahaya bulan.
" Siapa disana? "
Suara kakinya makin jelas. Jujur, aku takut. Tidak ada Loah disini, tidak ada siapa - siapa. Bagaimana kalau itu orang jahat? Bagaimana kalau mereka mau menculik?
Bentuk kakinya mulai terlihat, menembus lorong kurang cahaya. Tak lama setelah itu, bukannya merasa ketakutan tetapi aku malah terkejut
" Jian ?! Kenapa kamu disini? "
Alih alih menjawab pertanyaanku, Jian justru mendekatiku dengan muka datar. Membuatku berbidik ngeri
" Sakit? "
" Hah? "
" Mukamu pucat. " entah hanya perasaanku, tetapi ekspresinya seolah kasihan. Hal yang ku benci" Aku tidak apa - apa... Ada perlu apa kamu ke sini? "
" Sejak tadi aku mencarimu, bahkan hingga rela ke sini untuk sekedar bertemu dan hal yang kau lakukan adalah menganggapku seolah seperti penjahat. " ekspresi datar ala Jian itu memang mengerikan, aku gak tau apa yang harus ku lakukan
Membuatku berpikir keras dan hanya bisa menghela nafas
" Kalau kau sudah tidak ada urusan, lebih baik kau pulang. Para pengawalmu mengkhawatirkanmu. Tak baik ada orang asing berlama - lama disini "" Jadi kau menganggap aku sebagai orang asing? "
Ucapannya itu seketika membuatku kaku. Aku gak nyangka, Jian berfikir sejauh ini" Jian, kita sudah bukan anak kecil lagi " ucapku sembari mengeluh
" Kau tau apa yang aku maksud, Huanji. " Ia berjalan mendekatiku, menyudutkanku di sebuah dinding lorong yang besar ini. Suaranya seakan menggema
" Kau sakit? " dengan suaranya yang sendu pasti ia dengan mudah menaklukkan hati seorang perempuan berkelas sekalipun
Tanggapanku? Senyumin aja.
" Kondisiku sekarang memang kurang fit . Terlihatkah dari wajahku sampai kamu bisa menebaknya dengan mudah? Haha .. Tapi tenang saja, akan berangsur membaik kokDan sunyi. Ia malah diam menatapku, tanpa memberi tanggapan apapun. Dan, cukup membuatku risih. Seolah mengumpulkan berbagai niat, yang menghasilkan suatu pernyataan yang membuatku cukup kaget
" Aku mencintaimu. Dan aku bisa membahagiakan mu lebih dari ini. Aku tidak meminta cintamu, aku hanya butuh dirimu. Kenapa kau memilih bersama Loah? Apa yang kurang dariku? "
Suara kepakan sayap burung pun terdengar, menunggu jawabanku. Awalnya aku tidak berniat memperlihatkan nya, tapi sudah mencapai batas. Aku justru tertawa, cukup keras apalagi dalam keadaan yang sunyi itu. Membuatnya heran
" (haha) Kamu kenapa, Jian? (hahahaha) aduh aku gak kuat. Apa selama perjalanan ke sini, ada suatu insiden yang menimpamu? Aku jadi khawatir " ucapku diselingi tawa yang tak tertahankan. Sungguh, ini perasaan yang sangat aneh
" Huanji, aku seri-
" Lebih baik kau pergi dari sini. "
Suara yang berasal dari arah lain, membuatnya mundur beberapa kalah memperlebar jarak antara aku dan Jian. Terlihat seperti ketakutan, tentu saja.
Pahlawanku telah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deverse
Historical FictionA Historical Fiction Story'. Untuk dirimu, Di hari yang sendu ini, Izinkan aku mencurahkan segalanya Aku tau ini semua berat, tapi cobalah untuk tegar. Apapun yang kamu lakukan, sebelumnya, saat ini, dan setelahnya , Aku tetap mencintaimu, dengan c...