Part 9

10 2 0
                                    


Haela
__

Sinar matahari yang masuk melalui celah celah jendela membangun ku pagi ini. Apa yang ku lakukan tadi malam? Oh ya, berbicara dengan Loah. Pertama kalinya sih dalam hidup aku, berbincang dengannya secara tidak formal. Cukup senang sih, tandanya ada kemajuan. Mungkin dia sudah berangkat?

...
Wooah?! Loah?! Astaga dia masih tertidur. Jarang sekali melihatnya terlambat, apalagi dalam urusan kegiatan pagi hari. Sebaiknya ku bangunkan saja kah?

" Loah... Sudah pagi " Aku menepuk - nepuk pundaknya supaya ia segera bangun

" Yang Muliaaa " Ujarku sambil mendorong tubuhnya tanda frustasi. Ternyata ia karakter yang susah dibangunkan ya,

" Mmm... " gumamnya dalam keadaan setengah sadar
" Sudah pagi, Yang Mulia. " dengan nada selembut mungkin agar ia tidak merasa terganggu di awal hari nya

Responnya? Ia malah terdiam, membalikkan badan. Menolak

" Yang Mulia, ayolah kau bukan anak kecil. Cepat bangun atau aku panggil-
Hwaa-

Badanku tiba - tiba membatu. Apa ini? Kenapa... Dia tiba - tiba memelukku? Dalam keadaan tertidur?!

" Loah, cepat lepaskan-
Ia sama sekali tidak menggubris perkataan ku. Sebesar apapun perlawanan ku, tentu saja badannya lebih besar dariku. Di tendang dikit juga badanku bisa terhempas

Memutuskan untuk diam saja, Berusaha memejamkan mata menghilangkan rasa kesal yang muncul akibat ulahnya.

Tak lama, ia terbangun, sepertinya ia mencoba menalar apa yang terjadi

" A-ah... Maaf, tadi aku ngelindur. Maaf membuatmu tidak nyaman " lantas ia langsung bergegas bangkit dari kasur dan menjauhiku. Sekilas mukanya terlihat merah. Cukup lucu sih, rasanya ingin tertawa.

Merasa tidak nyaman kah? Entahlah. Rasanya .... cukup sulit didefinisikan

___
Waktu memang terasa begitu cepat, tau tau sudah pukul 12 siang. Matahari sedang panas panasnya, tapi selaras dengan semangatku yang menggebu - gebu, hari ini tidak ada jadwal satupun!

Senang sekali rasanya bisa menikmati indahnya taman bunga ini, tempat favorit. Tadi sudah ku pastikan apakah dia bakalan mengganggu atau tidak, syukurlah dia punya jadwal kenegaraan lainnya.

Duduk di kursi taman berwarna putih ini ditemani dengan sinar matahari yang hangat dan taman yang terawat dengan baik benar benar menenangkan pikiranku, menghilangkan segala hiruk pikuk masalah yang datang beriringan. Refreshing memang dibutuhkan untuk menjernihkan pikiran

Tapi tentu saja, sebesar apapun usaha tuk menghindar, masalah itu akan terus datang. Jujur saja, semakin ke sini staminaku semakin berkurang. Beberapa tugasku bahkan dialihkan kepada penasihat kerajaan. Mukaku sering terlihat pucat, entah pukul berapa terakhir kali aku makan.

Tadi pagi, dokter memeriksa. Dari mukanya juga sudah tersirat, aku paham. Haha, sampai kapan aku harus tersenyum palsu ini? Sampai aku pergi? Sampai ia peka? Sampai kapan?

Huft... Memikirkannya saja membuatku pusing, tujuanku ke sini bukan untuk hal itu. Aku hanya perlu beristirahat, itu saja.

" Permisi, Yang Mulia. " Suara salah satu dayang kepercayaan ku datang tanpa aku sadari. " Ada apa? "

" Yang Mulia Raja memintaku untuk memberikan ini kepada Nyonya " ucapnya sembari memberikanku sepucuk surat yang digulung dengan rapih, sepertinya cukup penting

" Terima kasih, Xieng. Kau boleh meninggalkanku " sembari tersenyum, menyiratkan kan dia tuk meninggalkanku sendiri. Memang tidak banyak dayang yang boleh memasuki taman ini tanpa seizinku, jadi kalau ada yang kesini berarti memang ada berita yang penting.

Kira - kira surat apa ya? Sayang sekali sih, suratnya lucu sekali. Berwarna peach digulung dengan tali berwarna biru langit membuatku tak tega membukanya. Ku baca surat itu, memastikan kalau aku tidak salah baca.

Aku tidak salah baca kan?
Ini kan ...

__
Dengan tergesa - gesa aku menemui Loah, perasaan campur aduk menemaniku selama perjalanan. Bahkan sampai terjatuh beberapa kali saking buru - burunya. Apa apaan ini

" Masuk " Suara Loah terdengar dari dalam, di selingi para pengawal membukakan pintu ruangan.

" Ada apa? Tumben menemui ku pada jam kerja begini " katanya dengan nada luwes. Seolah tidak ada hal yang berarti

" Jelaskan padaku, Loah. Ini apa? " ucapku sambil menunjukkan surat tadi. Surat pernikahan

" Itu surat pernikahan. Lalu? "

" Lalu itu masalahnya. Kenapa kau tidak memberitahuku kemarin? Ini sangat penting tau, Jian akan menikah! "

" Apa pentingnya itu? " balasnya dengan nada sewot dengan pandangan tak teralihkan sedikitpun dari tumpukan tugasnya . Membuatku menggerutu dalam hati

" Itukah maksud ucapan dia kemarin? Karena ia mau menikah? Bukankah seharusnya ia bahagia? Kenapa kemarin ia terlihat begitu sedih? " Gumamku dengan tatapan yang bisa dibilang kosong. Menimbang berbagai hal sampai tidak menyadari Loah menatapku dengan tatapan yang aneh

" Apa yang kau pikirkan? " suaranya menyadarkan dari lamunan, yang ku jawab dengan gelengan kepala

" Sebaiknya kau segera bergegas, sore ini kita akan berangkat. Acara nya akan diadakan malam ini. Cepat pergi " Dia mengusirku?

Tanpa basa-basi aku langsung membalikkan badan meninggalkannya tanpa sepatah kata apapun. Aku benar - benar kesal dengannya. Bukan karena sikapnya kepadaku, tapi kenapa ia seakan menutupinya dariku?

Dia pikir itu semua tidak penting? Jian akan menikah! Bahkan dengan Li An! Dan dia berkata seolah ini hanya pernikahan biasa?

Dia benar benar menyebalkan!!

DeverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang