Part 8
Loah
__
Sejak insiden senyuman tadi, membuatku berpikir sedikit tidak rasional. Aku? Jatuh cinta? Haha.. yang benar saja. Sudah aku tekankan berkali - kali, aku dan dia hanya sekedar raja dan ratu. Tak ada rasa yang terlibat, dan kita tidak membutuhkan itu untuk mengerjakan tugas masing - masing. Aku sudah bertekad untuk tidak pernah merasakan jatuh cinta. Tidak akan lagi.Cinta itu hanya merepotkan saja, hukum yang tegak bagai tombak pun akan meleleh jika dilumuri bumbu - bumbu kasmaran. Semua itu hanya merugikan, tak ada gunanya.
Tadi ia berjalan lebih dulu dariku. Lebih baik aku segera kembali, aku tidak suka melihat keributan hanya karena tersebar berita bahwa rajanya hilang di taman.
Namun tampaknya tidak sesuai perkiraan ku, kukira Jian sudah pergi. Kenapa keretanya masih disini? Aku tidak ingat jika ia meminta izin tuk pulang lebih malam.
" Ada apa ini ribut - ribut? " Suaraku membuat mereka semua membungkuk kaku. Tentu saja, suara Raja-nya.
" Maaf atas ketidaksopanan ini, Yang Mulia. Yang Mulia Li menghilang. Kami sudah berusaha mencarinya, namun-
BRAK
Tanpa sadar aku sudah memukul sebuah pilar di sebelahku, membuat pengawal itu diam menunduk ketakutan. Orang itu, senang sekali membuat onar ya, setidaknya jangan libatkan orang lain atas kesalahanmu." Cari kembali. Ia tidak akan jauh dari sini " suara berat + dingin membuat mereka berbidik ngeri. Bagaimana jadinya jika mereka membuat atasannya marah? Tamatlah hidupnya
" BAIK, YANG MULIA " ujar para pelayan dan pengawal. Lalu bersujud, entah tanda rasa hormat ataukah rasa takut mereka. Hari ini adalah hari yang berat, aku tidak ingin ada keributan. Aku ingin istirahat.
" Sepertinya Huanji langsung pergi ke kamar " ujarku, mengingat suasana disini cukup sunyi. Salah satu dayang juga tadi mengatakan kalau dia masuk tanpa pengawalan. Menelusuri lorong khusus memang ada bagusnya juga, jauh dari kesibukan istana.
" Kau tahu maksudku, Huanji. " suara itu menghentikan langkahku. Di depan sana, ada bayangan manusia. Ada 2. Yang satu itu sudah pasti Huanji, tapi siapa satu lagi? Siapa yang berani mendekati Huanji?
" Aku mencintaimu. Dan aku bisa membahagiakan mu lebih dari ini. Aku ...
Ucapannya itu membuatku terkejut. Aku tahu suara itu, si Jian. Mau apa dia disini? Apa maksudnya itu? Menggoda istriku? Cih, berani sekali dia. Benar - benar merepotkan, membuatku kesal.
Baru saja hendak menghajarnya, aku mendengar suara tertawa seseorang.Suara Huanji tertawa. Kenapa dia tertawa? Ia tidak merasa terpengaruh? Entahlah. Yang pasti hal itu tiba - tiba mampu mengurangi rasa marahku. Sungguh perasaan yang aneh /wah ambigu
Sebelum ia bertindak lebih jauh lagi, lebih baik aku samper aja kali ya?
" Lebih baik kau pergi dari sini "
Ucapanku barusan menyadarkan mereka, terutama Jian. Terlihat menduduk takut. Hah, punya malu juga ya?" Wah tokoh utamanya sudah datang. " seru Jian dengan senyuman yang menjijikan
" Kau benar, hari sudah malam. Para pengawal pasti mencariku, maaf merepotkan mu , Yang Mulia. " akhirnya ia pergi sembari menepuk pundak ku, kalau tidak ada Huanji disini pasti sudah ku banting dia
Baru beberapa langkah meninggalkan kami, ia sudah memulai onar
" Jangan lupakan ucapanku tadi. Huanji. " Hingga akhirnya benar benar pergiOke, aku cukup kesal. Tapi reaksi Huanji bisa dibilang cukup aneh. Ekspresinya datar, tidak menyiratkan apapun. Huft, dia memang aneh sih...
" Angin malam tidak bagus untukmu " sambil menatap dirinya
" Aku mengerti, Loah. Aku segera ke kamar " ucapnya menuju kamar, disusul diriku di belakang. Kalau dilihat - lihat, sudah seperti bodyguardnya saja.
__
Malam ini sama seperti malam - malam biasanya. Aku dan Huanji akan sibuk dengan kesibukannya sendiri. Biasanya Huanji sudah tidur lebih dulu, tapi karena sekarang sampainya barengan, sepertinya ia belum tidur." Sudah tidur? "
" Belum. Kau sudah? "
" ... "
Entah karena dia gabut atau gak sadar, kalau aku bertanya begitu berarti aku belum tidur dong?" Terpikirkan kata - kata dia kah? Sampai kau tidak seperti biasanya ? "
Dan suasananya kembali hening. Tak lama ia menjawab,
" Ketimbang memikirkan kata - katanya, aku justru lebih memikirkan alasannya. " Aku pun membalikkan badan, dan ternyata ia sudah menatap punggungku sembari tersenyum" Sebetulnya, aku juga cukup heran sih. Kenapa kau mau bersamaku? " berusaha meyakinkan dia kalau aku memang penasaran
Tapi dia hanya tertawa kecil " Se penasaran itu kah? " membuatku malu dan membalikkan badanku membelakanginya.
Ia masih saja tertawa, seolah olah begitu senang dengan ucapanku tadi. Aku hanya berusaha terlihat apa adanya di depannya, setidaknya ada yang membedakan antara aku dengan Huanji dan yang lainnya.
" Hhmm.. apa ya .. " dengan nada sedikit menyindir. Gemas sekali dengarnya, ingin rasanya bersikap tak acuh, tetapi malah jadi penasaran.
Hingga akhirnya ia menyerah pada candaannya." Kurasa.. aku memilihmu, karena kita saling membutuhkan. "
" Membutuhkan apa? " jawabku dengan cepat
" Suatu hal yang tak bisa dibayar dengan harta, dan digantikan dengan takhta. " Kemudian ia terdiam.
Aku berusaha memahami kata - katanya. Ia memang pandai merangkai kata, pantas saja ia sering dipuji karena puisinya.
Baru saja aku hendak bertanya lagi, aku menoleh sedikit ke belakang dan mendapatinya sudah tertidur pulas. Jadi tidak tega mengganggunya.
Saling membutuhkan? Benarkah? Mungkin saja. Aku orang yang kurang peka sih, mungkin saja ada hal yang ia lakukan dan itu cukup membantuku. Entahlah, aku buruk dalam bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deverse
Historical FictionA Historical Fiction Story'. Untuk dirimu, Di hari yang sendu ini, Izinkan aku mencurahkan segalanya Aku tau ini semua berat, tapi cobalah untuk tegar. Apapun yang kamu lakukan, sebelumnya, saat ini, dan setelahnya , Aku tetap mencintaimu, dengan c...