Hidup adalah serangkaian kebetulan.
Kebetulan adalah takdir yang menyamar.Fia kembali ke ruangan ibu nya dalam keadaan hati yang cukup tenang. Didalam ruangan itu terdapat teman-teman sekolah fia menjenguk ibunya.
Fia menghentikan langkahnya tepat dibelakang seorang pria yang hari kemarin membuat fia merasa sangat gelisah.
Fia mengkerjap-kerjap kan mata bulat nya itu. Seakan ia tak percaya bahwa pria itu dihadapannya.
"Neng?"ucap ibu rosa dengan nada lemas.
"Hah?!"jawab fia sedikit terkejut.
"Kamu lagi apa diem di situ?" Tanya bu rosa dengan sedikit heran.
"Hehe..ngga bu lagi ngitung semut yang lewat nih dilantai" jawab fia dengan nyengir kudanya.
"Semut ko ya di itungin sih neng" oceh ibu rosa kepada anaknya dengan menggeleng-gelengkan kepala nya itu.
Teman-teman nya pun hanya terkekeh melihat anak dan ibunya berdialog.
"Yaa ngga papa kan supaya ngitung nya juga lancar,terus supaya hapal sama semut yang betina atau yang jantan nya juga bu. Kalo udah hapal sama semut kan enak,barangkali nanti fia lagi butuh bantuan terus ada semut yang fia kenal bisa fia manfaatin kan buat nolong fia kalo kepepet." oceh fia kembali.
"Haduh..punya anak ko ya giniii gitu yaaa?" Keluh ibu rosa kepada anak ayu nya itu.
"Udah gila apa gimana sih lu?"ucap harum menanggapi ocehan fia.
"Udah jelas gila lah dia mah..orang tingkat kegilaannya ajah udah stadium 8,gimana ngga stres coba!. Sambung ina dengan sedikit kekehan dari ucapanya.
"Sstt..yang waras mah ngalah bae" ucap fia tiba-tiba.
"Enak ajah ada juga lu yang gila kita yang waras!". Sambung harum tak terima.
Pria itu tetap saja berdiam melihat tingkah laku fia yang mungkin membuat ia lebih menyukainnya.
"Diluar ajah yu" ajak ina kepada teman-temannya.
"Ibu istirahat ajah ya bu..kalo mau apa apa panggil fia ajah. Pasti fia ngga akan datang ko bu" oceh fia kepada ibu nya.
"Lah ko ngga akan datang?" Protes sang ibu.
" yaiya kan fia agak budegan bu. Hehee."jawab fia dengen cengirannya kembali.
"Terserah kamu ajah lah" ucap sang ibu pasrah.
"Yih ibu maahh. Senyum doongg." Rayu fia kepada sang ibu.
"Iyaaaa udaaah sanaa"
Fia pun hanya memasang muka melas nya kerena sang ibu tak merespon lawakan konyol nya itu.
Teman-temannya pun tertawa bahagia melihat ekspresi fia yang sangat datar.
Setelah keluar dari ruangan itu. Fia langsung merasakan detak jantung yang bentar lagi akan putus dari tempatnya. Ia baru berfikir dan mempertanyakan mengapa pria itu berada disini.
"Ehh tuh orang ko ya ada disini sih? Tau dari mana gue ada disini? Terus ko kenal harum sama ina? Ngga punya malu apa gimana tuh orang? Mau ngapain juga disini? Sok sok banget sih? Baru kenal ko langsung ajah gitu ya? Cowo bener apa ngga sih? Ko ya dia ngga dipondok?" Batin fia dalam hatinya.
Semua pertanyaan dan rasa heran itu tertuju untuk pria itu.
"Gue mau beli minum dulu fi..bentaran ya" izin harum pada fia.
"Guee ikut" sambung ina.
"Lah terus gue ditinggalin?"
"Ya ngga kan ada ka khair" ucap ina menjawab pertanyaan fia.
"Hah?"
"Udah gen biasa bae" ucap harum sambil menutupi mulut fia yang sedang mengangah.
"Heem deh".
Sunyi.
3 menit tak ada obrolan sama sekali.
"Udah baca?" Tanya ka khair dengan ragu.
Akhirnya pria itu mengawali pembicaraan.
"Udah" jawab fia singkat.
"Maaf"
"Untuk?"
"Semuanya"
"Heem" respon fia cepat namun singkat karena ia tak ingin memperpanjang semuanya.
Sebenarnya ia tak mengerti ucapan maaf apa yang pria itu katakan."Ka..mau pulang ngga?" Tanya ina yang tiba-tiba saja datang tanpa salam.
"Ayok ajah"
"Yaudah deh ayo keburu malem nih" protes harum.
"Gue pulang ya fi" pamit ina.
"Gue juga yaa" sambung harum.
"iyaa makasih..ati ati yaa"
"Kaka pulang yaa" ucap ka khair dengan senyum simpulnya.
"Iyaa ka..atu ati"
"Jaga diri kamu baik baik" lanjut nya.
"Emmm ayookkk ka aduhh"protes ina dengan rewelnya.
"Assalamualikum fi" pamit ka khair kembali dengan senyum manisnya.
"Waalaikumussalam ka" jawab fia dengan senyum ragu nya.
Takdir memang selalu milik allah. Takdir untuk hari ini bertemu pun hanya engkau yang mengetahuinnya. Hambamu hanya menjalani dan mempasrahkan segala takdir yang engkau tetapkan. Batin fia dalam hati.
Lemahabang,29 Oktober 2018.
Lthfkmlyhptr
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Pondok Pesantren
SpiritualSemua kehidupan harus mengalami perjuangan agar lebih menghargai arti hidup.