Tattoo

941 172 30
                                    

"Eric tau gak? di belakang kampus lagi ada festival kesenian gitu"

Eric Son melirik dari balik buku tebalnya, menatap Felix yang asik memelototi layar ponsel.

"Oh itu, tau. Kenapa?"

Ngomong-ngomong tumben sekali bocah maniak game itu baca buku. Ya apalagi alasannya kalau bukan karena menjelang musim ujian di pekan depan.

"Kesana yuk! gue pengen gambar tattoo"

"Lah random banget sih lo. Tattoo apaan? tattoo naga? atau telornya biar ntar netas gitu? sini gue gambarin pake spidol"

"Bodo ric bodo. ayo buruan ah, liat nih seru-seru tattoo nya" si pirang menyodorkan ponsel ke depan wajah Eric, menunjukkan instagram yang menampilkan salah satu stand seni rajah di festival itu.

"Widih kece, detil banget jir"

"Makanya"

"Lo mau digambarin apa? gue anter kalo lo pasang tattoo di jidat"

"Tulisan"

"Tulisan doang mah gue juga bisa, tulisan calon dokter nih"

"Bacot dah. Ayo buruan, atau lo gue usir permanen dari kosan suci gue"

"Iya iya. traktir tapi"

"Lo mau pasang tattoo juga?"

"Iya."

×∆• ×∆• ×∆•

Felix menatap pantulan dirinya di cermin dengan puas. Sebuah seni rajah menghiasi perpotongan leher dan bahunya. Sederhana, hanya tulisan mungil dengan tinta hitam.

'Sydney's'

Itu adalah tattoo temporal yang akan hilang setelah dua minggu.

"Udah udah, ngaca terus juga itu tulisan gak akan berubah jadi tiket konser"

"Bagus banget tau, seneng gue"

"Kayak bocah aja lo, Lix. harusnya pake tattoo dari permen yosan di jidat, baru keren"

"Bacot. Oh iya, lo pasang tattoo juga kan? mana liat!"

"Cari deh"

"Lo pasang di tempat yang jorok ya?"

"Anjir otak lo."

"Pasang di ketek ya? ketek lo kan jorok banget"

"Gak lah. agak turunan dikit"

"Bisep? sikut?"

"Ini nih"

Eric menyodorkan pergelangan tangan kirinya ke hadapan Felix. Pergelangan itu telah tercoret tinta hitam, sama seperti milik Felix.

"Itu turun jauh, bego. Apasih tulisannya? kriwel-kriwel banget susah dibaca"

"Catlix."

"Lah anjir, ngapain coba?"

Pipi penuh freckles itu sedikit merona. hanya sedikit.

"Tadinya mau gue buat permanen, biar ada alesan kalo mau potong tangan."

"Kenapa harus itu tulisannya?"

"Daripada gue nyatetin contekan buat ujian"

"Gak gitu juga, bego. Itu kan nama gue."

"Lo kenapa pake tattoo itu?"

"Biar gue inget pulang. Gue kan anak rantau"

"Gue juga sama"

"Apanya? Kita beda kampung coy."

"Biar inget pulang"

"Gak jelas, anying."
Kali ini merona sempurna.

•∆× •∆× •∆×

Shut up, Mr. Son! - FericTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang