Sesuai seperti janjinya dua hari yang lalu, Renjun mengunjungi Emma di kamar tempat ia dirawat.
Renjun memasuki kamarnya dan melihat Emma yang sedang duduk di kasurnya sambil menatap keluar jendela. Sinar matahari sore menyinari kamarnya dengan lembut melalui celah - celah tirai yang menggantung di jendela.
Kamarnya terlihat sama seperti kamar kakeknya. Hanya saja sedikit lebih rapi karena tidak banyak barang dan terasa sedikit sunyi.
Renjun berjalan mendekati Emma dan perempuan itu langsung mengalihkan lamunannya ke asal suara langkah kaki Renjun. Namun yang sedikit mengejutkan bagi Emma adalah saat ia melihat satu orang asing lagi yang berjalan mengikuti Renjun tepat di belakangnya.
Ia menjadi sedikit tidak nyaman apalagi ia tidak mengenal sama sekali siapa laki - laki itu, tapi karena ada Renjun setidaknya ia kira keberadaan orang itu tidak akan menjadi masalah.
Renjun mengambil kursi dan menyeretnya tepat di sebelah kasur Emma lalu mendudukinya. Ia tersenyum tipis ke arah Emma untuk menghilangkan rasa canggung.
"Halo, Emma. Gapapa kan kalo aku ajak dia?"
Renjun menunjuk Chenle yang berdiri di belakangnya. Chenle hanya menunduk singkat sambil tersenyum kaku saat Emma meliriknya.
"Ah, maaf, tapi dia siapa?" tanya Emma.
"Dia adik sepupuku dari Shanghai. Tapi tenang aja, dia bisa bahasa Indonesia kok. Kebetulan dia dateng karena jenguk kakek, dan daripada bosen di kamarnya kakek aku ajak ke sini deh."
"Oh." Emma mengangguk - angguk.
"Kenalin aku Chenle."
Chenle menjulurkan tangannya pada Emma. Dengan agak canggung Emma menjabat tangan Chenle.
"Aku Emma."
"Jadi aku harus panggil Emma atau kak Emma atau...?" tanya Chenle.
"Aku 18 tahun." jawab Emma mengisyaratkan Chenle untuk menentukan sendiri panggilan apa yang benar untuknya.
"Ah! Kita seumuran."
"Oiya? Bagus deh, panggil aku Emma aja."
Chenle mengangguk lalu menarik kursi satu lagi dan duduk di samping Renjun.
"Oh kamu 18 tahun? Aku lebih tua setahun berarti." timpal Renjun.
"Kak Renjun?" tanya Emma.
"Nggak usah. Panggil Renjun aja."
"Aku juga boleh?" tanya Chenle.
Renjun hanya tersenyum seolah - olah mengatakan "Mau cari gara - gara?" lalu Chenle langsung menunduk, "Iya iya maaf, ge."
"Oiya, ini aku bawain buah. Kamu suka apel?"
"Suka - suka aja sih."
"Ini." Renjun menyodorkan sebuah kotak makan transparan kepada Emma, "Udah aku potongin, tinggal makan aja."
"Makasih." ucap Emma saat menerima kotak makan itu dari Renjun.
"Hari ini kamu ngga ke taman?"
Emma menggeleng sambil mengunyah buah apelnya.
"Kenapa?"
"Tadi pagi habis nge-drop, jadi ngga dibolehin keluar kamar dulu."
"Oh, biasanya boleh?"
"Ngga juga sih sebenernya. Cuma aku bandel aja. Habisnya bosen."
"Terus kamu di kamar ngapain aja? Kamu ngga suka nontonin apa gitu?" tanya Chenle di sela - sela obrolan Renjun dan Emma.
KAMU SEDANG MEMBACA
vivant • huang renjun ✔️
Fanfictionmereka bilang kita baru mengetahui bahwa sesuatu itu berharga setelah kita kehilangan hal tersebut. tapi tidak, kata - kata itu tidak berlaku bagiku. 181021 - 181203✔️