Hari ini Renjun sedang beruntung karena ia dapat menyempatkan waktunya untuk mengunjungi Emma setelah kelasnya selesai.
Seharusnya ia harus langsung pulang karena kakeknya tidak boleh ditinggal sendirian. Tetapi karena sekarang maminya telah menyewa perawat untuk mengawasi kakeknya, Renjun pun bisa sedikit lebih leluasa untuk menyempatkan waktunya melakukan hal lain selain yang berhubungan dengan perkuliahan dan menjaga kakeknya.
Sejak Emma melakukan transplantasinya, mamanya cuti dari kerja sehingga dapat menemani Emma setiap saat. Apalagi sekarang kondisi Emma memang harus benar - benar dipantau, tidak seperti dulu yang bisa ditinggal sendirian.
"Emma, itu ada temen kamu dateng." ucap mamanya.
Emma yang sedang membaca buku spontan mendongak dan melihat Renjun yang sedang menyapa mamanya.
"Habis dari mana, Jun?" tanya mamanya.
"Habis kuliah nih tante."
"Terus langsung ke sini? Belum makan ya pasti?"
"U-udah kok, te."
"Bohong itu ma." sahut Emma.
Mamanya yang mendengar perkataan Emma langsung tersenyum.
"Yaudah tunggu, tante beliin makanan dulu ya. Tante juga belum makan siang soalnya."
"Loh ngga usah tante." Renjun buru - buru menjawab karena sungkan.
"Udah anggep aja sebagai balasan karena kamu sering temenin Emma."
Renjun tidak bisa mengelak dan akhirnya hanya mengiyakan ucapan mamanya Emma.
Lagi - lagi ia harus ditinggal berdua dengan Emma saja. Selama beberapa detik maupun Renjun atau Emma tidak ada yang mengeluarkan kata - kata sepatah pun. Keduanya hanya diam di tempatnya masing - masing terutama Renjun yang hanya menunduk di kursinya.
Sejujurnya Emma menunggu untuk Renjun mengajaknya bicara duluan, tapi karena Renjun tak kunjung bersuara akhirnya ia tidak tahan dan memecah keheningan terlebih dahulu.
"Kamu kenapa sih?"
Renjun mendongak dan merasa seperti sedang tertangkap basah.
"3 hari lalu waktu kamu ke sini juga kamu banyak diemnya. Ngga biasanya kamu kayak gini, aneh tau ngga? Kenapa sih?"
Alasan mengapa Renjun hanya diam adalah karena percakapan antara mama dan papanya Emma yang ia dengar 4 hari lalu.
Percakapan mereka tentang bagaimana Emma mengalami infeksi yang kemungkin beresiko tinggi. Renjun hanya tidak sanggup membayangkan hal terburuk akan terjadi pada Emma.
"Kamu sehat?" tanya Renjun balik tanpa menghiraukan pertanyaan Emma yang sebelumnya.
"Kan kamu tau sendiri aku lagi masa pemulihan."
"Iya tau. Maksudnya, ngga ada masalah kan?"
Emma diam untuk beberapa detik sambil menatap Renjun, "Ngga ada." jawab Emma singkat.
Renjun menatap Emma. Ia memastikan jawaban yang Emma berikan memang benar adanya. Namun sorot matanya berkata jika Emma memang mengatakan hal yang sejujurnya.
Tapi ini aneh, justru harusnya Emma tahu kan tentang infeksinya? Tapi mengapa barusan perempuan itu berkata seolah - olah memang benar ia tidak mengalami hal apapun?
Renjun merenung sejenak, mungkin ia perlu bicara dengan mamanya Emma saja? Atau bagaimana?
"Hei, Snufkin. Tuh kan diem lagi."
Renjun menghela nafas sambil menatap Emma, "Beneran?"
Lagi - lagi Emma tidak langsung menjawab dan malah tersenyum getir.
KAMU SEDANG MEMBACA
vivant • huang renjun ✔️
Fanficmereka bilang kita baru mengetahui bahwa sesuatu itu berharga setelah kita kehilangan hal tersebut. tapi tidak, kata - kata itu tidak berlaku bagiku. 181021 - 181203✔️