bonus - gift

1K 131 12
                                    

"Renjun!"

Laki - laki yang dipanggil namanya itu malah mengangkat buku gambar yang ia pegang tinggi - tinggi. Dengan senyum jahilnya, ia semakin berjinjit untuk menghindari jangkauan perempuan yang daritadi mengomelinya.

"Kenapa sih ngga boleh liat?"

"Ih udah lah balikin cepet."

Renjun menyerahkan buku gambarnya pada pemiliknya, siapa lagi kalau bukan Emma.

"Emang sejak kapan kamu bisa gambar?"

"Berisik."

Emma merebut lagi buku gambarnya dan menjauh dari Renjun dan taman belakang rumah sakit ini.

Sore harinya yang tenang kali ini harus terganggu oleh ulah jahil Renjun. Karena Renjun bilang ia mungkin tidak datang ke rumah sakit hari ini, Emma pun memanfaatkan waktunya untuk menggambar. Tapi, tanpa dia sangka laki - laki itu ternyata tetap saja datang menjenguknya.

"Kan aku bilang mungkin, bukan pasti ngga dateng." bantah Renjun saat tadi Emma mengomel sedetik setelah ia dikagetkan di taman ini.

Renjun berlari kecil menyusul Emma, khawatir kalau temannya ini marah sungguhan padanya.

"Emma, maaf dong."

Emma meliriknya singkat namun tetap berjalan mendahalui Renjun tanpa berkata apa pun.

"Tapi aku beneran ngga boleh liat?"

Akhirnya perempuan itu menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Renjun yang buru - buru berhenti untuk menghindari tubuh mereka saling menabrak.

"Boleh. Tapi ngga sekarang. Tunggu aja buat ulang taun kamu nanti."

Emma menepuk pundak Renjun sekali sambil tersenyum, lalu kembali melanjutkan jalannya.

Sementara Renjun hanya mematung dengan senyum yang perlahan mengembang. Sepertinya ia tidak pernah setidak sabar ini untuk menunggu ulang tahunnya sendiri.
.
.
.

Jam dindingnya menunjukkan waktu tepat pukul dua belas malam.

Renjun terduduk di meja belajarnya dalam diam. Tangannya berusaha meraih pegangan laci kecilnya tempat di mana ia menyimpan buku gambar yang diberikan mamanya Emma saat hari pemakamannya.

"Kenapa kamu harus pergi sebelum ulang taunku sih?" gumamnya.

Dengan tangannya yang bergetar, Renjun menarik lacinya. Buku gambar bersampul biru navy yang sejak 2 minggu lalu tergeletak di sana.

Walaupun sudah 2 minggu berlalu, tapi tetap saja rasanya seperti baru saja kemarin Emma meninggalkan dunia ini. Meninggalkan papa dan mamanya. Dan juga meninggalkan Renjun.

Hari yang awalnya ia tunggu - tunggu dengan perasaan bahagia, entah mengapa sekarang malah membuat hatinya terasa berat. Sama beratnya seperti saat ia membuka sampul halamannya untuk pertama kali.

vivant • huang renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang