Renjun menapakkan kakinya lagi untuk kedua kalinya di rumah sakit ini. Langkah kakinya membawanya ke lift terdekat dan berhenti untuk menunggu liftnya tiba di lantai tempat ia berada.
Mungkin hari ini Renjun sedang beruntung. Kelas siangnya hari ini berakhir lebih cepat dari biasanya. Seharusnya kelasnya baru selesai pukul 4 sore namun karena dosennya sedang ada keperluan, kelasnya pun dibubarkan sekitar pukul 3 sore.
Tadi pagi ia memang diberi tahu maminya bahwa om dan tantenya yang tinggal di Shanghai akan berkunjung untuk mengecek keadaan kakeknya.
Renjun pun mengiyakan saat maminya menyuruhnya untuk langsung ke rumah sakit setelah kelas terakhirnya selesai.
Setelah liftnya tiba, ia langsung masuk.
Tidak ada sesuatu yang spesial selama ia menaiki lift ini. Kecuali saat lift itu berhenti di lantai 3 karena ada orang yang masuk, dan tanpa sengaja Renjun melihat sosok yang familiar berjalan melewati lift.
"Sebentar- maaf, permisi saya mau turun."
Renjun berusaha sebisa mungkin menerobos orang - orang yang ada di lift agar ia bisa keluar. Beruntungnya orang yang berada paling dekat dengan tombol lift langsung memencet tombol untuk mencegah pintu liftnya tertutup.
"Terimakasih." Renjun membungkuk singkat sebelum ia sedikit berlari menghampiri orang yang tadi ia lihat.
"Tunggu! Emma!"
Perempuan yang dipanggil namanya itu menoleh dan berhenti saat ia akan menuruni tangga.
"Renjun?"
Renjun sedikit terengah - engah setelah ia tiba di samping perempuan itu.
"Kamar kamu di lantai 3?"
"Iya."
"Oh." Renjun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia sendiri sebenarnya bingung mengapa ia sampai tiba - tiba menghampiri perempuan ini.
Ia memutar otak untuk menemukan topik pembicaraan dan memberanikan dirinya untuk bertanya.
"Kamu mau ke mana?"
"Ke tempat kemarin."
"Taman belakang gedung?"
Emma mengangguk.
"Aku boleh ikut?"
"Terserah kamu."
Sepertinya Renjun sendiri telah lupa bahwa tujuannya ke rumah sakit adalah untuk menjaga kakeknya. Tetapi sekarang ia malah mengikuti perempuan yang baru ia kenal selama satu hari ini ke taman.
Well, jika definisi kenal di sini hanya sebatas tahu nama, maka Renjun memang sudah mengenal Emma. Tapi lebih dari itu? Renjun tidak tahu apa - apa.
Mereka hanya berjalan dalam diam sampai mereka tiba di bangku dekat danau. Emma menempati bangkunya dan menyisakan tempat untuk diduduki Renjun.
"Kamu habis jenguk kakekmu?" tanya Emma yang masih menatap danau.
"Ah..." Renjun menggaruk tengkuknya lagi, "Sebenernya tadi mau ke atas. Tapi gara - gara liat kamu aku malah ikut ke sini."
"Loh gimana, sih? Kakek kamu sendirian?"
"Engga. Ada keluarganya om aku kok."
"Oh."
Emma menoleh sejenak dan Renjun hanya menatapnya dengan bingung. Ekspresi wajahnya saat ini sulit diartikan walaupun selama ini Emma memang lebih sering memasang wajah datar.
"Ngga enak rasanya di dalem kamar rumah sakit sendirian terus."
"Maksudnya? Kamu biasanya sendirian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
vivant • huang renjun ✔️
Fiksi Penggemarmereka bilang kita baru mengetahui bahwa sesuatu itu berharga setelah kita kehilangan hal tersebut. tapi tidak, kata - kata itu tidak berlaku bagiku. 181021 - 181203✔️