"Snufkin? Tumben datengnya pagi?"
"Hai, Little My."
Renjun melambaikan tangannya lalu menutup pintu geser ruangan ini.
"Dosen aku ngga bisa ngajar pagi ini, makanya ke sini deh."
"Hooo." ucap Emma sambil setengah menggoda.
Pasalnya sekarang masih jam setengah 8 pagi dan Renjun sudah menjenguknya. Tidak seperti biasanya karena Renjun selalu menjenguknya hanya di sore hari.
"Terus daripada pulang kamu lebih milih jenguk aku? Terharu saya." goda Emma lagi.
Renjun memutar bola matanya malas lalu meletakkan tasnya di sofa yang ada di kamar Emma.
"Mau keluar ngga? Jalan - jalan ke taman, mumpung belum panas banget."
Emma menggeleng, "Ngga kuat jalan jauh - jauh."
Renjun menggumam sebentar sambil berpikir lalu keluar dari kamar, "Tunggu bentar."
Sebelum Emma sempat bertanya, Renjun sudah keluar lagi dari kamarnya walaupun belum ada 5 menit sejak ia pertama kali masuk ke sini.
Dengan rasa penasaran ia hanya bisa menunggu di kasurnya karena tidak mungkin ia mengikuti Renjun untuk keluar kamar. Seperti yang dikatakannya tadi, ia memang tidak memiliki banyak tenaga untuk berjalan lama - lama.
Sesaat kemudian Emma mendengar suara pintu kamarnya terbuka dan melihat Renjun yang dengan susah payahnya mengangkat sesuatu.
Kursi roda?
"Nih, aku pinjemin kursi roda ke suster. Katanya juga gapapa kok kalo mau keluar bentar." ucap Renjun setelah ia tiba di tepi kasur Emma dengan nafas yang sedikit tersengal. Ia menyandarkan kursi roda yang masih dilipat itu di tepi kasur, "Jadi, ayo ke taman."
Bukannya menjawab ajakan Renjun, Emma malah tertawa, "Kayaknya masih kepagian ya, otak kamu belum bangun sepenuhnya nih. Kursi rodanya kan bisa dibuka terus kamu bawanya didorong, daripada diangkat - angkat kan berat. Mana badan kamu kecil banget, ngga ada patah tulang kan?"
Renjun langsung menoyor kepala Emma karena ejekannya barusan. Memang kata - katanya ada benarnya juga tapi tentu saja ia sedikit kesal karena usahanya dicibir.
Emma hanya mengusap kepalanya sendiri sambil masih tertawa.
"Bukannya bilang makasih." ucap Renjun sambil cemberut.
"Lah aku emang belum selesai ngomong." Emma mengulurkan tangannya lalu mencubit pelan pipi Renjun, "Makasih Injun temanku yang paling baik dan perhatian."
Renjun menepis tangan Emma yang mencubit pipinya lalu menatapnya masih dengan tatapan kesal.
"Ngga mau tau, pokoknya kamu harus mau ke taman. Aku udah susah - susah pinjem kursi rodanya." ucap Renjun sambil membuka kursi roda yang ia pinjam.
Emma hanya mengangguk lalu turun dari kasurnya dengan bantuan Renjun lalu duduk di kursi roda.
"Emang kamu kuat dorong aku? Kamu kan kurus kecil-"
"Bawel."
Tanpa aba - aba Renjun langsung mendorong kursi rodanya dan membawa Emma keluar dari kamarnya.
Sepertinya Emma salah tentang anggapannya barusan. Buktinya sekarang Renjun dapat dengan mudahnya mendorong dirinya melewati lorong - lorong rumah sakit ini hingga ke taman.
Ini pertama kalinya bagi Emma mengunjungi taman ini di pagi hari.
Dan benar saja kata Renjun, sekarang masih belum terlalu panas. Ditambah pohon- pohon yang rindang membuat suasana pagi hari di taman ini jauh lebih menyegarkan daripada di sore hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
vivant • huang renjun ✔️
Fanfictionmereka bilang kita baru mengetahui bahwa sesuatu itu berharga setelah kita kehilangan hal tersebut. tapi tidak, kata - kata itu tidak berlaku bagiku. 181021 - 181203✔️