Chapter 9

4.2K 475 51
                                    



Jaehyun baru saja akan menaiki tangga seusai dari dapur untuk mengambil air minum ketika tiba-tiba saja Pak Jang –supir pribadi ibunya- melewatinya dengan Jeno berada di gendongannya. Jika saja Jaehyun tidak salah lihat, baju Jeno terlihat kotor dan wajahnya pucat. Beberapa saat kemudian sang ibu berjalan mendekat.

Jaehyun menahan tangan sang ibu.

"Eomma, Jeno kenapa?" tanya Jaehyun.

"Entahlah, sayang. Adikmu tiba-tiba saja muntah setelah terjatuh di pemakaman" jawab Yoona panik.

Jaehyun sedikit tersentak mendengar penuturan ibunya. Sekalipun ia tidak lagi sedekat dulu dengan Jeno bahkan terkesan membenci bocah itu, Jaehyun tahu kalau Jeno anak yang sehat. Anak itu jarang sekali sakit. Biasanya jika demam tidak sampai muntah bahkan hingga terlihat buruk seperti tadi. Entah kenapa hatinya kini diselimuti rasa khawatir.

"Eomma.. boleh aku menemani Jeno?" tanya Jaehyun pelan, sangat pelan hingga Yoona tak mendengarnya.

"Boleh aku menemani Jeno?" tanya Jaehyun sekali lagi.

Entah setan apa yang sedang merasuki Jaehyun saat ini.

Yoona tersenyum. Air mata berkumpul di kelopak matanya dan tiba-tiba saja berjatuhan. Permintaan Jaehyun sungguh membuat wanita itu bahagia bukan main. Kakak yang dulu begitu dekat dengan Jeno, kakak yang menjauh dan bersikap dingin pada Jeno setelah mengetahui status Jeno, kini sedang menawarkan diri untuk menjaga adiknya. Yoona tak peduli ini nyata atau tidak, yang jelas ia begitu bahagia mendengarnya.

"Tentu sayang, tentu saja. Jeno itu adikmu" suara Yoona bergetar karena tangis kebahagiaan.

Jaehyun tersenyum lega. Ia sempat berfikir bahwa sang ibu akan melarangnya mendekati Jeno karena perlakuan buruknya.

"Tolong temani adikmu di kamar, eomma akan berganti baju dan menyiapkan air hangat untuk adikmu"

Yoona menepuk lengan Jaehyun pelan seraya tersenyum pada putra sulungnya lalu pergi menuju kamarnya.

.

Jaehyun membuka pintu kamar Jeno pelan, sangat pelan hingga tidak ada sedikitpun suara yang ia timbulkan. Ia tidak ingin membangunkan Jeno. Entah kenapa ia akan merasa sangat canggung jika saja adiknya membuka mata secara tiba-tiba. Hubungan mereka tidak lagi sedekat dulu ketika Jaehyun belum mengetahui kebenaran tentang Jeno.

Setelah mengetahui kebenarannya, Jaehyun maupun ayahnya menjauhi Jeno bahkan bersikap sinis pada Jeno. Jujur saja, Jaehyun sebenarnya tidak ingin bersikap seperti itu pada Jeno. Ia tahu Jeno tidak bisa memilih dari siapa ia dilahirkan, bocah itu tidak bersalah. Tapi jika mengingat betapa sakit hati sang ayah karena penghianatan ibunya juga ayah kandung Jeno, tanpa sadar Jaehyun mulai memperlakukan bocah itu dengan buruk.

Kamar Jeno tidak banyak berubah. Catnya masih berwarna biru laut seperti dulu. Jika dulu akan banyak mainan berserakan di kamar sang adik, kini tidak lagi. Miniature gundam tertata rapi di etalase kecil dekat meja belajar Jeno. bahkan beberapa tumpuk komik pun tersusun rapi pada tempatnya. Jaehyun mendekati rak buku Jeno, kemudian mengernyit setelah melihat bahwa hanya ada buku komik pada rak tersebut. Ia juga suka membaca komik, tapi tentu saja ia memiliki buku bacaan selain komik.

Ia melirik kearah meja belajar Jeno, sedikit mengernyit ketika ia mendapati sebuat alat perekam suara berwarna hitam dan sedang terhubung oleh kabel headset tergeletak di meja belajar adiknya.

Untuk apa Jeno menyimpan alat tua seperti ini?

Jaehyun meraih benda itu dan dengan penuh rasa penasaran ia mulai memasang headset di telinganya. Menekan tombol 'on' pada benda tersebut dan mencoba mendengarkan musik seperti apa yang akan keluar dari benda tersebut. Jaehyun mengernyit, semakin lama kerutan di dahinya semakin dalam. Yang terdengar dari benda itu bukanlah sebuah musik, melainkan sebuah suara biasa. Suara seseorang yang seperti sedang menjelaskan sesuatu. Dan menurut Jaehyun seperti sedang menjelaskan sebuah mata pelajaran.

'Untuk apa bocah itu mendengarkan hal semacam ini?' batin Jaehyun.

Tanpa sengaja sudut matanya menangkap tas Jeno yang sedikit terbuka. Dari dalam tas tersebut, ia melihat ada beberapa buku di dalamnya. Entah kenapa tanpa sadar tangannya terulur begitu saja ke dalam tas dan mengeluarkan buku catatan Jeno. Ia membuka kembar demi lembar dari buku itu. Namun tak lama kemudian tangannya bergetar, pikirannya menjadi tak karuan melihat catatan Jeno.

Tulisan Jeno tidak rapi, bahkan mirip seperti tulisan anak TK. Sebenarnya bukan tulisan, melainkan cara menulisnya. Banyak sekali kata-kata yang salah eja, bahkan sampai harus dilingkari dan dibenarkan di atasnya entah oleh siapa, namun yang jelas tak seperti tulisan orang dewasa. Bukan hanya satu atau dua yang dilingkari, melainkan banyak bahkan hampir sebagian besar.

Jaehyun terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja ia lihat.

Tidak mungkin..

Tidak mungkin..

Jaehyun menggelengkan kepala, mencoba mengusir berbagai kemungkinan yang tercipta dalam otaknya.

"Sayang, sedang apa?"

Buku catatan yang sedang ia pegang terjatuh begitu saja karena kedatangan ibunya yang tiba-tiba dan membuatnya terkejut.

Yoona menatap putra sulungnya dengan penuh tanda tanya. Kemudian matanya terbelalak ketika melihat buku catatan Jeno terjatuh dari genggaman Jaehyun.

"Jaehyun-ah.. kau.." Yoona tak mampu lagi berkata-kata.

Jaehyun kaku di tempat, ia menatap ibunya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Eomma.. katakan padaku kalau semua tidak benar.." Jaehyun bergumam.

"Sayang.." Yoona tak tahu harus berkata apa. Rahasia yang selama ini telah ia dan Jeno simpan begitu rapi sepertinya akan terbongkar begitu saja.

"Kalian menyembunyikan sesuatu dariku, kan?" tanya Jaehyun. Suaranya pelan namun sedikit mengintimidasi.

Yoona menggeleng pelan, "Eomma tidak bermaksud menyembunyikannya, sayang. Tapi Jeno yang melarang eomma mengatakannya. Maafkan kami"

Jaehyun tersenyum tipis. Ia merasa bodoh sekarang.

"Appa mengetahui tentang hal ini?"

Yonna lagi-lagi menggeleng.

Rasa kecewa sekaligus penyesalan bercampur menjadi satu dalam hati Jaehyun, membuat lelaki itu kehabisan kata-kata. Dengan perasaan yang campur aduk, Jaehyun beranjak dari tempatnya. Pergi ke kamar tanpa mempedulikan panggilan sang ibu. Jaehyun begitu saja melupakan tujuan awalnya datang ke kamar itu. Ia bahkan tidak tahu kalau orang yang tadi ingin ia temani kini telah terbangun dari tidur dan mendengar semua percakapan Jaehyun dengan sang ibu.

.

.

.

TBC~

Yang kemarin penasaran kenapa Jeno dianggap bodoh sama Yunho, jawabannya ada disini..hehehe

Jangan lupa tinggalkan jejak~~

Thankyou.

FORGIVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang