Chapter 14

4.4K 448 61
                                    


 "Eomma.."

Yoona yang sedang membasuh tubuh Jeno dengan handuk basah menatap sang putra yang sedang berbaring dengan tatapan bertanya.

"Hm?"

Diam sejenak, Yoona mengernyit.

"Eomma.." lagi-lagi bocah itu hanya memanggil.

Yoona meletakkan handuk tersebut ke dalam baskom, ia mengelap tangan dengan tissue kemudian beralih mengelus pipi tirus putranya. Sejak berhasil melewati masa kritis dan bangun dari koma, entah mengapa tubuh yang awalnya memang sudah kurus itu semakin mengurus. Mata sipit yang berbentuk bulan sabit ketika tersenyum kini terlihat sayu, membuat Yoona takut.

"Ada apa, sayang?" tanya Yoona lembut.

Yang ditanya diam sejenak. "Apa eomma begitu mecintai appa?"

Yoona terdiam. Sedikit bingung dengan 'appa' mana yang sedang putranya maksud.

"Donghae appa.. apa eomma begitu mencintainya?"

Dada Yoona mendadak sesak. Entah ada angin apa sehingga bocah itu tiba-tiba menanyakan pertanyaan itu padanya. Bahkan sebelum ini, putranya belum pernah menanyakan hal semacam itu.

Yoona mengangguk, tersenyum tipis pada putranya.

"Bagaiamana dengan Yunho appa, eomma juga mencintainya?"

Yoona semakin tidak mengerti dengan putranya. Tidak mengerti kenapa tiba-tiba Jeno menanyakan hal semcam itu.

"Eomma mencintai appamu, sayang" jawab Yoona pelan.

Jeno mengernyit, sedikit bingung dengan jawaban ibunya.

Ayahnya? Ayah mana yang ibunya maksud?

"Donghae appa?"

Yoona menggeleng dan tersenyum.

"Keduanya, Donghae appa dan Yunho appa. Eomma mencintai keduanya"

Kini Jeno menggeleng pelan, memaksakan sebuah senyuman tipis. Ada setitik kesedihan di matanya yang sayu.

"Tapi aku bukan anak kandung Yunho appa" suara Jeno terdengar lirih.

Yoona meraih tangan kurus putranya, meremasnya lembut.

"Yunho appa juga ayahmu, sayang. Kau bukan hanya Lee Jeno, tetapi juga Jung Jeno"

Jeno tersenyum mendengar jawaban Yoona. Ia memiliki 2 ayah, bukankah seharusnya ia senang?

Lee Donghae, ayah kandungnya. Sekalipun ia tak sempat melihat wajahnya barang sekalipun, tapi setidaknya ia tahu bahwa ayahnya itu adalah orang yang begitu baik. Ayahnya selalu mementingkan kepentingan orang lain dibanding dirinya sendiri, selalu bersedia membantu siapapun sekalipun dirinya sendiri sedang kesusahan. Itu yang ia dengar dari cerita ibunya. Sekalipun ayahnya memiliki kekurangan yang sama dengannya, namun ibunya bilang Donghae adalah lelaki yang luar biasa. Kebaikan hati ayahnya lah yang membuat sang ibu jatuh hati hingga tega menghianati ayahnya, Jung Yunho. Bahkan hingga dirinya terlahir ke dunia.

Namun jika dipikir kembali, Jeno akan lebih memilih tak terlahir di dunia ini daripada harus menyakiti Yunho dengan kehadirannya. Dulu ketika kecil ia selalu saja bertanya-tanya kenapa perlakuan Yunho begitu berbeda antara dirinya dan Jaehyun. Dulu Jeno pikir ayahnya seperti itu karena ia bodoh, nilai-nilainya selalu buruk dan ia tak pernah meraih prestasi apapun. Ia begitu kontras dengan sang kakak yang luar biasa dalam bidang akademik maupun non akademik.

Tapi seiring dengan berjalannya waktu, yang kemudian membawa Jeno pada kenyataan pahit yang harus ia terima. Kenyataan bahwa ia bukan anak kandung dari Yunho. Ia bukan keturunan Jung. Ia anak hasil perselingkuhan. Ia sadar diri dan memaklumi perlakuan ayahnya, tak pernah sedikitpun menaruh rasa benci pada Jung Yunho yang selalu menghujatnya dengan kata-kata makian dan tatapan dingin. Yunho, ayahnya, adalah orang yang paling tersakiti dalam cerita ini. Rasanya lancang sekali jika Jeno membenci Yunho hanya karena ia sering dimaki.

"Eomma" lagi-lagi Jeno hanya memanggil.

"Ya?"

"Aku merindukan appa. Donghae appa.. aku ingin bertemu dengannya" lirih Jeno. Bocah itu menatap lurus ke atas, menatap langit-langit kamar rawatnya yang kosong.

Yoona ingin bertanya apa yang dimaksud oleh bocah itu, namun tenggorokannya tercekat. Air mata lebih dulu berjatuhan tanpa ia tahu penyebabnya. Hatinya mendadak terasa seperti teriris oleh benda tajam tak kasat mata.

"Jeno-ya.." panggil Yoona dengan suara yang mirip seperti bisikan. Ada sesuatu yang sedang mencekik lehernya.

"Aku bermimpi. Dalam mimpiku aku melihat eomma, Yunho appa, dan Jae hyung. Kalian terllihat begitu bahagia. Kalian tersenyum dan juga tertawa, semua terlihat sempurna-" Jeno berhenti sejenak, menetralkan dadanya yang tiba-tiba sesak mengingat mimpinya. "-tanpa aku"

Mata basah Yoona terbelalak mendengar penuturan putranya. Sesaat kemudian ia menggeleng cepat, digenggamnya tangan Jeno erat dan ia ciumi berkali-kali.

"Apa yang sedang kau bicarakan, sayang? Bagaimana bisa kami bahagia tanpamu? Kau harus ada disana juga agar kami bahagia" suara Yoona bergetar karena menahan tangis, sekalipun air mata terus berjatuhan.

Jeno tersenyum lebar, sebuah senyum yang menyimpan begitu banyak makna yang tak mampu Yoona pahami. Namun Yoona jelas bisa melihat, ada sebuah kebahagiaan tergambar di matanya.

.

.

.

TBC~

Jangan lupa vomentnya yaaaa :3

Kalau sepi voment aku ngambek gamau up lagi..hehehe

Thankyou~

FORGIVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang