Chapter 10

4.6K 472 51
                                    

"Bukankah sebentar lagi kau akan menghadapi ujian kelulusan?"

Haaah~

Jaehyun menghela nafas jengah. Entah kenapa dari seluruh waktu, ayahnya senang sekali memilih jam makan malam sebagai waktu yang tepat untuk menghakimi Jeno. Bukan bagaimana, hanya saja ia tak suka. Suasana akan berubah menjadi panas dan akan merusak nafsu makannya. Ia melirik Jeno yang duduk di seberang. Seperti biasa, anak itu hanya menunduk seolah tahu kemana arah pembicaraan ini akan berlanjut.

"Ne, appa" jawab Jeno pelan.

"Aku tidak ingin melihat nilai C apalagi D di ijazahmu, akan sangat memalukan nantinya. Dan juga, kau harus masuk ke Universitas Seoul seperti yang telah appa tentukan" ucap Yunho dengan nada mengintimidasi.

Jeno menunduk dan tak berani menjawab. Ingin sekali ia menjawab 'Ya' atau 'Baiklah', namun ia tak bisa. Jika saja ia sama seperti anak normal lainnya, tentu ia akan menjawab dengan mudah. Tapi ia berbeda, dan ia takut jika nanti tak bisa memenuhi jawaban yang tentu juga akan menjadi sebuah janji.

"Kenapa diam? Kau tidak percaya diri?" nada Yunho benar-benar sinis.

"Yeobo.. tolong jangan seperti ini.." Yoona meraih tangan Yunho, mencoba menenangkan sang suami. Sungguh ia tak tega melihat putranya diperlakukan seperti itu.

"Jangan membelanya! Kau tahu betapa malunya aku mempunyai anak sebodoh dia?!" Yunho menunjuk wajah Jeno dan menatap bocah itu tajam. Jeno semakin menunduk.

"Appa, tolong hentikan" kali ini Jaehyun bersuara. Ia sudah mengetahui semua, segala kenyataan pahit akan adiknya, dan ia tak mungkin diam saja.

Yunho sedikit kaget. Jaehyun yang biasanya akan memilih diam atau terkadang malah ikut memojokkan Jeno, kini justru memintanya berhenti. Yunho harap ia salah dengar.

"Tolong hentikan, appa. Aku mohon.."

Yunho tak salah dengar. Bahkan kini putra sulungnya tengah memberikan tatapan memohon padanya.

"Bahkan kau juga ingin membela anak bodoh itu, Jae?" tanya Yunho sinis.

Jaehyun kelagapan.

"Bu-bukan seperti itu, appa. A-aku hanya ka-kasihan padanya"

Susut bibir Yunho terangkat sebelah, tersenyum sinis menanggapi jawaban Jaehyun.

"Dengar, Jeno. Sudah cukup kau mempermalukanku dengan nilai-nilai sampahmu itu, aku sudah muak. Jadi tolong jangan salahkan aku jika aku semakin muak padamu jika kau tak berhasil masuk ke Universitas Seoul. Kau mengerti?" gertak Yunho.

Jeno terdiam, begitu pula Yoona.

Sedangkan Jaehyun kalut. Ingin rasanya ia berteriak, meminta ayahnya untuk berhenti. Jika saja ia adalah Jung Jaehyun yang dulu, yang tertipu oleh sandiwara ibu dan adiknya yang luar biasa, ia tentu akan lebih memilih diam. Jung Jaehyun yang dulu akan diam dan menikmati segala hinaan yang ayahnya lontarkan pada adiknya. Karena dulu ia pikir adiknya memng pantas mendapatkannya, ia pikir Jeno bodoh karena anak itu malas belajar. Tapi sekarang ia telah mengeyahui semuanya, dosa besar baginya jika ia hanya diam saja.

"Appa! Hentikan!" suara Jaehyun meninggi.

Semua terdiam, termasuk Yunho. Sama sekali tidak menyangka bahwa seorang Jung Jaehyun yang begitu tenang akan berteriak , bahkan di depan sang ayah.

"Kau baru saja membentak ayah, Jae?" Yunho sunggu tak bisa mempercayai pendengarannya. Sungguh ini kali pertamanya dibentak oleh seseorang, terlebih itu adalah putra kebanggaannya.

"Kumohon hentikan, appa! Berhenti mengatakan Jeno bodoh, Jeno tidak bodoh! Adikku tidak bodoh!" Jaehyun mulai berteriak. Yunho semakin menatap Jaehyun tak percaya.

Yoona tersentak mendengar penuturan Jaehyun. Ia sungguh tak menyangka putra sulungnya akan berbuat seperti itu.

Sedangkan Jeno membelalakkan mata. Air mata tiba-tiba saja berjatuhan tak tertahankan dari matanya. Jung Jaehyun, kakaknya, orang yang beberapa tahun lalu mulai bersikap sedingin es padanya membelanya. Kakak yang bahkan tak pernah lagi menyebut namanya kini menyebut namanya bahkan menggunakan kata 'adik'. Jika saja ini adalah mimpi, maka Jeno tak ingin terbangun dari tidurnya. Berkat Jaehyun, kini Jeno hampir tak lagi mendengar cacian ayahnya.

"Jung Jaehyun! Ada apa denganmu?!" Yunho benar-benar naik pitam.

"Kita sudah salah selama ini, appa. Jeno bukan anak malas ataupun anak bodoh seperti yang selalu kita pikirkan. Jeno belajar, dia juga berusaha sebisa mungkin membuat appa bangga, sama sepertiku. Hanya saja Jeno berbeda, appa. Jeno-"

Ucapan Jaehyun terhenti ketika sang ibu menggenggam tangannya erat. Ia menatap sang ibu, dan wanita itu sedang memohon padanya lewat matanya.

"Eomma"

Yoona menggeleng pelan dan menatap Jaehyun dengan tatapan memohon. Ia tidak ingin semuanya terbongkar. Ia takut jika nanti suaminya akan semakin kecewa dan berdampak semakin buruk bagi Jeno.

"Kalian menyembunyikan sesuatu dariku?" Yunho menatap Yoona dan Jaehyun bergantian dengan penuh selidik.

Yoona menggeleng cepat. Sedangkan Jaehyun menghela nafas kasar dan pergi meninggalkan meja makan, mengabaikan teriakan ayahnya.

Sepeninggalan Jaehyun, Yunho kembali mengalihkan tatapannya pada objek awal. Jeno.

"Apa kau puas sudah meracuni otak putraku, anak bodoh?!" tanya Yunho keras sebelum akhirnya ia menggebrak meja dan meninggalkan meja makan.

Yoona menghela nafas. Tatapannya beralih pada Jeno. Putranya sedari tadi hanya terdiam bahkan sekarang ia mulai menangis. Ia mendekati Jeno, memeluk putranya dan menepuk punggungnya pelan.

"Tak apa, sayang. Jangan menangis, jangan masukkan hati ucapan ayahmu"

Yoona merasakan Jeno menggeleng dalam pelukannya.

"Aku menangis karena bahagia, eomma. Jae hyung menyebutku adiknya, aku bahagia. Eomma, aku benar-benar bahagia" Jeno meracau dalam pelukan Yoona.

Yoona tersenyum ketika air matanya juga ikut mengalir. Ia bisa merasakan kebahagiaan putranya, sungguh.

.

.

.

TBC~~

Jangan musuhin Jaehyun lagi ya, dia sayang kok sama Nono ;)

Maaf bikin kalian nunggu lama buat secuil ff abal ini..hehe

Jangan lupa jejaknya yaaa, kritik saran juga boleh :3

Thankyou.

FORGIVEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang