"Aneurisma otak, atau biasa disebut pelebaran pembuluh darah abnormal yang terjadi di otak. Dalam kasus putra anda, sepertinya karena kelainan disleksia yang putra anda miliki. Memaksakan diri terlalu keras untuk mengingat barisan huruf tentu akan memberikan pengaruh besar pada otaknya, otak dipaksa bekerja dengan maksimal dengan tekanan yang besar bahkan melebih batas, tentu saja akan berpengaruh kondisi otaknya"
Bagus. Yunho merasa bodoh saat ini.
Dalam hitungan menit rasa penyesalan sudah menumpuk di dada dan membuat sesak.
Jeno disleksia.
Jeno berbeda.
Dan ia sedikitpun tak menyadari itu selama ini.
Bocah yang selama ini selalu ia sebut bodoh ternyata aktor yang hebat. Ia bahkan mampu menyembunyikan hal besar semacam itu selama 17 tahun dengan begitu rapi, dan tentu dengan kerja sama ibunya.
Sekarang bocah itu sakit, penyakit yang kemungkinan besar timbul karena dirinya. Ia yang terlalu menekan Jeno untuk menjadi seperti ekspektasinya. Ia yang selalu meminta Jeno untuk menjadi sempurna, setidaknya agar tidak menjadi aib bagi keluarga. Ia yang terlalu egois.
Yunho merasa ia adalah orang yang kejam.
Jika saja ia tahu lebih awal. Jika saja ada seorang yang memberitahu, ia tentu tak akan menjadi ayah yang sekejam itu pada Jeno.
Jeno bukan putranya, terlebih bocah itu hasil dari perselingkuhan sang istri dengan sahabat baiknya –Lee Donghae. Yunho hanya belum bisa menerima kehadiran Jeno, bukan berarti ia membenci Jeno. Bagaimanapun juga bocah itu terlahir dari rahim yang sama dengan Jaehyun, dari wanita yang dicintainya. Terlebih lagi ayah kandung bocah itu adalah sahabatnya, orang yang telah begitu banyak membantunya di masa lalu.
Yunho menyukai kesempurnaan, itu memang benar.
Bukan salah Jeno terlahir sebagai anak hasil perselingkuhan, dan bukan keinginan Jeno juga terlahir dengan kelainan yang sama seperti ayah kandungnya. Yunho tentu akan memaklumi hal itu jika saja ia tahu. Dan tentu saja ia tak akan memperlakukan Jeno seburuk itu. Ia tentu tak akan pernah menyebut bocah yang bahkan tak pernah sekalipun membalas perlakuan buruknya dengan kata 'bodoh'.
"Aku merasa jahat, Yoon" gumam Yunho.
Yoona yang sedang duduk di sampingnya meraih tangannya dan menggenggamnya erat. Menggeleng dan tersenyum menenangkan.
"Tidak, Yun. Kau ayah yang baik, kau ayah yang selalu dihormati oleh Jeno"
Jeno menghormatinya?
Dirinya yang hanya bisa menuntut dan mencaci?
"Kau seharusnya mengatakan padaku sejak dulu, kenapa malah menyembunyikannya?"
Yoona semakin merasa bersalah ketika melihat mata suaminya memerah. Bukan memerah karena amarah, melainkan karena air mata yang telah menggenang di pelupuk mata.
"Aku baru mengetahuinya ketika Jeno berumur 8 tahun, aku baru menyadari kalau dia berbeda dengan anak lain ketika dia bahkan tak juga memahami alur cerita buku dongeng sederhana yang kubelikan. Aku benar-benar terpukul saat itu, begitu juga Jeno. Bocah itu begitu tertekan karena ejekan teman-temannya, ia selalu menangis di kamar sepulang sekolah. Aku ingin mengatakan padamu, tapi Jeno bilang dia malu. Ia takut kau semakin membencinya, ia takut membuat ayahnya kecewa"
Yoona mulai terisak.
Jeno kecil yang ceria, harus menangis setiap pulang sekolah dibalik pintu kamar karena panggilan 'bodoh' yang dilontarkan oleh teman-teman untuk dirinya. Jeno yang selalu belajar berkali-kali lipat lebih keras lagi ketika sang ayah menyebutnya 'bodoh', rela tak tidur semalam untuk membaca huruf demi huruf yang sangat sulit dicerna oleh otak 'istimewa'nya. Jeno yang tak pernah sekalipun membenci sang ayah, sekalipun berjuta makian telah ia dapat. Jeno yang selalu pulang dengan wajah ketakutan ketika nilai ujiannya berada di bawah rata-rata.
Jeno-nya yang malang. Hati Yoona sungguh sakit mengingat apa yang telah dialami oleh putra kecilnya.
Yunho menghujat diri sendiri. Ayah macam apa yang bahkan tak tahu bahwa hal semacam itu dialami putranya?
Yunho merengkuh wanita itu ke dalam pelukan, mengelus pundak kurus itu lembut. Mencoba menenangkan.
"Apakah sudah terlambat untuk memperbaikinya, Yoon? Bahkan dokter bilang ia bisa saja tak akan pernah membuka matanya lagi" gumam Yunho.
Yoona menggeleng cepat. Air mata semakin berajatuhan dari matanya.
"Dokter bukan Tuhan. Jeno anak yang kuat, ia akan membuka mata dan sehat kembali. Kau bisa memperbaikinya, Yun"
Yoona meyakinkan suaminya. Sebenarnya lebih seperti meyakinkan diri sendiri. Jujur saja ia takut akan kemungkinan yang dokter katakan tadi, tapi ia tidak ingin mempercayainya. Ia tidak bisa membayangkan hari-hari tanpa Jeno.
"Jeno menyayangimu bahkan melebihi rasa sayangnya pada Donghae. Kau dan Jaehyun.. Jeno begitu mengagumi kalian"
Penuturan Yoona membuat air mata yang sejak tadi Yunho tahan akhirnya terjatuh juga. Bahkan seorang yang sedang mencuri dengar dibalik pintu juga ikut menteskan air mata.
"Kau harus bangun, Jeno-ya. Kau harus bangun agar kami bisa menebus segala dosa kami padamu"
.
.
.
TBC~
Jangan lupa vomentnya yaaa, ga boleh pelit voment..hehe :3
Oh ya, kondisi medis itu karangan author aja yaaaa. Jadi kalau melenceng mohon maaf sekali. Namanya juga fiksi ;)
Thankyou~
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGIVEN [END]
FanfictionTak ada yang perlu dimaafkan, karena tak seorangpun berbuat kesalahan. Anggap semua itu sebuah cerita, serta yakinlah akan ada akhir yang bahagia.