Yoona berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Tangannya saling meremas dengan cemas dengan mata tak pernah lepas dari pintu utama rumah. Biasanya ia hanya akan duduk tenang di ruang tamu sambil menunggu Jeno pulang. Tapi ia tak bisa lagi duduk tenang sejak beberapa hari lalu. Putranya sedang menghadapi ujian kelulusan, dan hari ini adalah hari terakhir. Entah kenapa ia selalu mencemaskan Jeno ketika sedang musim ujian. Bocah itu selalu saja pulang ke rumah dalam keadaan lesu.
CKLEK!
Pintu terbuka. Sosok yang sejak tadi ia tunggu muncul. Seperti biasa, wajahnya terlihat lesu. Yoona mendekati Jeno, memberikan senyuman terbaik untuk putranya.
"Putraku yang tampan sudah pulang~" sambut Yoona.
Tidak seperti biasa, kali ini Jeno tak membalas dengan senyuman maupun pelukan. Bocah itu justru malah menunduk. Menyembunyikan wajah yang sekilas terlihat pucat di mata Yoona.
"Sayang? Kenapa?" tanya Yoona.
Jeno menggeleng pelan.
Yoona mengernyit. Ada yang aneh dengan Jeno.
"Jeno lelah?" tanya Yoona.
Jeno mengangguk, masih tak mengeluarkan sepatah katapun.
"Ganti baju dan langsung istirahat ya? Ujiannya sudah berakhir kan?" tanya Yoona lagi.
Jeno hanya mengangguk, lagi.
Yoona sungguh tak bisa membayangkan betapa lelahnya Jeno berkutat dengan soal-soal yang tentunya didominasi oleh huruf-huruf tersebut.
"Eomma akan mengajakmu kemanapun yang kau inginkan besok, untuk mendinginkan pikiranmu. Eomma juga akan mengajak Jae hyung, kau suka?" Yoona sebisa mungkin menghibur Jeno.
Jeno mengangkat kepala. Yoona baru menyadari betapa pucat wajah Jeno. Bocah itu pasti sangat lelah.
"Benarkah, eomma?" suara Jeno serak, tapi tetap terdengar bahwa ia senang.
Yoona mengangguk dan tersenyum.
"Gomawoyo, eomma" Jeno memeluk ibunya, sejenak melepas rasa penat.
Yoona hanya tersenyum dan membalas pelukan Jeno.
.
.
.
Jaehyun baru saja akan berjalan menuju kamar untuk beristirahat setelah sejak pagi disibukkan dengan kuliah ketika ia mendengar suara lenguhan. Ia menghentikan langkahnya, mencoba menajamkan pendengaran. Suara itu hilang dan timbul, namun semakin lama semakin jelas. Jaehyun berpikir sejenak, mencoba mencerna darimana suara tersebut berasal. Ia berjalan pelan, mendekat pada kamar Jeno yang baru saja ia lewati dan berada tepat di samping kamarnya. Sepertinya suara itu berasal dari kamar sang adik.
Jaehyun mendekat pada pintu kamar Jeno lalu mengetuk pelan.
"Jeno-ya, kau sedang apa?" panggil Jaehyun.
Hening. Tidak ada jawaban.
Namun beberapa saat kemudian suara lenguhan kembali terdengar. Bahkan perlahan menjadi sebuah erangan kecil dan suara nafas yang memburu juga terdengar.
Rasa khawatir menyelimuti Jaehyun. Ia mengetuk sekali lagi pintu kamar adiknya.
"Jeno-ya! Kau baik-baik saja?" panggil Jaehyun sekali lagi, kali ini kepanikan tergambar dari suaranya.
Tidak ada jawaban. Suara-suara aneh tersebut semakin terdengar.
Dengan gusar Jaehyun memegang knop pintu dan mulai memutarnya. Pintu kamar yang tak terkunci membuat pintu tersebut terbuka sempurna setelah didorong dengan panik oleh jaehyun. Pemandangan adiknya yang sedang berbaring di lantai degan wajah pucat dan kaos yang basah akan keringat dingin menyambut indra pengelihatan Jaehyun. Jangan lupakan tubuh adiknya yang juga kejang.
Jaehyun menghampiri Jeno, menepuk pipi adiknya yang terasa dingin.
"Jeno-ya! Jeno! Kau kenapa?!" Jaehyun panik.
Jeno tidak merespon. Matanya tertutup, tubuh mengejang dan keringat dingin membasahi kaos putihnya.
"Jeno-ya! Buka matamu! Jangan membuat hyung takut!" Jaehyun terus menepuk pipi Jeno, mencoba membuat adiknya sadar.
Sama seperti tadi, Jeno tak memberikan respon apapun.
"EOMMA! APPA!" Jaehyun berteriak memanggil orangtuanya. Ia panik luar biasa.
"EOMMA! APPA!" panggilnya sekali lagi. Tubuh Jaehyun bergetar ketakutan. perasaan takut kehilangan tiba-tiba menghampiri dirinya.
Tak lama kemudian kedua orangtuanya datang. Mata mereka membelalak melihat kondisi putra mereka. Yoona bahkan sempat memekik sebelum menghampiri Jeno dengan air mata yang mengalir perlahan.
"Jeno.. sayang, ada apa denganmu?" Yoona menepuk pipi Jeno.
Bernasib sama seperti Jaehyun, ia tak mendapat respon dari bocah itu. Bahkan kejangnya semakin menjadi. Yoona semakin panik.
"Jeno! Jeno-ya! Jangan menakuti eomma, sayang!" Yoona memekik karena panik.
Jung Yunho, kepala keluarga Jung yang tadinya hanya berdiri mematung menyaksikan keadaan Jeno kini mulai bergerak. Lelaki itu mendekati tubuh Jeno, mengangkat tubuh kejang itu dan menggendongnya. Tanpa kata, ia berjalan keluar kamar dengan Jeno dalam gendongannya lalu berjalan cepat menuju ke garasi mobil dengan Yoona dan Jaehyun yang mengekor di belakang.
"Aku tak pernah menggenggam tanganmu bahkan ketika kau lahir, tapi entah kenapa merengkuhmu membuat hatiku terasa hangat dan nyaman"
.
.
.
TBC~
Rencana mau up kemarin, tapi berhubung jaringan jelek jadi aku tunda :")
Maaf ya molor..hehe
Jangan lupa voment ya readers tercintaku~~
Thankyou~
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGIVEN [END]
FanfictionTak ada yang perlu dimaafkan, karena tak seorangpun berbuat kesalahan. Anggap semua itu sebuah cerita, serta yakinlah akan ada akhir yang bahagia.