"Donghae-oppa, kami datang"
Yoona tersenyum ke arah batu nisan bertuliskan nama 'Lee Donghae', kemudian meletakkan bunga yang tadi ia bawa diatas gundukan tanah berhiaskan rumput tersebut. Diikuti dengan Jeno, yang berdiri disamping sang ibu. Bocah itu juga membawa seikat bunga yang tadi ia beli bersama ibunya.
"Appa, entah kenapa tiba-tiba aku begitu merindukan appa. Appa juga merindukanku, kan?" Jeno mulai bermonolog. Yoona hanya diam mendengarkan Jeno berceloteh.
"Aku sudah dewasa, appa. Aku sudah kelas 3 dan sebentar lagi akan masuk universitas.Yunho appa ingin aku masuk Universitas Seoul, apa menurut appa aku bisa masuk kesana? Aku memang bodoh, tapi jika aku berusaha pasti bisa, kan? Appa, terus doakan aku disana ya. Sampaikan pada Tuhan agar Dia membiarkanku memenuhi keinginan Yunho appa..hehe"
Yoona tersenyum mendengar celotehan Jeno. Jeno yang begitu pendiam di rumah tiba-tiba berbicara panjang lebar di hadapan makam sang ayah. Andaikan saja Donghae masih hidup, bocah itu tentu tidak akan melalui hal-hal sesulit ini. Membayangkan Donghae dan Jeno berceloteh ria tentang banyak hal membuatnya begitu bahagia. Mereka akan menjadi sepasang ayah dan anak yang kompak jika mereka bersama.
"Donghae-oppa, Jeno benar-benar mirip denganmu. Andaikan saja kau masih hidup, kau pasti akan bahagia memiliki putra sehebat Jeno" ucap Yoona dengan sedikit menggoda, ia melirik Jeno dan melihat ada semburat merah di pipinya. Bocah itu selalu saja malu jika dipuji, sama seperti ayahnya.
"Sudah sore. Kita harus pulang sebelum ayahmu sampai di rumah" Yoona bangkit dari posisi jongkoknya, lalu diikuti dengan Jeno.
Namun entah karena tanah yang licin akibat hujan tadi pagi atau bagaimana, akhirnya membuat Jeno terpeleset. Tubuh Jeno kehilangan keseimbangan dan jatuh begitu saja ke tanah, kepalanya menghantam gundukan tanah makam Donghae.
Baru saja Yoona akan menolong putranya untuk bangkit, namun ia terkejut ketika tiba-tiba saja Jeno memuntahkan isi perutnya. Tangan kanan Jeno memegang kepala sedangkan tangan kiri memegang perut. Dengan sabar Yoona memijat tengkuk Jeno, berharap agar Jeno lebih mudah mengeluarkan isi perutnya dan tidak terlalu kesakitan.
"Jeno, apa ada yang sakit, sayang?" tanya Yoona panik.
Jeno tidak menjawab. Kepalanya sakit dan perut mual luar biasa. Ia terus saja memuntahkan isi perutnya selama beberapa saat. Isi perutnya terkuras habis, sekarang hanya cairan lambung yang ia muntahkan, dan itu jauh lebih menyakitkan.
"Kita ke rumah sakit, ya?" tawar Yoona.
Jeno menggeleng cepat.
"Pulang.." suaranya terdengar serak dan pelan.
"Tapi kau sedang sakit, sayang. Kau harus ke rumah sakit" kali ini Yoona memaksa.
Jeno menggeleng sekali lagi.
"Aku ingin pulang, eomma"
Dan akhirnya Yoona mengalah pada permintaan putranya.
.
.
.
TBC~
Chapter 9 juga udah ada di draft lhoooo~~
Mau di up minggu ini atau minggu depan nih??
Kalau mau minggu ini jejaknya harus banyak doooong..hehe
Ditunggu pokoknya jejak kalian ;)
Thankyou.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGIVEN [END]
FanficTak ada yang perlu dimaafkan, karena tak seorangpun berbuat kesalahan. Anggap semua itu sebuah cerita, serta yakinlah akan ada akhir yang bahagia.