"JENO-YA!!"
Jeno tersentak kaget ketika pintu kamar rawatnyanya tiba-tiba saja dibuka dengan keras dan terdengar segerombol orang masuk sambil berteriak secara bersamaan. Namun beberapa detik kemudian ia tersenyum lebar begitu mengetahui siapa pemilik suara-suara berisik itu.
"Teman-teman? Itu kalian kan?" tanya Jeno memastikan. Ia menegakkan posisi dan tersenyum antusias.
Ketiga bocah itu, -Renjun, Donghyuck dan Jaemin- berjalan mendekati Jeno.
"Belum juga satu bulan tidak bertemu, kau sudah hampir melupakan kami"
Donghyuck yang berada tepat di samping Jeno menepuk lengan temannya pelan.
Jeno tersenyum kecut menanggapi Donghyuck dan menggeleng pelan. Sorot mata berubah menjadi sendu.
Renjun, yang memang selalu menjadi yang paling normal diantara mereka bertiga terdiam memperhatikan Jeno. Entah kenapa ia merasa ada yang aneh pada Jeno. Ia memang bukan Donghyuck yang dekat dengan Jeno sejak kecil, tapi ia bisa merasakan bahwa Jeno berbeda. Matanya yang berbalutkan kacamata tebal terus menatap lurus ke depan, dan menurut Renjun tatapan itu.. kosong. Membuat pikiran Renjun berkecamuk.
Seseorang menyenggol lengan Renjun, membuatnya sedikit tersentak.
"Renjun-ah? Kenapa melamun? Cepat berikan pada Jeno apa yang kita bawa" perintah Jaemin.
Renjun mengangguk cepat. Dengan tangan yang entah kenapa tiba-tiba bergetar, ia mulai membuka tasnya. Mungkin karena pikirannya yang tiba-tiba kacau, tangannya menjadi bergetar dan ia malah mengobrak-abrik isi tasnya. Seketika ia lupa apa yang harus ia ambil dari tasnya.
Jaemin dan Donghyuck menatap Renjun heran.
"Renjun-ah, ijazahnya" Donghyuk mengingatkan.
"A-ah, benar, i-ijazahnya" Renjun gelagapan.
"Kau baik-baik saja, Renjun-ah? Apa kau sakit?" Jeno yang sedari tadi menyadari ada yang aneh pada Renjun mulai membuka suara, ia bertanya dengan nada khawatir.
Renjun menggeleng, "Aku sehat kok"
Tangannya menarik ijazah itu keluar dari dalam tas dan menyodorkannya pada Jeno. Tepat di hadapan Jeno.
Ketika melihat tangan Jeno yang tetap diam, dengan pandangan yang masih saja lurus ke depan, ketiga bocah yang sedang berdiri itu tertegun. Jantung mereka tiba-tiba saja berdetak kecang dan tenggorokan mereka tercekat. Otak mereka mulai bekerja keras mencerna apa yang sedang terjadi.
"Teman-teman, kenapa tiba-tiba diam?" Jeno bertanya bingung.
"Jeno-ya.. kau.." ingin sekali Donghyuck mempertanyakan apa yang sedang terjadi pada temannya itu, namun hanya itu yang keluar dari mulutnya.
"Jeno-ya! Appa da- .."
Jeno tersenyum begitu mendengar suara ayahnya.
Sedangkan Yunho terdiam sejanak di dekat pintu ketika menyadari suasana sedang tidak dalam kondisi yang mengenakkan, melihat semua orang terdiam kecuali sang putra yang sedang tersenyum lebar dengan tatapan kosong ke depan. Setelah pikirannya berhasil mencerna apa yang tengah terjadi, Yunho melanjutkan langkah mendekati bocah-bocah itu.
Ia berhutang penjelasan pada bocah-bocah itu.
"Kenapa kalian tidak bersuara sih?" Jeno menjadi gemas sendiri.
"Ahjussi.. apa yang terjadi pada Jeno?"
Pertanyaan Renjun membuat Yunho menelan ludah. Jeno yang pada akhirnya mengetahui alasan teman-temannya terdiam kini hanya bisa menelan ludah dan terdiam. Bodoh sekali karena ia tak memahami situasi sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGIVEN [END]
Hayran KurguTak ada yang perlu dimaafkan, karena tak seorangpun berbuat kesalahan. Anggap semua itu sebuah cerita, serta yakinlah akan ada akhir yang bahagia.