9. Sehari menjadi nakal

1K 72 146
                                    

Setelah insiden Anthony tertabrak oleh seorang wanita bernama Mitzi di gerejanya, sekarang Anthony tengah memandangi dirinya di kaca lemari miliknya di kamar. Ukuran kacanya lebih besar dibandingkan dengan tinggi dirinya.

Jika dibandingkan dengan tubuh mungil Anthony, kaca tersebut memuat pantulan tubuh mungil milik Anthony. Tetapi Anthony tidak mempermasalahkannya, Anthony bersyukur dilahirkan dengan tubuh mungil seperti ini.

Karena bagaimanapun juga tubuhnya adalah pemberian dari Tuhan, jadi mau tidak mau Anthony harus bersyukur karena sudah diberikan tubuh mungil oleh Tuhan. Ya walaupun terkadang Anthony ingin sekali memiliki tubuh tinggi seperti Rian ataupun tetangga bawelnya Nada.

"Anthony bangun kamu! Udah jam berapa sekarang?!" Teriak sang ibunda dengan kencang dari arah bawah. Anthony yang mendengarnya hanya melirik sebentar kearah pintu kamarnya, lalu lanjut melihat kearah cermin kembali.

Hari ini sang ibunda sudah berada di rumah, keadaan rumah Anthony menjadi hidup lagi setelah hampir 1 bulan di tinggal oleh sang ibunda. Anthony dan adiknya merasa senang, setidaknya mereka bisa merasakan kembali masakan hasil sang ibunda.

Walaupun sang ibunda akan terbang kembali ke Bali untuk mengurus butiknya, Anthony mau tidak mau harus sabar saat di tinggal pergi jauh oleh sang ibunda untuk mengurus toko butik.

Tapi sesering apapun sang ibunda pergi meninggalkan Jakarta dan keluarganya, pasti setiap moment saat natal, tahun baru, ulang tahun sang ibunda selalu ada bersama keluarga kecilnya.

"Anthony!" Panggil sang ibunda kembali dengan teriakan yang lebih kencang, mau tidak mau membuat Anthony harus menyahut. "Iya ma!" Sahut Anthony dengan nada malasnya. Entah mengapa hari ini Anthony merasa sangat malas sekali untuk berangkat ke sekolah.

Hari ini adalah hari Kamis dan pelajarannya pun tidak ada guru killer, jadi terkadang hal itu yang memicu Anthony untuk malas ke sekolah. Hanya untuk hari Kamis saja, karena sisanya di hari yang lain banyak guru killer yang mengisi kelas Anthony.

"Jam berapa sih ini?" Gumam Anthony sambil melirik kearah arlojinya yang ia kenakan di sebelah tangan kanan. "Udah ah gue turun aja sarapan, takut telat nanti dateng ke sekolah" ucap Anthony sambil menggemblok tas sekolahnya, lalu turun ke lantai bawah guna sarapan pagi bersama.

"Lama banget kamu itu! Udah mama panggilin juga" semprot sang ibunda saat melihat anak lelalki satu-satunya turun dari kamarnya. "Ya maaf ma, Anthony udah rapih sebelum mama panggilin" ucap Anthony sambil menarik kursi untuk dirinya lalu mendudukkan bokongnya disana.

"Seharusnya kalau udah rapih ya turun kebawah, jangan diem aja diatas" balas sang ibunda sambil menyendokkan nasi untuk Anthony. "Males Anthony ma" ucap Anthony yang membuat sang ibunda mendelikkan kedua matanya.

"Males kenapa kamu?" Tanya sang ibunda sambil menyerahkan satu piring berisi sarapan untuk Anthony. "Paling kena kasus dia ma, mangkanya males sekolah" celetuk sang adik yang sudah stay terlebih dahulu di meja makan membuat Anthony mendengus kesal.

"Sok tau lo, mana pernah sih gue dapet kasus di sekolah" ucap Anthony dengan nada sebalnya. "Ya kalau gak ada kasus di sekolah, kenapa males pergi kesekolah? Kamu di bully sama temen sekelas mu?" Tanya sang ibunda dengan wajah herannya.

"Enggak lah ma, emang temen sekelas Anthony tukang bully? Temen sekelas abang orangnya solid semua ma. Gak pernah ada yang egois, gak ada yang carmuk, gak ada yang adu domba, ataupun gak ada orang yang kepengen jadi nomer satu di kelas" jawab Anthony sambil menyendokkan sarapannya kedalam mulut.

"Bagus deh kalau temen Thony gak kayak begitu semua" ucap sang ibunda sambil menyiapkan bekal untuk kedua buah hatinya. "Emangnya kenapa ma?" Tanya adik Anthony dengan wajah bingungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Relationship [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang