***Zefairys***
"Sang Penulis",
"Sang Penulis",
"Sang Penulis",
Nama itu terngiang-ngiang dalam otak Sherys.
Benar-benar perasaan yang sangat campur aduk. Ada rasa penasaran, disisi lain ada beribu tanda tanya dan disisi yang lain lagi ada rasa khawatir akan kehadiran Sang Penulis tersebut.
Di tengah perjalanan menuju rumah, tiba-tiba Sherys merasakan sesak di dadanya. Dan dengan seketika itu kesadarannya mulai menghilang, penglihatannya memburam, tak lama kemudian ia ambruk dan tergeletak lemah di pinggir jalan.
******
"Sebenarnya, apa yang terjadi pada gadis ini?" bisik pelan Therena yang terdengar sedikit oleh Sherys.
"Mungkin ia hanya terlalu kecapean," jawab Elyson mudah.
Seolah mendengar sedikit perbincangan yang masih samar-samar di telinganya, Sherys pun membuka kelopak mata dengan perlahan.
"Aku dimana? Siapa gadis itu? Siapa Sang Penulis itu? Mau apa dia?" lirih Sherys lemah. Ia bahkan belum memiliki cukup tenaga untuk mengucapkan satu kata, tapi lidahnya begitu gatal untuk bertanya.
Tiba-tiba sebuah jari telunjuk mendarat di bibir kecil Sherys. Sherys hanya bisa terdiam dan menuruti intruksi ibunya.
"Sshhh. Simpan semua tenagamu untuk bercerita dan mendengarkan cerita nanti. Sekarang yang perlu kau lakukan hanyalah istirahat," ucap Therena lembut.
Dan lagi, Sherys hanya bisa terdiam sambil berfikir ringan. Beberapa menit kemudian matanya kembali terpejam, lelah.
-
Setelah puas memejamkan mata selama 12 jam, akhirnya Sherys membuka matanya perlahan. Dilihatnya ruangan yang tidak asing lagi bagi Sherys, yaitu kamarnya. Seakan mulai merasakan sarafnya kembali berfungsi, pikiran Sherys langsung melayang.
"Jadi, masih belum ada jawaban untuk rasa penasaran yang terus menghantuiku. Sampai kapan aku harus menunggu, apakah sampai aku kehilangan akal sehatku?" batin Sherys meringis.
"Akan ada saat dimana kamu akan mengetahui kebenarannya," suara bisikan lembut itu kembali melesat halus ke dalam indra pendengaran Sherys. Kepalanya berputar kanan kiri untuk mencari asal suara. Matanya terus menelusuri setiap sudut kamarnya dengan harapan bisa melihat sosok itu, tapi nihil.
"Siapa itu? Mau apa kamu? Mengapa kamu selalu mengikutiku dan terus menggangguku?!" tanya Sherys dengan intonasi naik dan raut muka penasaran.
Dalam memorynya ada sesuatu yang ingin sekali ia ingat. Namun entah mengapa semakin kuat Sherys memikirkan itu, ingatannya semakin menjauh. Ia mengetuk-ngetuk keningnya dan berusaha untuk tidak memikirkan hal-hal seperti itu lagi.
Tak lama setelah lelah dan berhenti memikirkan hal tersebut, suara langkah kaki lembut menuju ke kamar Sherys. Terdengar sebuah ketukan kecil di pintu, lalu terdengar suara.
"Sherys, apa kau sudah bangun nak?" terdengar sebuah suara yang sangat familiar di telinga Sherys. Suara tersebut adalah suara ibunya.
"Ya, Bu. Masuklah, aku akan bersiap-siap," jawab Sherys cepat.
Suara halus pintu yang terbuka, lalu menampakkan sosok seorang wanita.
"Jika kamu sudah selesai menyiapkan dirimu, turunlah ke bawah. Ibu sudah menyiapkan sarapan," ujar si Ibu.
Anggukan kecil Sherys membalas perkataan Ibunya tadi, yang berarti "ya".
Melihat reaksi anaknya seperti itu, Therena langsung mengerti dan segera pergi dari kamar Sherys.
Terlihat punggung seorang wanita yang mulai menghilang di belokan dinding keluar kamar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zefairys
Fantasía[Ada apa dengan batasan umur. Mau ditulis 17+ atau 60+ juga, gk bakal ada yg peduli. Sya yakin klo para readers kebanyakan nganggep peringatan itu seperti peringatan yang ada di kertas rokok. Klo story saya nggk tau to readers umur brp, cba dibaca a...