Black Island, 2016
Mereka yang terdampar mulai mengumpulkan barang-barang yang dapat di selamatkan dan memasukannya kedalam tas punggung. Lalu mereka pergi menuju hutan.
"Dengar semuanya! Kita sudah mengumpulkan barang-barang yang tersisa, sekarang kita akan cari tempat perlindungan seperti goa, tapi ingat! Tidak boleh ada
yang terpisah dari rombongan ini! Oke biar ku periksa siapa yang selamat dari tragedi itu, hmm... Tom, Alice, Alyana, Prof. Alex, Prof. Jhon, Prof. Cein, Tn. Chapnell, Sementara disisi tentara ada Kolonel Titor, Parker dan Jhonny... Baiklah, mari kita mulai perjalanan kita." Ucap Stevan."Jadi siapa yang memimpin
perjalanan kita Stevan? Apakah kau?" Tanya Alice."Aku takkan memimpin perjalanan ini, biar Kolonel Titor yang memimpin jalan." Ucap Stevan.
"Baiklah, kita akan mencari gua
di dalam hutan ini sebelum matahari terbenam, semuanya ayo!" Teriak Kolonel TitorMereka memulai perjalanan mereka dengan harapan mereka akan selalu aman diperjalanan dan terhindar dari segala marabahaya. Memulai langkah demi langkah, suka duka harus bertahan di alam liar ini.
Ketika sudah memasuki hutan, mereka mendengar suara-suara yang misterius, seperti suara auman seekor singa dan gonggongan seekor serigala. Tidak hanya suara-suara itu yang membuat aneh, tapi ada beberapa pohon yang terlihat yang sangat aneh, seperti tanaman karnivora berjalan, dan lain-lain.
Arrggh....
"Suara apa itu?" Ucap Tuan Chapnell
Kreesek... Kreesek...
"Suara apa lagi itu? Sepertinya ada sesuatu yang mengendap-endap di semak-semak." Ucap Alyana.
Kolonel Titor yang memimpin jalan pun melihat ke arah belakang, dan betapa kagetnya dia.
"Li... Li... Lihatlah di belakang kalian." Ucap Kolonel Titor sambil berkata ketakutan.
"Emangnya a... Apa!" Teriak Tom dengan terkejut.
Ternyata yang berada di belakang mereka adalah seekor badak yang sangat besar, bahkan berkali-kali lebih besar dari badak biasanya.
"Semuanya jangan mengatakan sepatah katapun dengan keras, dan jangan pula bergerak secara tiba-tiba." Ucap Stevan sambil berbisik-bisik.
"Jadi kita hanya diam dan menunggu monster itu memakan kita?" Ucap Parker.
"Baiklah, dalam hitungan ke tiga kita akan lari." Ucap Jhonny.
"Teman-teman, jangan melakukan hal itu." Ucap Stevan.
"Mulai ku hitung, satu... Tiga! Lari!" Teriak Jhonny.
"Hei teman-teman tunggu!" Teriak Stevan.
Mereka pun berlari sangat kencang, namun badak raksasa itu terus mengejar mereka.
"Hey Jhonny, kau melupakan angka duanya." Teriak Parker sambil berlari.
"Payah! Kau jangan memikirkan angka duanya, pikirkan nyawamu sendiri!" Teriak Jhonny sambil berlari.
Mereka pun berlari tak tentu arah. Mereka pikir, yang terpenting adalah nyawa mereka, bukan tujuan mereka.
"Semuanya! Lihatlah disana! Sepertinya ada gua!" Teriak Tom sambil berlari.
"Kau benar Tom! Mari kita menuju kesana!" Teriak Stevan sambil berlari.
Mereka menuju ke gua itu dan masuk kedalamnya, untungnya badak raksasa itu tidak bisa masuk kedalamnya karena ukuran badak itu terlalu besar dan tidak muat.
"Syukurlah badak raksasa itu tidak mengejar kita lagi." Ucap Tom.
"Tapi matahari mulai terbenam, kita belum memakan apapun dan tidak ada pencahayaan disini." Ucap Kolonel Titor.
"Kau lupa Kolonel, kita membawa barang-barang yang tersisa dan memasukkannya ke dalam tas punggung, siapa tahu ada makanan dan korek api di dalamnya." Ucap Stevan.
Mereka pun memakan makanan yang tersisa dan menghidupkan api unggun. Malam pun tiba, bintang-bintang bertaburan di langit, dan kantuk pun datang.
"Hoaamm... Aku mengantuk sekali." Ucap Alice.
"Baiklah semuanya, alaskan beberapa koran yang sedikit basah ini sebagai kasur kalian." Ucap Stevan.
"Baiklah selamat malam semuanya." Ucap Alice.
"selamat malam." Ucap mereka.
Mereka pun tidur dengan harapan yang indah ketika bangun, dan mencari jalan keluar permasalahan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK ISLAND: THREE ISLAND GUARDS
Ficțiune științifico-fantastică[ Tersedia di Google Play Book, kata lebih baku dan lengkap! ] Cover by: @AaronBrusen Black Island adalah pulau yang menjadi tempat pembuangan zat berbahaya, zat itu bisa membuat makhluk hidup bermutasi. Seratus tahun kemudian, para ilmuwan menemuka...