Part 5

17.2K 2.8K 346
                                    

HUBUNGANKU dan Yuta berjalan lancar selama 2 hari ini, kami bertukar nomor ponsel dan mulai saling mengirim pesan sejak malam itu. Yah, mungkin sekarang aku harus melupakan Johnny dan mulai membuka hati untuk Yuta.

Lelaki berdarah Jepang itu sangat baik sekali! Jauh lebih baik bila di bandingkan dengan Johnny. Setidaknya mungkin untuk saat ini, karena aku memperkenalkan diri sebagai Terny, bagaimana jika Yuta mengetahui bahwa aku adalah seorang lelaki?

Sudah jelas ia pasti akan menatapku dengan jijik! Membayangkan selama 2 hari ini ia selalu bertukar pesan denganku dan setelah tahu bahwa aku adalah seorang lelakiㅡwoah itu pasti akan meninggalkan bekas luka yang mendalam.

Aku tidak percaya jika aku melakukan hal ini pada lelaki sebaik Yuta, ia tidak seharusnya mendekatiku, harusnya Yuta mendekati wanita asli yang jelas-jelas memiliki Payudara dan juga Vagina.

"Jangan melamun Ten." suara lembut Jungwoo memperingatkan, aku mengalihkan tatapan padanya. Lelaki manis itu sedang membersihkan grand piano besar berwarna putih.

Aku membalasnya dengan tawa kaku, tidak sadar jika aku melamun seperti tadi. Namun suara deheman membuatku kembali mengalihkan tatapan ke depan; mataku seketika melebar saat melihat Johnny sudah berdiri tepat di hadapan meja kasir.

Tunggu! Jangan bilang jika lelaki itu memperhatikanku melamun sedaritadi? Itu sebabnya Jungwoo mengingatkan?

"Y-ya?" Tanyaku bodoh, sudah jelas Johnny membawa beberapa piringan musik di tangan! Ia pasti menghampiriku untuk membayar. Betapa tolol nya aku ini.

Johnny menyeringai. Ia mendorong beberapa piringan itu kepadaku; untuk di scan tentu saja. "Aku bisa melaporkan hal ini pada atasanmu kau tahu?" ujarnya remeh.

Tanganku yang sedang memindai piringan itu otomatis berhenti. "Maaf?"

"Melamun di tempat kerja, kau sangat tidak profesional." jelasnya membuatku mengeraskan rahang karena kesal.

Dengan itu aku mengabaikan dirinya dan kembali menyelesaikan pekerjaanku. Mungkin mulai saat ini aku harusnya membenci Johnny, karena sungguh, lelaki tinggi itu sangat sinis sekali!

"Cepatlah," ia mendesak, keningnya berkerut dalam.

Aku menghela nafas, dia membeli 6 piringan! Tidak bisakah lelaki tampan itu sabar sedikit? Aku kan hanya memiliki dua tangan.

Setelah semuanya selesai, aku membungkus piringan itu ke kardus kecil sebelum memasukannya kembali ke dalam plastik. "120 ribu won." jelasku tanpa menatap wajahnya. Aku harus menghindari Johnny sebisa mungkin!

Ia mengeluarkan dompet dan memberikanku uang pas. Tanpa berkata apapun aku langsung menyusun uang itu di dalam kasir, tapi sepertinya Johnny belum juga beranjak! Aku masih bisa melihat tubuhnya menjulang tinggi dari balik bulu mata.

Oh sungguh, apa lagi yang ia butuhkan sekarang? Bukankah tadi ia yang memintaku untuk buru-buru?

Merasa penasaran, aku pun mendongkakan kepala, membuat tatapan kami bertemu. "Apa?" tanyaku dengan nada dingin. Mencoba untuk menahan diri untuk tidak menjerit histeris.

Lagi-lagi Johnny menyeringai. "Kau terlihat tidak baik-baik saja Ten." ia menjilat kedua bibir sebelum kembali mengeluarkan uang dari balik dompet dan memberikan uang itu padaku, "ambilah, lalu beli sesuatu yang bisa membuatmu lebih baik."

Ia memberiku 20 ribu won, cukup untuk membeli beberapa cemilan. Tapi tentu saja aku tidak tergiur, lagi pula aku penasaran, kenapa sikapnya jadi seperti ini? Lalu ia juga kembali menyebutkan namaku. Apa maksudnya?

"Aku tidak membutuhkannya, kau bisa menyimpan uang itu untuk dirimu sendiri." balasku dengan tenang.

Rahang Johnny mengeras. Ia menaruh uang itu diatas kasir sebelum berlalu pergi dengan tenang. Hal tersebut sukses membuatku menganga.

Nothing On You《Johnten》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang