Part 12

29K 2.7K 415
                                    

SETELAH makan malam akhirnya aku dan Johnny memutuskan untuk berbicara di balkon kamarku. Sungguh aneh, Ayah dan Ibuku sama sekali tidak bertanya apapun. Apa mungkin Johnny sudah mengatakan sesuatu kepada mereka?

"Bagaimana kau bisa sampai kesini?" tanyaku sembari menatap langit malam yang terlihat kosong. Tidak ada bintang atau pun bulan yang menghiasi; sama seperti hatiku. Benar-benar kosong karena aku belum berani membuka hati kepada siapapun.

Johnny menghela nafas, ia mengambil satu tanganku lalu mengenggam nya erat. "Aku mengambil penerbangan sembilan ratus kilo meter per jam. Hanya empat jam aku di pesawat, jam lima sore aku sudah sampai di Thailand dan aku mengetahui alamat rumahmu dari Taeyong."

Ah pantas saja. Aku sampai di Thailand jam satu siang. Tapi sungguh! Aku merasa kesal, kenapa juga Taeyong harus membocorkan alamat rumahku kepada Johnny? Ya, Taeyong memang tidak pernah main ke Thailand. Hanya saja, aku memberikan alamatnya jika sewaktu-waktu Taeyong ingin mengunjungiku disini. Tapi apa? Alamat itu malah di salah gunakan seperti ini!

Merasa tidak nyaman, akhirnya aku menarik tanganku dari genggaman Johnny. Semua ini cukup membingungkan, kenapa Johnny harus repot-repot menyusulku ke Thailand? Kenapa ia tidak tinggal di Korea dan mengencani semua gadisnya?

"Kau tidak perlu ke sini. Memang untuk apa kau datang ke sini?" tanyaku dengan nada super datar. Aku menyenderkan punggung pada tembok dan menekuk lutut; duduk di lantai memang selalu bisa menjadi solusi terbaik.

Kali ini Johnny tidak melakukan kontak fisik apapun, ia hanya duduk di sampingku sembari menatap ku dengan matanya yang terlihat begitu teduh. Yah, meskipun aku tidak berhadapan dengannya, aku masih bisa melihat hal tersebut melalui ekor mata.

"Ten," panggilnya lembut, ia mengubah posisi duduknya jadi menghadapku. "Sudah berapa kali aku bilang jika aku ingin memulai semuanya bersamamu? Aku serius Ten, aku mencintaimu. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa kau andalkan.."

Jantungku berdetak begitu cepat. Aku menghela nafas panjang sebelum akhirnya menoleh dan menatap Johnny dengan tatapan datar.

"Aku tidak tahu, aku terlalu takut untuk memulai." semua yang terjadi belakangan ini membuatku sedikit takut untuk memulai sebuah kisah percintaan.

Tentang Yuta, dan Johnny. Kedua lelaki itu berhasil memporak-porandakan hatiku dengan baik hingga mungkin butuh waktu yang cukup lama untuk menyembuhkannya. Jujur saja, aku memang ingin memulai semuanya bersama Johnny lagi, seperti impianku. Tapi aku takut, aku takut jika jatuh terlalu dalam dan Johnny akan meninggalkanku suatu saat nanti.

"Ten aku.. Aku akan membuktikan semuanya padamu, aku akan membuktikan jika aku memang bersungguh-sungguh. Kita akan lulus kuliah sebentar lagi kan?" kali ini ia kembali mengenggam kedua tanganku, namun aku tidak berniat untuk menariknya. Genggaman tangan Johnny terasa hangat.

"Ya," sebentar lagi angkatan kami memang akan lulus. Hanya tinggal menghitung bulan.

Johnny tersenyum lebar, ia mengecup kedua punggung tanganku dengan lembut. "Setelah itu, ayo kita tinggal bersama. Menikah di negara lain dan membangun rumah tangga. Aku tidak ingin kehilanganmu, sudah cukup aku bertingkah tolol seperti waktu itu. Kini aku menyadari jika aku benar-benar mencintaimu Ten.. Jadi.. Bagaimana?"

Beberapa kali aku mengerjapkan mata, kata-kata Johnny terdengar seperti mimpi bagiku. Menikah dan membangun rumah tangga bersamanya? Apa hal itu memang bisa di wujudkan? Aku hanya tidak ingin berharapㅡkarena jika hal itu hanya angan-angan semata, sudah di pastikan aku akan gila nantinya.

"John," aku mendesah pelan. "Jangan membuat janji atau bahkan bayangan seperti itu jika kau tidak bisa mewujudkan nya sama sekali."

Raut wajah Johnny terlihat kecewa; mungkin karena aku tidak percaya dengan kata-katanya barusan. Namun sungguh, semua janji itu terdengar seperti omong kosong.

Nothing On You《Johnten》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang