"Sorry Tuan, hidung anda berdarah" Ucap pramugari cantik itu seraya memberikan sapu tangan halus ke tangan Fajar."Tuan tak ingin pindah ke first class saja? Saya takut nyonya khawatir" Imbuh sang Pramugari.
Fajar hanya tersenyum tenang "Gak, gak perlu Mbak, terimakasih." Mendengar keputusan mantap itu, sang pramugari tersenyum balik dan berlalu.
Fajar kini beranjak dari bangku nya dan berjalan ke arah toliet sambil tetap menutup hidungnya dengan sapu tangan.
Sengaja, Fajar memang tak ingin segera menyekanya. Ia ingin melihatnya sendiri.
-
"Kok kumat lagi?" Gumam Fajar memerhatikan bercak darah dihidungnya dalam cermin.
Sudah mau lima tahun, mengapa kumat lagi
Fajar membatin
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-Fajar kembali ke bangkunya ketika ia mendapati pria disebelahnya itu masih terlamun terbuai oleh kapas-kapas awan dari balik jendela.
Namun jelas sekali, harum vanilla yang entah terasa sangat tak asing bagi Fajar memang pasti berasal dari parfume yang dikenakan pria itu.
Tapi Fajar tak mau ambil pusing, toh pria disebelahnya itu hanya orang asing, Fajar kembali mengenakan kedua headsetnya, membenamkan dirinya ke bangku penumpang dan tertidur.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-Ini adalah penerbangan yang sudah kesekian kalinya bagi Rian, Jakarta-Singapore, bukan perjalanan yang spesial.
Hampir lebih dari separuhnya hanya merupakan transit semata, sebelum melanjutkan ke destinasi yang lebih jauh lagi. Atau tidak, ya dulu, beberapa kali sengaja bertandang hanya untuk mengikuti turnamen Singapore Open.
Saat ia masih seorang atlet
Namun kali ini berbeda.
Bahkan hati terkecil Rian pun merasakannya.
Ada perasaan gugup yang mendadak membuncah dalam perjalanan kali ini. Rian sadar sekali, ini bukan karena kali pertama ia harus singgah di negeri orang dan bekerja dalam kurun waktu yang tidak terduga.
Ada alasan lain, alasan yang Rian sendiri tak tahu.
-
Rian kini mencoba meraih note dan pena yang selalu ia bawa kemanapun di tas travel kecilnya, Rian mulai menuliskan sesuatu.
Tepat tahun ke lima setelah kepergian Fajar.
Saya selalu berfikir apakah sudah saat nya saya berdamai dengan hati?
Mencari mu.
-
Bahkan hingga sampai di titik penantian yang begitu melelahkan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin Again #2 | Rian & Fajar's Story
FanfictionAkan selalu seperti itu... Seperti Rian yang tidak akan pernah mengikhlaskan kepergian Fajar. Dan Fajar yang tetap membiarkan satu potongan puzzle memorinya hilang. Always