Seperti nyata rasanya,
Pria yang melempar senyum itu percis seperti sosok Fajar yang Rian hapal, dan sekarang, didepan matanya baru saja pergi berlalu.
Rian yang masih terperangah mencoba berlari kecil, berusaha mengejar pria tersebut dalam gerimis rintik hujan.
Pikiran Rian berlarian kemana-mana kalut bukan main, membuatnya nyaris saja tertabrak mobil yang berhalu-lalang di jalan itu.
Siapa yang tidak kalut, orang terkasih yang menghilang bertahun-tahun tiba-tiba muncul di depan mata dengan senyum setulus itu?
-
Hanya memandangi mobil yang lewat silih berganti dari shalter bus.
Perasaan Rian semakin remuk mendapati pria itu sepenuhnya telah menghilang.
Membuat tangis Rian yang sudah tak terbendung akhirnya pecah, tersamar oleh air hujan yang sesekali menyapu muka putihnya.
Entah pergi kemana dia.
Apakah benar itu Fajar?
Mengapa dia pergi?
Dua pertanyaan yang terus berputar dikepala Rian, membuat Rian semakin pening.
-
Hujan semakin deras ketika Rian meratapi perjalanan pulangnya kembali ke appartment.
Terus menatap langit dari dalam bus. Rian berharap hujan ingin berdamai dengannya dan segera berhenti.
-
-
-
-
-
-
-
-
Perasaannya Fajar terus tergelitik, membuat senyum sumringah terpahat tak henti-henti diwajahnya.
Ia puas ketika ia berhasil melempar senyum manis itu pada si Pria Putih yang berdiri di sebrang jalan tadi.
Kedua mata mereka saling bertemu, membuat Fajar berharap si Pria Putih bisa merekam dirinya dalam ingatannya.
...
Tidak sia-sia Fajar berlari ketika tepat saat kakinya melangkahkan masuk ke loby appartement, hujan dengan derasnya turun seperti tak mengenal ampun.
Bahkan dirinya bergidik saat gemuruh geluduk terdengar.
Fajar membalikan badannya dan menatap langit yang sudah kelabu.
Pria ituu...
Sudah dimana dia?
Apa dia terjebak hujan?
-
Paman Lee yang sedari tadi sedang berada di lobby melakukan kontrol rutin harian tampak kaget melihat Fajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin Again #2 | Rian & Fajar's Story
FanfictionAkan selalu seperti itu... Seperti Rian yang tidak akan pernah mengikhlaskan kepergian Fajar. Dan Fajar yang tetap membiarkan satu potongan puzzle memorinya hilang. Always