mDH 3

28.7K 1.2K 79
                                    


🖤🖤🖤

Malam sudah tiba, Nina beserta orang tuanya kini tengah melakukan rutinitas seperti biasa, yakni makan malam. Jam sudah menunjukkan pukul 18:40 wib yang artinya sebentar lagi gadis itu akan berangkat ke kampus, bukan tanpa alasan dirinya memilih jam malam, ia hanya ingin menghindar saja.

"Tadi papa udah nyuruh Pak Budi buat ambilin mobil kamu yang di bengkel, kamu berangkat sendiri atau papa antar?" Tanya Surya, papa Nina. Pak Budi adalah supir pribadi keluarganya, beliau hanya datang jika sang majikan meminta.

Nina mendongak, menatap papanya beberapa detik, setelah menelan semua makanan yang ada di mulutnya, barulah gadis itu berbicara. "Sendiri aja Pa. Nanti aku mau pergi juga sehabis dari kampus." Ujarnya dan kembali makan lagi.

"Pergi kemana?" Itu adalah suara Ranti, sang Mama yang kini menatap anaknya dengan penuh selidik, pasalnya anak gadisnya ini suka neko-neko.

"Ada deh, urusan anak muda. Oiya, Mama nggak mau nyewa asisten rumah tangga? Kalau saran aku sih, mama ambil aja lah Asisten rumah tangganya. Biar aku kalau dirumah nggak kesepian, biar mama ada yang bantu-bantu juga." Ok, saatnya membujuk mamanya itu. Kalau bukan sekarang kapan lagi coba.

Situasi sekarang berbeda dari ia tinggal di rumahnya yang lama. Rumah ini sangat besar, dan memiliki dua lantai, mustahil jika mamanya tidak akan menambahkan asisten rumah tangga.

"Kalau bisa mama kerjain sendiri, ngapain pake art? Kamu kan juga bisa bantu-bantu mama, jangan rebahan mulu." Nahkan, keluar juga sifat menyebalkan mamanya. Jleb banget, ngena sampai tulang-tulang disindir rebahan terus, padahal emang iya.

Oke, coba lagi Nina, siapa tahu kali ini berhasil, ini juga demi kebaikanmu. "Ya kan ini beda ma, nih rumah ada dua lantai lho, mama kan juga harus ngurus butik-butik mama, terus aku juga nggak selalu bisa bantu, apa salahnya pake art, bener nggak pa?"

"Iya, papa setuju sama kamu."

Yes! Dua lawan satu, papa sudah berada di kubunya. Tinggal selangkah aja pasti dia yang akan menang.

"Yaudah nanti mama pikir-pikir dul—"

"Yes!! Gausah pikir-pikir ma, langsung gas aja! Oke aku berangkat dulu." Girangnya lalu mengecup pipi kedua orang tuanya dengan sangat bahagia.

Ranti menggelengkan kepalanya heran dengan kelakuan anak gadisnya. "Anak itu benar-benar, anak kamu tuh mas!"

Sedangkan Surya yang sedang asik makan namun namanya dibawa-bawa pun mendongak heran. "Anak kamu juga, kan kita buatnya berdua. Mau tambah lagi nggak? Mumpung mas lagi cuti ini." Ucap Surya tanpa tampang dosanya, lalu menaik turunkan alisnya.

"Udah tua! Ingat umur!" Sembur Ranti, meninggalkan ruang makan dengan menghentak-hentakkan kakinya. Melihat hal itu, Surya jadi ingin memproduksi anak lagi, meskipun sudah berumur namun tenaganya masih kuat, oke skip.

🖤🖤🖤

"Gila banget tuh Pak kumis! Neranginnya nggak pelan-pelan. Mana ngomongnya cepet banget kek bu Tejo lagi. Kan gue jadi ngeri, udah gitu nggak paham juga."

Lagi-lagi Nina memutar bola matanya malas, sahabatnya yang satu ini memang hobi sekali ngoceh, dari dalam kelas sampai sekarang sudah di parkiran, dirinya tak berhenti berbicara, padahal Nina hanya menanggapinya dengan menggeleng, mengangguk, kadang hanya menjawab beberapa kata saja, sudah lelah ia meladeni gadis yang ada disampingnya itu.

my DeviL HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang