mDH 18

8.2K 380 140
                                    

Setibanya di rumah, Nina uring-uringan tidak jelas. Ia belum siap jika berita tentang dirinya yang sudah menikah diketahui oleh para teman dan sahabatnya. Ia hanya belum punya mental untuk menjelaskan dan memberi alasan yang tepat.

Kepalanya sangat pusing memikirkan itu semua.

Dari mana Kris tahu? Bahkan Kevin yang notabenenya kembarannya saja tidak tahu menahu. Ah, jangankan Kevin, Gabby yang selalu nemplok padanya saja tidak mengetahui dirinya yang sudah menikah.

Memang, saat Kris bertanya dan Kevin yang ikut-ikutan memberondong pertanyaan padanya, Nina langsung pergi dari kafe itu, sudah Nina bilangan, ia belum mempunyai mental untuk menjelaskan semuanya.

"Mama, Papa-" Lirihnya terduduk di pinggiran kasur, jika dulu saat ia mempunyai masalah, hanya kedua orangtuanya lah tempatnya mengadu, tetapi sekarang kepada siapa? Mereka bahkan sudah tiada.

Air mata tanpa sadar lolos begitu saja membasahi pipi mulusnya, ketahuilah bahwa Nina sebenarnya hanya gadis biasa, dirinya tidak sekuat yang orang-orang kira, Nina hanya gadis manja dimata orang tuanya.

Dering telepon sedari tadi berbunyi, tidak ada niatan sedikit pun dari Nina untuk mengangkat panggilan ataupun sekedar meliriknya. Pengaruh dari kabar tentang temannya mengetahui ia menikah sangat besar, meskipun hanya Kris dan Kevin saja, tapi itu mampu mengguncang jiwa dan mental Nina. Terlebih pernikahan ini bukan dari kehendaknya, namun paksaan.

Bahkan keberadaan Exyaldo yang sudah ada dalam kamar tidak gadis itu ketahui, Nina sibuk dengan pikirannya sendiri. Hingga bunyi telepon kembali terdengar, dan itu mengalihkan atensi mata Exyaldo yang sedari tadi menatap istrinya beralih menatap handphone yang berada diujung kasur.

Langkah kakinya mendekat, lalu meraih handphone dengan logo apel digigit, milik Nina. Rahangnya seketika mengeras mengetahui nama si penelepon, Bagas? Siapa Bagas? Sudah sangat jelas jika itu laki-laki.

Brak!

Suara bantingan handphone kembali menyadarkan Nina dari keadaan sekitar, pandangannya mendongak mendapati tubuh suaminya di depan. Lalu beralih menatap handphonenya yang sudah remuk tidak berbentuk.

"Siapa Bagas?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Exyaldo, ia saat ini sangat terbakar api cemburu hanya dengan membaca namanya, emosinya sudah berada dipuncak ubun-ubun.

Tak menggubris perkataan Exyaldo, Nina melangkah melewati tubuh laki-laki itu, memungut kepingan handphone yang hancur entah sudah keberapa kali. Suaminya memang hobi menghancurkan barang, dan bukan barang harga murah.

"Padahal ini keluaran terbaru." Guman Nina menatap nanar.

Sebuah tarikan dan cengkraman pada lengan kecilnya gadis itu rasakan, begitu kuat dan terasa menyakitkan hingga membuatnya berdiri secara paksa serta meringis menahan sakit.

"Aku tanya sekali lagi, siapa Bagas?"

"Bukan siapa-siapa."

Mata Exyaldo memincing tajam, menatap gadis didepannya dengan tatapan mengintimidasi. "Selingkuhan mu?" Tanyanya begitu enteng.

Nina melotot, apa katanya? Selingkuhan?  What the---
Benar-benar mulutnya minta digampar habis-habisan. Dengan perasaan kesal Nina menyentak tangan Exyaldo dari lengannya dengan kasar, dirinya sedang tidak mood bertengkar dan beradu bacot. "Lepas, gajelas." Seenak udel nuduh-nuduh selingkuh, jika Nina mau ia bahkan bisa berselingkuh lebih dari Bagas, apa bagusnya cowok sengklek itu. Yang ada ia akan semakin stress jika bersama titisan kelabang jantan.

"Iiihh lepas! Tangan aku sakit Aldo! Kalo remuk gimana!" Protesnya, tidak bisa berekspektasi tinggi jika ingin lepas dari seorang Exyaldo McKenzie, tenaga laki-laki itu sangatlah diluar nalar, terlalu kuat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

my DeviL HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang