2. Jovita Chasye

14 3 0
                                    

Bel pulang telah berbunyi 15 menit yang lalu, dan suasana sekolah sudah terasa sepi. Jovi melangkah melewati lorong sekolah, suara langkahan kakinya terdengar jelas di telinga Jovi.
Setiap hari Jovi selalu menaiki angkutan umum entah itu berangkay ataupun pulang sekolah. Jovi memiliki 2 saudara, yang bernama Vega Arita yaitu adik pertama Jovi dan Raquel Evana adik kedua Jovi.

Setibanya Jovi dirumah, dia hanya menatap malas ke arah meja makan dan berlalu pergi.

"Jovi" Sebuah suara berat memanggilnya. Yang membuat langkah gadis itu terhenti.

"Iya Pa"

"Kamu memang tidak tau sopan santun, disini ada orang tua kamu tapi kamu malah menganggap kita seperti patung yang seenaknya kamu lewati" Ucap Bima tegas yang membuat suasana disekitar meja makam berubah menjadi tegang.

Tanpa banyak bicara, Jovi melangkah ke arah kedua orang tuanya, dan dia menyalami keduanya. Tetapi saat Jovi hendak menyalami tangan Bima, dengan sengaja Bima menepis tangan Jovi.

"Gak usah"

Jovi mendengus kesal "Kenapa Pa? Tadi Papa nyuruh buat Jovi salim ke Papa. Dan sekarang malah Papa nepis tangan Jovi, seolah semua yang Jovi lakuin dimata Papa itu salah"

Bima tak menanggapi ucapan Jovi.

"Yaudah Jo ayo kita makan aja. Sana kamu duduk" Dewita angkat bicara

"Rasanya Jovi gak punya selera makan. Jovi kekamar dulu, tanpa Jovi sepertinya kalian lebih berbahagia" Jovi lalu melangkahkan kakinya pergi.  Jovi merebahkan dengan nyaman tubuhnya di ranjang pribadinya, sambil memainkan ponselnya dan membaca chat dari grup kelasnya.

Squad XII MM 5

Adit : Eh anjir produktif efek khusus ada tugas gak

Retno : Ada mangkanya lo dikelas jangan tidur muluk, apalagi pas jam produktif

Adel : Iya tuh si Adit, dimana dimana cuma kerjaannya tidur muluk

Adit : Yaelah kan mimpi itu harus di gapai, mangkanya gue tidur beibehhh

Fino : Digapai ya digapai, tapi kerjaan lo cuma molor terus, mimpi ya gak akan pernah tercapai kalik

Adel : Barunya lo bijak Fin

Jovi hanya menyimak saja percakapan antar temannya. Dia menatap langit dari jendela kamarnya. Langit saat ini sangat cerah, secerah ketika dirinya melihat wajah pria itu.

Seketika jovi bergidik

"Ngapain gue mikirin dia?"

"Jovi lo beneran jatuh cinta sama tuh cowok"

Jovi berusaha untuk menenangkan dirinya dari kegelisahan, karna selalu memikirkan tentang pria itu, hingga dia terlelap

Pagi hari menyapa, berbagai makanan telah menyambut Jovi ketika dia telah tiba di meja makan. Senyum hangat dari wanita paruh baya membuat Jovi membalas dengan senyuman manis.

"Pagi sayang" Sapa Dewita sambil sibuk dengan menata makanan di meja

"Pagi Ma, oya Ma Jovi berangkat dulu yah"

"Loh kamu gak sarapan dulu. Lagian masih pagi Jo" Dewita menatap khawatir kepada anaknya itu

"Tapi Jovi buru buru Ma" Jovi segera bersalaman ke Dewita. Dan berlalu pergi.

Jovi berjalan menuju ke luar komplek rumahnya. Menuju ke ke halte bus. Ya, memang dia lebih suka naik angkutan umum dari pada harus diantar sopir atau ikut berangkat bersama dengan Papa dan kedua saudaranya itu. Mengingat kejadian kemarin, membuat Jovi merasa asing dengan Bima. Terkadang Jovi berpikir kenapa Bima bersikap seolah tak suka dengan kehadirannya.

"Apa gue anak pungut" Pikirnya

"Arrgghh yakalik Jo, lo anak pungut"

Jovi mencoba menghilangkan semua pikiran yang mustahil  di otaknya, dan kembali fokus menunggu bus yang datang. Hanya beberapa menit Jovi menunggu, bus pun datang dan dia langsung masuk ke bus. Karna saat ini masih cukup pagi, suasana bus tidak terlalu ramai sehingga banyak kursi kosong yang telah menanti untuk diduduki. Setibanya Jovi di depan gerbang, dia disapa hangat oleh satpam disekolahnya.

"Selamat pagi neng, pagi amat datengnya" Sapa hangat satpam itu

Jovi membalas dengan senyuman "Pagi pak. Biasa pak anak rajin" Ucap Jovi penuh bangga lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Jovi melempar tasnya di atas mejanya dan mendudukkan tubuhnya di kursi. Suasana kelas cukup sepi hanya ada 3 siswa yang telah berada dikelasnya. Dia membalikkan tubuhnya.

"Bella lo udah tugas Pkn?" Tanya Jovi kepada gadis yang duduk tepat dibelakangnya

"Udah" Jawab gadis itu yang masih sibuk dengan laptopnya

"Boleh gue--"

"Nih" Bella telah memberikan buku kepada Jovi

Jovi menyengir "Lo peka banget sih Bel, beruntung cowok ngedapetin lo" Jovi menerima buku dari Bella, sedangkan Bella hanya menggeleng geleng dan kembali fokus pada laptopnya.

"Lo lagi ngerjain apa Bel? Tugas produktif?"

Bella mengangguk.

"Oh"

"Lo udah Jo"

"Tinggal ngasih efek lighting aja"

Mendengat ucapan Jovi, Bella yang tadinya terfokus pada laptopnya langsung melihat ke arah Jovi.

"Itu namanya belum anjirr"

Jovi tertawa. "Sabar sistaa. Udahlah gue mau nyalin PR dulu"

Dengan lincah Jovi menyalin tugas yang ada di buku Bella. Beberapa saat kemudia Jovi menghentikan kegiatan menulisnya, menunduk menatap kosong. Seketika bayangan sebuah wajah terlintas dipikiran Jovi. Sebuah wajah yang tak asing dimatanya, membuat pikirannya berpikir tak karuan.

Kenapa selalu wajah dia terus sih yang muter muter di kepala gue?

Gak capek kalik tuh cowok muter muter di kepala gue

Suara motor membuat lamunan Jovi terpecah. Bisa dibilang kelas Jovi berada di sekitar parkiran motor, sehingga suara motor selalu terdengar wajib tiap paginya di telinga Jovi. Jovi lalu mengalihkan pandangannya ke arah parkiran, terlihat jelas pemilik motor bersuara yang memekakkan telinga Jovi adalah pria yang tengah membuat pikiran Jovi kacau.

"Nando" Ucap Jovi ketika dia melihat pria itu tengah memperbaiki rambutnya yang sedikit tidak rapi karna helm yang dia pakai tadi. Jovi tetap memandang objek yang membuatnya merasa bahagia, sepertinya.

"Jo" Suara seorang gadis

Jovi tak menanggapi gadis itu. Sedangkan gadis itu menatap bingung melihat tingkah Jovi. Gadis itu mengguncang tubuh Jovi, yang membuat Jovi terkejut.

"Adel ngapain sih lo ngagetin gue" Ucap Jovi dengan nada merasa terganggu.

"Lo tuh ngapain pagi pagi ngelamun gitu, kesurupan tau rasa lo"

"Kayaknya seru kalo kesurupan yah"

"Gila lo" Adel menjitak kepala Jovi, yang membuat Jovi meringis

"Aww Adel" Jovi mengelus kepalanya yang dijitak Adel. Lalu memanyunkan mulutnya.

"Sakit atuhh Del, jangan kau gores kepalaku dengan jitakan kasar mu itu"

Mendengar ucapan Jovi yang sedikit baku itu membuat Adel ingin tertawa, dan beberapa detik kemudian tawa Adel membuncah.

"Bahasa lo gak usah sok baku deh Jo, jijik gue dengerinnya"

"OH"

⭕⭕⭕⭕⭕⭕⭕⭕

Jangan lupa votment yahh
Lanjut gakk. Butuh dukungan dari pembaca aku nihh

Pupus (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang