Buku tentang agartha #2

199 7 1
                                    

      crekeett.... suara pintu rumah paman sena terbuka. disana berdiri seorang remaja berpakaian kaos oblong berwarna putih dan jeans yang lututnya di sobek sobek, dengan rambut yang acak - acakan.

- " siapa kalian berdua ? dan ada keperluan apa datang ke sini ? "  remaja itu berbicara dengan nada angkuh.

- " eh lu sombong banget jir.. lu pembantu baru di sini..!!! ? " gisna berkata dengan kesal kepada seorang remaja di hadapanya.

- " huss.. gis tenang, kalem kalem. " kata sela sambil cekikikan.

- " maafkan sikap tuan muda non, dia memang seperti itu, mohon di maklum "
kata jaka kepada sela sambil berbisik.

- " usir saja mereka berdua, rumah ini tidak menerima permintaan sumbangan..!! "  perintah remaja itu kepada kepala keamanan.

- " ichall de chalcial. jaga ucapanmu... "

     Seorang berumur 50 tahunan dari dalam rumah berbicara dengan nada yang berat kepada remaja tersebut. si remaja tersebut kemudian melangkah pergi ke dalam tanpa berbicara sedikitpun.

- " mohon di maafkan kelakuan anak itu, memang anak yang susah di atur, eh sela ini siapa ? mamah kamu nggak ngasih tau kamu kesini sama temen kamu "

- " hehee maaf paman, kenalin ini gisna teman sela, dia pengen liat koleksi buku paman di perpus, sambil liburan abis ujian kemaren, sekalian mau ngedaki gunung di sana, jadi pengen pas liat tadi di jalan indah banget, bolehkan sela nginep beberapa hari di sini ? "

- " owalah ya boleh dong ahaha, yasudah sela kamu anggap aja rumah sendiri jangan malu - malu. gimana keadaan mamah dan ayah kamu di kota?  "

- " keluarga di sana sehat sekali paman, mama juga nitip salam buat paman "

- " yasudah nanti paman sendiri yang ngasih kabar ke mamah kamu, paman mau pergi dulu untuk beberapa hari, maafkan paman ya sel banyak urusan di kantor, panggil mbak melisa saja kalo butuh sesuatu sel. paman pamit dulu yaa..."

 
- "apa nggak apa apa paman ?, tapi baiklah jika memang seperti itu, oke sip paman, hati - hati.. "

     paman sela sangat sibuk sekali, sehingga dia jarang berada di rumah, dan untungnya ada pembantunya mbak melisa yang menemani kami selama berlibur di sini.

     Gisna yang tidak sabar dari tadi ingin tau perpustakaan yang diceritakan sela kepada dirinya, memohon kepada sela agar segera ke perpustakaan itu.


Sesampainya di dalam rumah paman, kami berdua menempati kamar bekas istri kedua paman sena yang sudah meninggal di karenakan bunuh diri di belakang rumah, katanya sih seperti itu karena pernah di ceritakan dulu oleh ibu sela. Kamar itu sangat besar dan indah, ada beberapa benda antik yang sepertinya harganya setara dengan ginjal manusia deh, suasananya yang nyaman dan juga dingin karena di daerah pegunungan juga, sepertinya sela, dan gisna akan sangat menikmati liburan mereka. 

setelah istirahat sejenak, sela melepas penaknya selama di perjalanan dengan langsung pergi ke kamar mandi, dan berendam di bathub, sedangkan gisna terlalu asik dengan hanphone di tanganya. 

- " sel cepet gila mandinya lu udah 40 menit ada di kamar mandi, gw pengen ke perpustakaan. "

- " iya sabar nyed gw lagi mandi dulu bentaran, gak sabaran bat si lu "

setelah sela selesai mandi, mereka berdua di antar mbak melisa menuju perpustakaan paman sena.

     Alangkah terkejutnya sela, dan gisna saat melihat gedung perpustakaan yang moderen dan besar di belakang rumah paman sena, yang lokasinya seperti di tengah hutan namun sangat anggun terlihat, dan butuh jalan kaki selama 15 menit dari rumah paman sena menuju ke hedung perpustakaan itu.

Saat masuk kedalam gedung, meraka melihat jutaan buku yang berbaris rapih di raknya dengan suasana gedung yang nyaman, dan ada kasur empuk yang besar di belakang, kasur itu terlihat futuristik dan menghadap ke arah jendela yang besar pula, namun y...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat masuk kedalam gedung, meraka melihat jutaan buku yang berbaris rapih di raknya dengan suasana gedung yang nyaman, dan ada kasur empuk yang besar di belakang, kasur itu terlihat futuristik dan menghadap ke arah jendela yang besar pula, namun yang sangat uniknya kasur itu di tiap ujungnya ada tali yang membuat kasur itu seperti terbang dan bisa di ayun ayun kan.

      Saat gisna sedang sibuk - sibuk nya di atas kasur sambil membaca novel yang ada di perpustakaan besar itu, sela menatap 3 buku yang lumayan tua, dan kusam, buku tersebut di taruh di atas rak yang berdiri sendiri tidak ada buku lainya selain ketiga buku itu, yang pertama sela lihat adalah buku yang paling bawah berjudul AGARTHA.

JOURNEY TO AGARTHA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang