08

255 23 0
                                    

*Eliza's POV*

Apaan nih? Ngapain kakak ke TK Aarhus? Aku kan udah ada!!!

"Huftt.."
"Ada apa, Yang Mulia?"tanya Kei.
"Katanya, kakak mau kesini"jawabku kesal.
"Loh? Ngapain?"
"Tau tuh."jawabku kesal

"Coba, saya message."
Aku mengangguk.

><><

"Saya sudah message Paduka Pangeran."ujar Kei.
"Dia bilang apa?"tanyaku.
"Katanya 'iya, udah tau', begitu."jawab Kei.

"Arghhh...Kok gitu sih?!"bentakku.
"Oh, ini ada chat dari pangeran lagi!"jawab Kei semangat.
Aku melirik ke layar HP Kei.

Suruh Eliza baca jadwalnya dong.

"Heh, maksudnya apa tuh?"tanyaku bingung.
"Mm... Sepertinya ada kesalahan jadwal."jawab Kei ragu.
Aku langsung membuka lembaran jadwal harianku.

Deg

Jadi.... Aku.... Salah jadwal?!

"Yang Mulia, sepertinya anda harus ke pertanian Kopenhagen...."ujar Kei.

"Kei?"
"Ya, Yang Mulia?"
"Aku mau minta sesuatu, boleh?"
"Tentu boleh."
"Jangan panggil aku Yang Mulia, kalau kita cuman berdua."

Kei bingung.

"Loh kenapa?"tanya Kei.
"Aku empet kalo kamu manggil aku nona, putri, yang mulia!"jawabku.

"Baik, Eliza. Kalau begitu, ayo kita pamit ke kepala sekolah TK Aarhus."jawab Kei.

Kok pipiku panas?

*Jonathan's POV*

Dasar, langsung marah-marah duluan sih.

"Ada apa, Yang Mulia?"tanya Beatrice tiba-tiba.
Aku membuyarkan kekesalanku.

"Ah, gak ada apa-apa."jawabku kaget.

"Mau saya bantu, meletakkan potnya?"tawar Beatrice.

"Terimakasih atas bantuannya, aku bisa melakukannya sendiri."tolakku halus.
Aku mengangguk.

"Kita akan ke TK Aarhus ya?"tanyaku ragu.
"Tentu, Yang Mulia."

"HWAA.."
Beatrice tersandung batu, dan langsung memegang lenganku erat.

"Ah, Beatrice!"ujarku sambil menahan pergelangan tangan Beatrice.

Beatrice yang sadar kalau ia melingkarkan erat tangannya ke lenganku, langsung berdiri dengan posisi tegak.

"Ma... Maafkan saya, Yang Mulia."ujar Beatrice gugup.

"Gak masalah. Apa kau baik-baik saja?"tanyaku panik.

"Saya baik-baik saja, terimakasih Yang Mulia. Saya minta maaf karena telah, ummm.... Memegang lengan anda."jawab Beatrice pelan.

"Kau memegang lenganku karena refleks, aku tau itu. Semua orang bisa refleks kan?"tanyaku dengan nada santai.

"Iya sih. Tapi kan...."
"Tapi kenapa? Jangan menganggapku berbeda."balasku.

Beatrice langsung mendongak ke arahku dan mengangkat alisnya.

"Apa salahnya megang tanganku? Karena aku Pangeran, jadi kau gak boleh sembarangan menyentuhku?"tanyaku.
Beatrice mengangguk.

"Kamu kan gak sengaja. Itu bukan masalah buatku."balasku sambil tersenyum.

My Prince CharmingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang