Setelah kegiatan sosialisasi untuk acara Valentine Day selesai, Renjun dan Mark langsung pergi ke kantin. Bel tanda istirahat kedua udah berdering sejak lima menit lalu.
Setengah hari ini Renjun merasa hidupnya sangat damai karena sejak tadi pagi, Jaemin belum nongol. Istirahat pertama tadi pun Jaemin nggak ngapel ke kelasnya. Mungkin anak itu sibuk nyalin PR. Renjun juga nggak terlalu peduli tentang itu, dia sibuk ngurusin persiapan Valentine Day dan sidang OSIS.
"Ya ampun. Aku cariin ke ruang sekre taunya kamu di sini." Haechan yang baru dateng langsung duduk di samping Mark.
Mark tersenyum sambil ngusap-ngusap kepala Haechan. "Aku pikir kamu udah ke kantin duluan, hehe."
Tanpa peduli pasangan keju yang mulai adu gombal, Renjun berulang kali nengok ke arah Haechan muncul tadi. Tumben anak ini sendirian. Biasanya bareng sama Jaemin mulu.
"Nyari siapa, Jun?" tanya Haechan yang sadar sedari tadi Renjun celingak celinguk.
"Jaemin. Mana dia?"
"Cie nyariin. Kangen ya?" ledek Haechan.
Renjun menaikkan sebelah alisnya. "Emang kalo orang nanyain orang lain artinya kangen?"
"Nggak juga, sih," Haechan mengarahkan garpunya ke mangkuk Renjun dan mencuri satu bakso dari sana.
Renjun yang lagi kelaperan, melotot pas liat satu butir baksonya yang berharga lenyap di mulut Haechan. "Beli sendiri, dong!" kata Renjun sambil mengamankan mangkuk baksonya.
"Nggak mau. Lagi diet nih," kata Haechan sambil naroh garpu yang dia pegang ke mangkuk Mark.
Begitu denger kata diet keluar dari mulut Haechan, Mark langsung menoleh. "Kamu diet?" tanya Mark, diangguki oleh Haechan yang sekarang sibuk nyeruput es teh pacarnya. Dalam hati Mark mengucap syukur.
Alhamdulillah, motor jadi nggak berat lagi kalo boncengan.
"Jaemin sakit," kata Haechan tiba-tiba.
Renjun mendongak, kemudian natap Haechan yang juga lagi natap dia. "Oh," ucap Renjun singkat, lalu sibuk lagi sama baksonya.
Di samping Mark yang juga sibuk sama bakso, Haechan melongo lebar-lebar. Apaan? Respon apa itu? Oh doang?
Wah, kayaknya emang Jaemin bertepuk sebelah tangan.
"Nggak khawatir, Jun?" tanya Haechan, coba mancing-mancing. Renjun kan tipe yang nggak blak-blakan. Siapa yang tahu dimulut oh padahal di dalam hati ringsung nggak karuan.
"Sakit apa emang?" Renjun balik tanya.
Haechan mengangkat bahu. "Nggak tau. Kayaknya sih pilek soalnya tadi pas gue telpon, suaranya parau gitu."
Ngomong-ngomong tentang flu, Renjun jadi kepikiran kejadian tempo hari saat Jaemin nganterin dia pulang dan mereka kehujanan. Waktu itu juga, kan, gara-gara kesalahan Renjun, Jaemin jadi diam kelamaan tanpa baju di kamar mandi.
Dalam sepersekian detik, rasa khawatir dan bersalah itu langsung menyerang Renjun. Renjun buru-buru berdiri.
"Gue duluan," kata Renjun, kemudian pergi meninggalkan mangkuk baksonya yang masih tersisa lumayan banyak.
Ketimbang nanya mau kemana, Haechan justru mengajukan pertanyaan lain, "Jun, baksonya?"
"Habisin aja," seru Renjun sambil noleh sekilas, lalu kembali melanjutkan langkah.
Haechan ragu-ragu. Tapi makanan nggak boleh dibuang-buang. Sayang. Jadi tanpa pikir panjang, Haechan langsung narik mangkuk bakso Renjun ke arahnya, bikin Mark mendesah kecewa dalam hati.