Hari ini Jaemin kesiangan. Tapi bukannya kesel karena dihukum, Jaemin malah seneng karena yang piket ketertiban hari ini adalah Renjun.
Renjun daritadi udah ngomel-ngomel. Semalam Jaemin itu nemenin dia ngerjain setumpuk tugas yang terbengkalai gara-gara terlalu sibuk ngurusin MPK. Renjun udah nyuruh Jaemin buat tidur duluan tapi namanya Jaemin, suka keras kepala kalau udah menyangkut Renjun.
"Bukan salah gue ya lo jadi kesiangan."
Ini udah yang kesekian kalinya Renjun bilang begitu. Jaemin ketawa dengan suara super ringan. Tangannya bergerak ngusak rambut Renjun.
"Iya, ih. Udah ngomong itu berapa kali coba? Sekali lagi dapet hadiah nih," kata Jaemin.
Renjun mencibir sambil merapikan rambutnya yang berantakan gara-gara Jaemin, kemudian kembali sibuk memperhatikan murid-murid kesiangan yang makin lama makin banyak.
Jaemin merengut. Sebel karena nggak ditanggepin Renjun.
"Jun, nggak kepo hadiahnya apa?"
Renjun noleh, natap Jaemin yang juga lagi natap dia. "Emang apa?"
"Cium pipi," Jaemin senyum sumringah. "Ayo, Jun, ngomong lagi dong~"
Renjun berdecak dengan ekspresi lempeng. Tangannya meraup muka Jaemin yang masih cengar-cengir mupeng.
"Mau lo!"
"Hehe..."
"Jaemin!"
Seruan itu sukses menarik perhatian semua murid kesiangan yang baris di luar gerbang. Itu Haechan yang lagi jalan ke arah Renjun dan Jaemin. Seperti biasa, dengan full sun smile-nya.
"Apa lo?" tanya Jaemin nggak santai.
"Nyapa doang padahal. Salah mulu Haechan mah," kata Haechan sambil pasang muka sedih. Kesayangan Mark itu beralih ke Renjun. "Hai, Jun~"
Renjun ngangguk singkat. "Hai, Chan."
"Jaem, udah ngerjain tugasnya Pak Johnny?" tanya Haechan.
"Hah? Tugas mana?"
"Itu loh yang integral, yang sepuluh nomor."
Di tempatnya berdiri, Renjun memperhatikan interaksi dua orang itu. Jaemin sendiri udah pasang tampang bodoh sambil coba inget-inget tugas integral sepuluh nomor yang Haechan bilang. Seinget Jaemin, pertemuan terakhir itu Pak Johnny nggak masuk.
"Kayaknya nggak ada tugas dah, Chan," Jaemin garuk-garuk kepala tapi langsung berhenti pas inget dia belom keramas dua hari. Takut ketombenya rontok.
Haechan berdecak sambil mukul bahu Jaemin. "Adaa. Tugasnya difotoin sama Jeno terus dikirim ke grup, kok."
"Masa sih," Jaemin sangsi, jadi dia buka ponselnya. Cek grup kelasan yang chatnya belum dia baca dari seminggu lalu. Jaemin scroll layar ponselnya, bacain chat yang isinya 999+ satu per satu, bikin Haechan geregetan.
"Gini aja loh, kan cepet. Duh, punya otak tuh dipake, Jaem, jangan disimpan bae," kata Haechan sambil merebut ponsel Jaemin, lalu buka folder foto dan pilih salah satu foto yang ada. "Tuh, udah dikirim sama jawabannya juga. Kurang baik apa itu Jeno."
Jaemin meringis, sekarang sambil garuk pipi. Setelah di-swipe ternyata ada lima foto untuk soal dan jawaban PR matematika dari Pak Johnny. Jaemin makin meringis. Panjang banget caranya Ya Tuhan.
"Lo udah, Chan?"
Haechan ngangguk. "Udah dong. Nggak pake nyontek jawaban Jeno lagi," kata Haechan bangga. "Soalnya dikerjain sama yayang Mark, hehe..."