Redup langit melemahkan hati berdegup
Milyaran bulir bening bersinggungan jatuh menimpa kuncup
Berlinang banjir mengucur kebawah dari ujung pelipis kelopak tertutup
Perlahan-lahan kering tertiup hembusan tak berwujud menyentuh pinggiran tanpa katupBersama menggedor masa dan asa, diatas gelinding roda tersemat mesin
Melaju, kencang tak peduli terguncang, tegak berlanjut terpatri yakin
Berdiri berhadapan, mulut bungkam hati saling bercakap menyatu tanpa sekat terhubung terjalin
Mata sayu, tak sanggup merenggangkan jarak bibir, namun jelas sakit itu nampak semakinRoda tersemat mesin kembali melaju, hati tertinggal, seolah tubuh tertarik gravitasi rindu
Rodanya terus melaju, hati semakin tenggelam, tergores terseok-seok rindu menusuk kalbu
Berjalan manuju gubuk, reot namun kokoh, tak ragu semakin dalam semakin rindu
Bongkah mata milik Allah itu, mengalirkan ajaibnya menyimpan rinduAjaib
Merindu
Kalbu
Termanguigc. 6 November 2018/22.02