BAGIAN 12

15 5 4
                                    

SMA Bumantara kembali dibuat geger dengan hadirnya satu murid pindahan yang katanya cantik. Ya, Zara Lona Elizza baru saja keluar dari kantor guru mengurus kepindahannya. Sekarang dia akan memasuki kelas barunya yang tak lain lagi adalah kelas yang sama dengan Geo.

"Geoooooo!" teriaknya lantang begitu melihat Geo keluar dari kelas. Zara langsung memeluk Geo erat di depan kelas.

"Ra, lepasin!" titah Geo penuh penekanan, memastikan bahwa siswa lain tidak akan ada yang salah paham.

"Nggak mau." balas Zara sambil mendongak melihat wajah Geo. Wajah yang ia rindukan sejak kemarin. "Aku tuh kangen, kemarin kita nggak ketemu."

Sementara di lain posisi, murid-murid lain melihatnya dengan tatapan yang aneh. Satu sisi mereka ingin tertawa, di sisi lain mereka iri dengan Geo yang beruntung bisa dipeluk oleh perempuan secantik Zara.

"Apa lihat-lihat?" sungut Zara menyadari tatapan aneh mereka.

"Ra, lo udah gila, ya?" Geo tampak geram karena Zara belum juga melepaskannya. Geo hanya takut akan ada guru yang melihat, dan guru tersebut akan menyeretnya ke tempat yang Geo benci, tempat paling bermasalah yang biasanya disebut BP.

Zara melepas pelukannya. "Baru sadar kalau gue gila, Ge? Ya, gue ini udah tergila-gila sama lo. peka dong, Ge."

"Gue nggak suka sama lo, Ra. Kita itu Cuma teman dari kecil. Nggak lebih."

"teman kecil dan nggak lebih? Emang gue nggak bisa dapat tempat di hati kamu? Zavier aja bisa, harusnya gue juga bisa dong."

"Jangan bahas Zavier!" geram Geo. Buku-buku ujung kukunya memutih.

"Iya, lupa. Tenang aja, rahasia lo masih aman, kok."

tak berapa lama kemudian, Caca keluar dari kelas. Ia menyaksikan Geo dan Zara yang masih berdiri berdampingan.

"Mau ke kantin, Ca? Sama aku, ya?" tawar Geo untuk menghindari Zara.

"B-boleh." Caca mengangguk ragu.

Geo tersenyum miring, menatap Zara dengan tatapan sebal. "Ada pacar gue disini, jangan macem-macem."

Zara hanya memiringkan kepala, tak habis pikir dengan Geo yang masih mengejar Caca. Ia seperti berhadapan dengan Geo yang aneh, yang rela mengorbankan harga dirinya dan rela mengejar Caca. Padahal, Zara memang lebih segalanya dari Caca. Otak dan parasnya jangan diragukan lagi.

"Zara sekolah disini juga, Ge?" tanya Caca ragu saat mereka berjalan berdampingan menuju kantin.

"Mungkin."

"Kok bisa?"

"Dia ngikutin aku. tapi kamu nggak usah khawatir, Zara nggak seburuk yang kamu kira, Ca."

Masalahnya, saat Caca masih pacaran dengan Geo saja, Zara selalu mengganggunya dan merendahkan Caca. Bagi Caca, Zara tak lebih dari pengganggu yang tak beretika. Caca tidak suka dengan tatapan dan cara bicara Zara terhadapnya.

"Kalian emang cocok." Tukas Caca.

"Kamu nggak mutusin aku karena Zara, kan, Ca?"

"Buat apa? Zara bukan alasan. Toh aku nggak peduli sama kamu dan Zara."

"Terus karena apa, Ca? Jelasin, biar aku tau kesalahanku dan aku bisa memperbaikinya."

Caca menghela nafas, "Kamu nggak salah. Aku juga nggak tau, mungkin aku bosen sama hubungan kita."

"Bosen? Segampang itu? apa semua yang udah kita lewatin juga nggak berarti buat kamu, Ca?" Geo menatap nelangsa.

Hatinya sekan teriris mendengar pernyataan Caca. Padahal selama ini dia sangat mencintainya dengan tulus. Geo merasa mendapat balasan yang tak seimbang.

Boys In ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang