BAGIAN 11

17 5 14
                                    


"Siapa yang pinjem bukunya Lina?!"

Seisi kelas langsung bungkam ketika suara yang terkenal garang itu berteriak lantang di depan. pagi-pagi begini, kelas selalu ricuh saat ada PR yang belum selesai. ada yang nebeng di kursi lain, ada yang ngerjain berjamaah di belakang, ada juga yang udah kipas-kipas merasa kerjaannya beres.

"Buku yang ini?" Toti, cowok yang duduk di pojok itu mengacungkan buku bergambar princess di udara.

"Balikin! Sialan. Dia nyalahin gue, tuh!" Fahad langsung melesat ke belakang untuk mengambil bukunya.

"Gue tadi udah ijin sama Lina."

Bukunya Lina emang favorit di kelas itu. Lina pintar dan selalu ngerjain PR tepat waktu. Anak rajin dan pinter selalu dibutuhin saat kondisi otak genting.

"Halah, pret!" Fahad memukul kepala Toti dengan buku itu. Lalu, cowok yang paginya sudah dirusak oleh amukan Lina itu mendekat pada pemilik buku dan menyerahkannya dengan sebal. "Nih, buku lo. lain kali jangan asal nuduh."

"Bu Set OTW!!!!!"

Satu teriakan lagi membuat seisi kelas langsung berhamburan menuju ke bangku masing-masing. bodo amat sama urusan PR yang belum selesai, seenggaknya mereka udah nyicil.

"Selamat pagi." Bu Set meletakkan buku-bukunya, kemudian menyapukan pandangannya ke seluruh kelas. "Siapa yang bolos pagi ini?"

Sepertinya Bu Set paham kalau nggak sedikit siswa yang nggak suka sama pelajarannya. Jika saja Bu Set bisa lebih lembut kepada mereka, mungkin mereka lebih berani untuk bolos. Sayangnya, Bu Set terlalu seram jika sampai ada yang berani bolos. Bu Set nggak akan ngasih ampunan.

"Nggak ada, Bu." Celetuk Fernando di belakang.

"Siapa yang mau ijin ke kamar mandi?" Bu Set dengan keketusannya kembali bertanya.

"Saya, Bu!" terlihat acungan tangan dari sebelah pojok belakang. Fahad langsung berdiri, siap melesat ke kamar mandi.

"Sini," Bu Set menyuruh Fahad untuk maju. "Lihat dulu PR kamu."

Deg.

Guru galak emang susah buat dikibulin. Fahad diam. Nggak ada PR di bukunya. bahkan soalnya pun tidak ia tulis.

"PR saya ketinggalan, Bu."

Bu Set melotot, lalu berkata, "Jalan jongkok keliling kelas lima kali."

"Buset. Bu Set sadis banget." Gumam Fahad, namun tak ayal ia tetap menuruti titah gurunya.

Pandangan Bu Set mengelilingi seisi kelas lagi. untuk kedua kalinya, dia ingin memastikan tidak ada gerak-gerik aneh mencurigakan dari siswa-siswa di depannya.

Setelah yakin bahwa semuanya anteng, Bu Set berbalik dan mulai menulis di whiteboard. Rumus-rumus baru, seketika memenuhi whiteboard yang sudah mulai kusam.

"Catat kalau kalian pengen pinter." Titah Bu Set dengan tangan yang terus menari di atas whiteboard.

Di belakang, pasukan berseragam putih abu-abu mendesah malas. Catat, catat, dan catat. Bu Set selalu memberi perintah yang sama.

Beberapa saat kemudian, pintu kelas diketuk oleh seseorang. Dua orang masuk setelah Bu Set sempat bergumam, pagi-pagi begini ada aja orang yang mengganggu pelajarannya.

"Pagi, Bu. Kami dari OSIS, meminta waktu Ibu sebentar untuk memberi pengumuman pada teman-teman di kelas ini." Kata orang itu sopan.

Begitu mendengar kata 'OSIS', Fahad langsung menyembulkan tubuhnya untuk melihat siapa yang datang. Ia berharap Risma. Namun, harapan tak selalu sesuai dengan kenyataan. Bukan Risma, entah siapa.

Boys In ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang