"Dimana dia—Alan?" Lilian bertanya pada tiga laki-laki yang barusaja meninggalkan ruang kerja Alan. Ia berusaha menjulurkan kepala dan berharap bisa melihat apa yang ada di balik punggung Arnold yang lebar. Sungguh usaha yang sangat sia-sia mengingat postur tubuh ketiga laki-laki itu berdiri dalam kumpulan proposi tubuh yang tinggi besar."Dia ada di dalam," Marcus yang menjawab pertanyaannya.
"Apa kalian sudah percaya padaku sekarang?" Lilian menatap mereka satu persatu. Dan sorot mata kesalnya membuat Peter dan Arnold mendesah berat. Hanya Marcus yang tidak terpengaruh oleh tatapan Lilian yang memojokan, mengingat ia sudah kebal karena telah hidup dengan wanita mungil itu sejak Lilian pertama kali hadir ke dunia.
"Kami bukannya tidak bisa mempercayaimu," Peter memilih perkataannya dengan hati-hati.
"Benar," timpal Arnold sebagai dukungan agar Peter menjadi perwakilan dirinya juga. Atau lebih tepatnya ia tidak tahan jika harus menghadapi wanita yang sedang merajuk. Kecuali Livya istrinya, wanita itu adalah satu-satunya wanita di dunia yang—mau tidak mau—membuat Arnold harus berhadapan dengan semua sikap aneh wanita yang sesekali membuatnya kewalahan. Dan perkataannya tersebut dijawab oleh lirikan membunuh dari Peter. Namun kakak kandung Alan itu tidak dapat menegurnya. Peter tidak akan bisa berkutik jika dirinya sendiri tengah disibukan dengan pertanyaan; atau lebih tepatnya keluhan dari Lilian.
"Begini," Peter mendekat dan meremas lengan Lilian dengan kasih sayang seorang kakak. "Kami hanya tidak ingin bertindak gegabah dan membiarkan orang asing membohongimu."
"Tapi aku sudah yakin kalau laki-laki itu adalah Laird Maclawry." Suara Lilian masih terdengar kesal saat menjawab.
"Aku mengerti," Peter masih bersikap tenang dan mengangguk sambil menunjukan wajah penuh penyesalan yang sangat sempurna. "Kami semua," ia sengaja melirik Arnold dan Marcus hanya untuk sekedar menyeret kedua laki-laki itu agar ikut merasa tidak nyaman seperti dirinya. "Tidak meragukan penilaianmu, hanya saja kami tetap harus mengonfirmasinya sendiri, keselamatanmu lebih berharga dari apapun. Karena kita semua sudah menjadi keluarga, jadi sudah menjadi kewajiban aku dan Arnold untuk memastikan bahwa kau akan aman dan tidak jatuh pada perangkap."
"Apa kau pikir aku penipu?" Suara Alan terdengar dari belakang mereka. Membuat semua orang langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Kami hanya ingin memastikan keselamatan Istrimu," Arnold menjawab dengan wajah merengut.
"Aku tahu," jawab Alan datar. Ia sudah menerobos kumpulan kecil tersebut dan meraih lengan istrinya. "Nah karena sekarang kalian sudah memeriksanya sendiri—kalau aku adalah Alan Maclawry. Bisakah kalian pergi dan memberikan kami yang sudah lama tidak bertemu ini sedikit privasi?"
"Di tengah hari seperti ini?" Marcus tidak menutup-nutupi rasa tidak sukanya atas gagasan tersebut.
"Kami sudah menikah," Alan sedang tidak ingin dibantah. Jadi ia sengaja memasukan sedikit nada kasar dalam suaranya. "Dan demi Tuhan, apapun yang akan kami lakukan," ia sudah mendorong Lilian untuk melangkah ke sisi lain. "Itu bukanlah urusan kalian."
"Kau—" marcus sudah akan mendebat. Tapi dirinya sudah diapit oleh tubuh kekar Arnold di sebelah kanan, dan Peter yang ada di sebelah kiri sudah mencengkam lengannya dengan sangat kuat. "Sialan kalian!" Gerutu Marcus saat sadar jika dirinya tidak akan bisa mengejar Alan dan memberi pelajaran pada adik iparnya itu.
"Sudahlah," Arnold mendorong Marcus agar melangkah bersamanya. "Mereka kan sudah menikah. Lagipula mereka sudah lama tida bertemu, jadi sebaiknya kita biarkan mereka untuk saling menyayangi."
"Kau mungkin tidak mengerti bagaimana rasanya merindukan seseorang yang kita cintai," Peter berkomentar datar. Namun perkataan tersebut terasa menyengat dalam pendengaran Marcus.
"Berhentilah meminta dia untuk mengerti," Arnold terdengar seperti tengah berusaha membela Marcus. "Sebaiknya kau tidak meminta seorang pria yang belum pernah jatuh cinta untuk mengerti keadaan pria bahagia seperti kita."
Senyuman samar yang semula akan muncul di wajah Marcus seketika kembali menghilang tanpa pernah terlihat. "Brengsek kalian berdua!" Marcus menggerutu sambil terus diapit berjalan menuju aula utama. "Setelah kalian melepaskan tanganku nanti," janjinya dengan nada berapi-api. "Akan kupastikan kalian berdua mati di tanganku."
Ancaman tersebut diucapkan dengan lantang, bahkan didengar oleh semua petarung serta para wanita dan anak-anak yang sedang bermain di dekat mereka. Jika sebelum pernikahan Alan dan Lilian terjadi, ancaman seperti itu sudah pasti akan menimbulkan pertempuran penuh darah antar klan. Tapi kini semuanya berubah, karena tepat setelah Marcus mengumumkan anacamannya. Semua orang seketika tertawa, menertawakan tiga laki-laki yang kini sudah dekat—bahkan bersahabat—meskipun sebelumnya mereka adalah orang dari klan yang bermusuhan.
🦋🦋🦋
Bang Alan update ya. Terima kasih buat vote sama coment dan sudah follow akun wattpad saya 😍

KAMU SEDANG MEMBACA
My Stranger's Love [Squel Of My Stranger's Bride]
Ficção HistóricaAlan Maclawry tidak mengerti kenapa dirinya kembali ke masa kini-setelah sebelumnya-terlempar ke masa lalu dan menikahi seorang wanita bernama Lilian Campbell di sana. Ia bersyukur karena bisa kembali ke kehidupannya yang normal, tapi ternyata secar...