Ju Jingyi mematung dengan wajah basah. Dia menggeleng berulang-ulang. Gadis itu hanya pergi sebentar untuk beribadah, memupuk doa dan harap, lalu saat kembali ....
Senyum prianya beku, tertahan di balik figura.Min Yoongi.
Pria itu mungkin akan mengatakan sesuatu, tentang gerimis, daftar film yang akan mereka tonton di akhir pekan, atau tempat makan yang belum pernah dikunjungi sebelumnya.
Pria itu mungkin akan bercerita, tentang semua mimpinya. Setelah lulus dari bangku kuliah dia akan bekerja di mana ... dia akan bertemu dengan siapa, atau mengajak gadis itu menikah. Kemudian Yoongi akan bercerita tentang sofa santai di ruang tengah, tentang warna kamar anak-anaknya, dan mereka akan berdebat tentang menu makan malam.
Tetapi tidak ... sekarang tidak lagi. Hanya ada diam yang memenggal semua suara dan cita. Dokter terlalu kejam saat berkata Yoongi tak dapat diselamatkan.
"MinYoongi pasti ingin tetap hidup, kenapa kalian tak mau membantunya!" Dia menjerit dan jatuh ke lantai. Bahunya bergetar, merasakan bagaimana hati itu terjatuh dalam kesedihan yang dingin tak terperi.
"Yoongi masih punya banyak mimpi ... Yoongi ingin hidup! Kenapa kalian semua begitu padanya!" Kesadaran akan nilai dan norma sudah habis, luruh di ambang batas waras. Ju Jingyi bergerak terseok ke arah peti mati kayu yang begitu tertutup. Yoongi sudah tidak dapat dilihatnya lagi. Dia pukul berulang kali. "Keluarkan Yoongi Sunbae dari sini! Dia harus bicara padaku!"
Beberapa orang mendekat, membawa peti tersebut dari jangkauan Jingyi secara paksa. "Jangan! Jangan bawa dia pergi!" Gadis itu tersedak oleh kesedihan, tangisnya tak kunjung usai meski dia tak mau terus-menerus tersedu.
Jimin menghadang mereka, "Bisakah kalian buka dulu petinya? Dia harus melihat Yoongi untuk terakhir kali."
"Maaf tuan, tapi jenazah ini harus segera dikremasi."
Waktu bergerak dengan tergesa, semua orang bergerak terlalu kasar. Peti itu dibawa dengan mobil, menjauh ... sangat jauh.
.
.
.
.
'Sunbae ... cintamu bertahan sampai hujan terakhir di dunia, 'kan? Tapi kenapa tubuhmu tidak?'Di suatu hari yang dingin, kala angin dibekukan duka tak berkesudahan. Pria itu genap berusia 23 tahun. Tidak banyak yang dilakukan, dia hanya ikut pada apa yang pengatur semesta pilih untuknya.
Untuk hidup sebagai sosok yang penuh penolakan. Tidak ada yang mau mengerti ... semua bukan salah Min Yoongi. Orang terlalu sibuk memuaskan hasratnya dalam menghina.
Hari ini ... semua terasa baik-baik saja.
Hari ini ... bunga-bunga mulai datang, bentuk sesal dan permintaan maaf atas umpatan yang pernah dibuat. Orang-orang datang dalam khidmat: Yoongi tak pernah inginkan semua kemalangan ini.Hari ini ... Min Yoongi terpuji.
Tetapi hari ini juga ... Min Yoongi sudah tak ada lagi.
Lilin dan bunga, puja-puji untuknya, hanya bermuara di depan pusara.
Tak pernah cukup berguna.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR (Min Yoongi | Ju Jingyi) ★COMPLETED★
Romance"Cinta, apa sebanyak gerimis hari ini?" "Tidak. Dia melebihi jumlah butiran hujan pertama hingga hujan terakhir di dunia." "Sebanyak itu ... untukku? Kenapa?" "Mana aku tahu, Ji. Tuhan yang menciptakanmu untuk aku cintai." Penggambaran pria itu sing...