"Ju Jingyi!"
Mereka terhenti.
Bukan, itu bukan Yoongi yang memanggil. Keduanya menoleh ke arah sumber suara dan menemukan Taehyung berjalan ke arah mereka. Dia melambaikan tangannya-tentu hanya untuk Jingyi aja.
"Kita jadi pergi makan, 'kan?" tanya dia tiba-tiba.
Jingyi merengut gugup. "A-apa?"
"Makanannya tidak cukup, jadi aku minta makan."
.
.
.
.
Tadi masih gerimis dan sekarang sudah hujan.
"Bisakah kita makan dengan lebih layak?" Jingyi mulai muak dengan suasana di meja makan yang kelewat tegang ini. "Membicarakan sesuatu, atau apalah itu demi kewarasan kita bersama ...." Dia memadang bergantian ke wajah Taehyung dan Yoongi yang keduanya mirip manekin-diam, tak berekspresi.
"Aku punya banyak obrolan denganmu, tapi tidak untuk didengar dia." Taehyung menggoyangkan ujung sumpitnya ke arah Yoongi. "Harusnya dia tidak ikut."
Suara kursi bergeser. Min Yoongi bangkit dengan membawa nampan makannya, tersenyum sejenak ke arah Jingyi. Gadis itu terkesiap nyaris berkata jangan, tapi Yoongi sudah terlanjur menjelaskan, "Hanya ke meja di ujung sana untuk tetap melihatmu tanpa harus mendengar dia, Ji."
Kenapa harus terjebak dalam situasi secanggung ini? Jingyi mengangguk pasrah saja. Semoga jam makan segera berlalu atau ada apapun yang membuat semuanya berakhir dengan cepat, entah pemilik restoran tiba-tiba bad mood dan mengusir semua pelanggan, ada gempa bumi kecil di bawah kota, apa pun!
Taehyung tersenyum mencibir sambil menyumpit satu buah sushi. "Tahu diri juga dia."
Jingyi bergerak menjauhkan sumpit dari dirinya, dia juga menurunkan tangan ke bawah meja, menahan anggota tubuh satu itu untuk tetap di sana.
"Kenapa? Tak makan?" tanya Taehyung.
Sebuah gerakan gelisah, gadis Ju menggeleng pelan. "Aku hanya takut menampar atau melempar sumpit ke wajahmu."
Tawa Taehyung meledak, melihat betapa naifnya Ju Jingyi dalam hal manajemen emosi. "Kau sungguhan melakukannya hal sekonyol itu?" Dia menggulung lengan kemejanya, menunjukan beberapa luka sayat di sana. "Aku sudah membuat banyak luka, empat tamparan darimu bukan apa-apa."
Self-harming. Taehyung melakukannya.
Jingyi menatap sendu, meremas jemarinya sendiri untuk tetap di bawah meja. Dua bersaudara ini memberikan banyak olahraga jantung. "Kenapa?"
"Semua terasa lebih baik saat aku ingat betapa bedebahnya kehadiran Yoongi." Taehyung menyuap sepotong sushi lagi, berusaha mengalihkan emosi pada apa yang dikunyah.
Semua napsu makan Ju Jingyi menyublim, hilang tak bersisa. "Yoongi juga, dia punya beberapa luka di lengan kiri atasnya."
"Pria sialan itu," umpat Taehyung sambil memandang ke arah Yoongi di ujung ruang.
"Yoongi Sunbae hanya ingin menangis, tapi tidak ingin menyalahkanmu atau siapapun, maka dari itu dia menjadikan luka-luka yang dibuatnya sebagai alasan untuk merasa sakit."
"Omong kosong apa yang baru saja kudengar!"
"Kalian tidak bisa memilih siapa memasuki kehidupan siapa, semua berjalan karena takdir." Jingyi berusaha setenang mungkin, dia menatap Taehyung dengan seluruh tekadnya. Semua harus berubah, ini mungkin sulit ... tapi sinonim sulit bukan tidak mungkin. "Apa kau tidak lelah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR (Min Yoongi | Ju Jingyi) ★COMPLETED★
عاطفية"Cinta, apa sebanyak gerimis hari ini?" "Tidak. Dia melebihi jumlah butiran hujan pertama hingga hujan terakhir di dunia." "Sebanyak itu ... untukku? Kenapa?" "Mana aku tahu, Ji. Tuhan yang menciptakanmu untuk aku cintai." Penggambaran pria itu sing...