Egois Itu Pilihan;

167 32 25
                                    

"Kenapa rasanya nggak rela ya, ngeliat Elvan tersenyum karena cewek lain. Bukan karena gue? Egois nggak sih?"

 Bukan karena gue? Egois nggak sih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan hari.

Hari ini, Ara berangkat sekolah sendiri tanpa Elvan yang biasa menjemputnya. Sebenarnya tak masalah bila naik bus atau angkutan umum. Tapi, bukan Elvan namanya kalau tidak berlebihan.

Tepat pukul enam pagi, Elvan telah mengirim tukang ojek yang dia pesan untuk menjemput Ara. Padahal Ara sudah bilang akan naik bus saja. Hm, apa boleh buat?

"Elvan suka banget bikin ribet sendiri deh," gumam Ara.

Tiba-tiba motor yang dia tumpangi berhenti mendadak. "Lah, kenapa Pak?" tanya Ara pada bapak tukang ojek.

"Aduh neng, maaf ya. Ban motornya kena paku jadi bocor," jawab si bapak setelah melihat ban depan motor.

Ara turun dari motor tersebut. Dia melirik jam di pergelangan tangannya. Aduh, dua puluh menit lagi masuk. Jalan kaki aja apa ya? batinnya.

Sebenarnya, jarak ke sekolah Ara tidak jauh dari temparnya berdiri sekarang. Kalau jalan kaki lima belas menit cukup untuk sampai gerbang sekolah. Helaan napas pun terdengar di telinga Ara sendiri, dia berkata, "Pak, saya jalan kaki aja. Udah deket kok."

"Beneran nggak apa-apa neng? Maaf ya." Bapak tukang ojek itu terlihat merasa bersalah pada Ara. Ia sudah diamanatkan oleh Elvan untuk mengantar Ara sampai sekolah.

Ara mengangguk. "Nggak apa-apa Pak. Ini uangnya."

"Nggak neng, udah dibayar sama mas Elvan," tolak bapak tuang ojek cepat.

Elvan kebiasaan deh. Gue 'kan jadi gak enak. Padahal bisa aja dianterin sama Alfa.

"Ya udah pak, makasih ya." Baru saja Ara ingin melangkahkan kakinya, suara klakson motor membuatnya terperenjat kaget.

Tin! Tin!

"Ck!" Ara menoleh ke samping dan mendapati seseorang dengan motor vespanya.

Cowok itu membuka kaca helm full face-nya. Dan ternyata... dia adalah Kalingga.

"Kalingga?" Ara mengernyitkan dahinya.

Kalingga tersenyum dari balik helmnya. Dia berkata, "ngapain di sini? Yuk bareng gue aja."

"Ngamen, Kal," jawab Ara sarkas sambil memutar bola matanya malas. Sungguh, pagi ini dia sudah dibuat kesal karena beberapa hal.

Terlihat Kalingga tertawa dan memperlihatkan lesung pipinya. "Ngelawak? Ayo naik. Nggak lucu 'kan murid teladan telat?" sahutnya.

era Millenial | Jung Sungchan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang