Jangan pernah membenci seseorang dengan sebenci-bencinya, siapa yang tahu kalau suatu saat nanti seseorang itu menjadi sangat berarti dalam hidupmu?
Suasana canggung begitu terasa bagi Ara. Saat ini, dia dan Kalingga tengah duduk berhadapan di perpustakaan. Bagaimana bisa? Ada alasan dibalik kejadian itu.
Kalingga mendapatkan nilai rendah dalam try out matematika minggu lalu. Hal tersebut membuat Ara mendapat tugas dari guru untuk memberikan pelajaran tambahan pada Kalingga.
Sebenarnya Ara biasa saja dalam hal bersikap. Tapi, sedari tadi Kalingga menatap Ara sangat intens. Tentu saja cewek itu merasa risih, bukan?
"Kal, perhatiin soalnya. Lo bisa nggak ngerjainnya?" protes Ara, berusaha mengalihkan pandangan Kalingga.
Sedang cowok itu tersenyum dan malah menopang kedua tangannya di dagu. "Lebih enak merhatiin depan gue."
Dua detik berikutnya.
"Lah, apaan dah. Maaf Ra. Ya udah ayo lanjutin ke soal berikutnya." Kalingga menjadi salah tingkah setelah tanpa sadar berkata seperti itu.
Ara tak bisa untuk tidak tersenyum. Dia terkekeh dalam hati. Bagaimana bisa Kalingga menjadi seperti itu? Aneh tapi lucu.
"Ya udah, coba lo kerjain soal nomor lima. Pake caranya, jangan asal-asalan dan langsung jawab," jawab Ara.
Cewek itu melanjutkan mengerjakan soal-soal yang ada di buku tebal berjudul KUIS MATEMATIKA 2020.
Tanpa dia sadari, Kalingga diam-diam meliriknya sambil menyunggingkan senyum. Hhh, apa seperti itu cinta dalam diam? Iya, diam-diam cintanya, diam-diam juga patah hatinya. Peace~
Tiba-tiba ponsel Ara berdering.
[Assalamu'alaikum.]
Terdengar suara seseorang yang begitu Ara kenal. Siapa lagi kalau bukan Elvan?
"Wa'alaikumsalam Van. Ada apa?"
Ara melirik Kalingga, yang tengah menatapnya. Karena merasa tidak enak, juga ini di dalam perpustakaan, akhirnya Ara beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar.
[Kamu masih di sekolah? Jangan tlv Bapak kamu ya, biar aku aja yang jemput.]
KAMU SEDANG MEMBACA
era Millenial | Jung Sungchan ✓
Kısa Hikaye[Series Lokal] "Kamu berhak mendapatkan yang lebih baik dariku. Bukan berarti aku menyerah, aku hanya menyadarinya sejak awal." *** Ayyara Maharani Aneska harus menelan pahitnya kenyataan bahwa apa yang ia harapkan tak semuanya dapat berjalan dengan...